Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Haris Azhar membuka rapat itu dengan gundah. Berlangsung di kantor Indonesia Corruption Watch (ICW) di Jakarta pada pertengahan Oktober 2013, agenda pertemuan hari itu memang serba berat: dari kasus-kasus hak asasi manusia yang masih jalan di tempat selama pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono hingga kinerja parlemen yang jeblok. "Kami berpikir bagaimana agar wajah DPR bisa berubah," ujar Koordinator Komisi Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan (Kontras) itu kepada Tempo pada Senin pekan lalu.
Dalam rapat di atas, hadirlah Taufik Basari, calon anggota legislatif yang giat dalam aksi advokasi. Terbit ide mempromosikan Taufik dan tujuh kawan mereka sebagai calon legislator 2014. Lalu lahirlah ide awal mendorong orang-orang baik duduk di Dewan Perwakilan Rakyat. Perdebatan seru muncul saat mereka harus menentukan kriteria siapa yang layak didorong.
Akhirnya disepakati calon harus bersih dari pelanggaran HAM, perusakan lingkungan, korupsi, mafia hukum, dan mafia pertanahan. Juga punya rekam jejak mumpuni dan komitmen tinggi mengawal isu-isu ini. Harapan Haris dan kawan-kawan, jika para calon ini terpilih, mereka akan bekerja sesuai dengan komitmen yang diusung. "Konsepnya adalah bersih saja enggak cukup. Harus punya komitmen," kata Abetnego Tarigan, Direktur Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi).
Setelah beberapa kali pertemuan, mereka membentuk Koalisi Bersih 2014 pada Desember 2013. Anggotanya antara lain lembaga swadaya masyarakat antikorupsi, ICW, Pusat Studi Hukum dan Kebijakan, Walhi, serta Transparency International Indonesia. Jantung Koalisi Bersih 2014 berdetak dalam www.bersih2014.net—portal yang menyuguhkan informasi kandidat anggota legislatif yang dipandang layak, punya rekam jejak bagus, dan berintegritas.
Sambil mempromosikan tujuh nama rekan yang mereka yang sudah tersaring, Koalisi mengundang partisipasi publik secara terbuka. "Kami tak mungkin menyisir caleg satu per satu, jadi kami membuka masukan dari masyarakat," ujar Koordinator Bidang Politik ICW Abdullah Dahlan.
Karna tak satu pun lembaga donor sudi membantu pendanaan, anggota Koalisi merogoh kocek pribadi. Terkumpul dana Rp 12 juta. Uang ini digunakan untuk membangun situs www.bersih2014.net dan membayar gaji relawan yang mengurus kegiatan Koalisi. Bagian terbesar isi situs adalah informasi tentang para calon yang mereka dorong. Dari situs itu pula calon legislator dapat memasukkan informasi rekam jejak dan kegiatan mereka. "Kami ingin masyarakat tahu siapa calon anggota legislatif mereka," ucap Haris memberi alasan.
Media sosial Twitter dan Facebook menjadi ajang lain mensosialisasi calon-calon legislator versi Koalisi Bersih 2014. Hasilnya? Responsnya luar biasa: ada banjir usul nama calon. Koalisi lantas menyortirnya hingga 102 kandidat. Namun Koalisi tak memasukkan semua nama itu sebagai anggota organisasi mereka. Verifikasi terhadap rekam jejak dilakukan secara simultan. Misalnya calon legislator yang mendapat rekomendasi Walhi akan dieliminasi bila ada konfirmasi catatan negatif dari Indonesia Corruption Watch. "Ada cek silang untuk memastikan rekam jejak," ujar Abetnego.
Menyiasati anggaran yang minim, Koalisi memanfaatkan koneksi. Dari mengontak lulusan Sekolah Hak Asasi Manusia (didikan Kontras di berbagai daerah), jaringan pemantau korupsi di bawah ICW, hingga rapat-rapat konsolidasi Walhi se-Indonesia untuk menyebarluaskan sosialisasi program Koalisi Bersih 2014.
Strategi ini cukup ampuh. Pada Maret-April 2014, situs Koalisi Bersih 2014 sering dikunjungi. Dua hari menjelang pemilihan umum legislatif, www.bersih2014.net dibanjiri tamu. Rata-rata mereka mencari tahu calon legislator mana saja di daerah pemilihan mereka yang direkomendasikan Koalisi. Tatkala angka pengunjung meledak hingga 8 juta, situs sempat kolaps.
Kerja keras mereka tidak sia-sia. Dari 102 nama yang dijagokan Koalisi, 10 orang lolos ke kursi DPR pusat, provinsi, dan kabupaten. Mereka antara lain Maman Imanulhaq, Sofyan Tan, dan Masinton Pasaribu, yang berhasil menembus ruang DPR di Senayan, Jakarta.
Toh, kerja Koalisi belum selesai. Mereka akan mulai menagih komitmen 10 anggota Dewan itu untuk menyuarakan isu-isu yang telah disepakati. Jika tidak, mengutip Haris: "Akan kami serang mereka sebagai bentuk pertanggungjawaban kami."
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo