Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsip

Safari daging ajaib

Afianto,28, batal makan daging. pasalnya makanan ini alotnya bukan main saat disantap. bentuknya mirip kelamin orang. polisi dibuat sibuk melacaknya.setelah diteliti di laboratorium, ternyata daging hewan.

30 April 1994 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

BATAL masuk perut, sepotong daging melancong ke mana-mana, dan nyaris bikin bangkrut pedagang daging sapi di Pasar Beringharjo, Yogyakarta. Ceritanya, Suyati, 45 tahun, warga Kampung Macanan di Sleman, beli daging di situ. Tiba di rumah, daging itu digorengnya. Ketika disantap anaknya, Afianto, 28 tahun, daging itu alot bukan main. Diamati, kok mirip burung orang. Weh! Dibuangnya. Usai makan, sarjana hukum yang masih menganggur ini penasaran. Daging yang dibuang ke pekarangan itu dicarinya. Ketemu, sudah dicotok ayam hingga pitak sedikit. Benda itu dibawanya pada 10 temannya. Mereka bahas, hasilnya bingung. Lalu dibawa ke dokter, diberi formalin (pengawet), dan disuruh lapor polisi. "Bentuknya mirip dengan punya saya," kata seorang polisi terkekeh. Tapi menurut Kepala Satuan Reserse Polres Sleman, Kapten Trijoko Prihanto, mustahil itu kelamin manusia. "Apa ada istri segila itu, memotong 'burung' suaminya, lalu menjualnya," katanya kepada Arief A. Kuswardono dari TEMPO. Sang "burung" dikirim ke Laboratorium Kriminal Kepolisian Daerah Jawa Tengah. Dari sini diteruskan lagi ke Laboratorium Ilmu Kedokteran Kehakiman (IKK) Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro di Semarang. Sementara jati diri si daging diteliti, di masyarakat mencuat isu: itu tumbal pesugihan saudagar daging. Pedagang daging resah. "Itu cuma fitnah, biar dagangan kami tidak laku," gerutu Mbok Sastro, 70 tahun. Penjual daging sejak zaman Belanda ini mungkin benar. Sas-sus semacam ini sering sukses menggebuk saingan dagang, seperti dialami seorang penjual bakso yang bangkrut lantaran diisukan menyelipkan celana dalam cewek di kuah baksonya. Kali ini si Mbok mujur meski sempat terguncang hampir sebulan. "Itu daging hewan," ujar Dokter Bambang Nugrohadi, Kepala Laboratorium IKK FK-Undip, pertengahan April ini. Cuma sulit melacak asalnya dari hewan apa, sebab telanjur digoreng.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus