Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsip

Sakit Gigi Setelah Pemilu

7 Juni 2004 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Dua bulan terakhir, suami Presiden Megawati, Taufiq Kiemas, seperti terserang sakit gigi: tak mudah bagi wartawan mengorek komentar darinya. Kamis lalu, sementara pendukung Megawati yang tergabung dalam Mega Center ramah memberi keterangan pers kepada wartawan, Taufiq malah memasang tanda verboden. "Saya lagi repot," ujarnya kepada TEMPO yang datang mendekat.

Taufiq memang sedang puasa bicara, meski ia tetap aktif mendampingi Mega dalam kampanye. Sebelumnya, ia adalah politisi PDI Perjuangan yang mewah bicara. Ia tokoh kuat di Partai Moncong Putih: komentarnya selalu ditunggu wartawan untuk mengukur ke mana arah Mega dan Partai Banteng akan berlari.

"Rapat keluarga memutuskan Pak Taufiq istirahat memberikan pernyataan ke pers," ujar politisi PDIP, Sukowaluyo Mintorahardjo. Rapat itu, kata Suko seraya mengutip seorang kerabat Teuku Umar, dilaksanakan awal Mei lalu?menjelang deklarasi Mega-Hasyim Muzadi. Rapat dihadiri Mega, Taufiq, tiga anak, para menantu, serta sejumlah famili dekat.

Menurut Suko, dalam pertemuan itu Mega mengingatkan perolehan suara PDIP yang jeblok. Mega juga sempat menyentil aktivitas politik sang suami yang dinilai overdosis. Setelah "lempar-tangkap" pendapat, akhirnya Taufiq sepakat sementara waktu tak akan bicara kepada pers. "Puan ditunjuk untuk membantu ibunya," ujar Suko. Itulah sebabnya di televisi kini Puan Maharani, putri Mega, yang lebih sering tampil mendampingi ibunya.

Puanlah yang dipilih berkunjung ke Ambon seusai kerusuhan di sana, April lalu. Rencana pertemuan Mega dengan Ketua Umum Dewan Syuro PKB Abdurrahman Wahid, yang akhirnya gagal pada awal Mei, juga diurusnya. Alumni Jurusan Komunikasi FISIP UI itu juga mengatur pertemuan Martha Toni, ibunda Nirmala Bonat?pekerja Indonesia yang disiksa di Malaysia?dengan Mega pada 26 Mei. "Puan yang menyerahkan sumbangan uang dari keluarganya," tutur Dwi Ria Latifa, politisi PDIP di DPR.

Namun, Tjahjo Kumolo membantah cerita soal pembatasan Taufiq bicara itu. "Tak ada pengereman. Ini maunya Pak Taufiq sendiri," ujar orang dekat Taufiq ini. Menurut dia, cukup Mega yang bicara karena dia yang akan "dijual" dalam pemilu nanti. "Tapi Pak Taufiq tetap memonitor dan bergerak," kata Tjahjo.

Sekretaris Jenderal PDIP, Sutjipto, ikut menampik kabar pembatasan bicara politik buat Taufiq. Tapi bekas Ketua PDIP Jawa Timur ini membenarkan ada keputusan pengurus pusat partai soal peran Taufiq selama proses pemilu presiden. "Kalau tak benar-benar harus Pak Taufiq yang bicara, kenapa harus bicara?" kata Sutjipto sedikit bersayap.

Kekuatan politik Taufiq di kandang banteng bukan cerita baru. Pengaruhnya bisa dibilang tiada tanding, tiada banding. Makanya, banyak "banteng" yang berseberangan sikap memilih menghindar darinya. Tapi, ketika suara PDIP melorot dalam pemilu legislatif lalu, sikapnya yang kelewat aktif dituding sebagai salah satu penyebab.

"Serangan" Taufiq kepada bekas Menteri Koordinator Politik dan Keamanan Susilo Bambang Yudhoyono pada Maret silam, misalnya, malah mendongkrak popularitas calon presiden Partai Demokrat itu. "Jenderal bintang empat kok seperti anak kecil," ujarnya kala itu. Taufiq menyikut Yudhoyono, yang menganggap presiden mengucilkan dirinya.

Menurut analisis Lembaga Kajian Demokrasi tentang kekalahan PDIP yang dilansir medio April lalu, peran Taufiq itu telah memunculkan kesan suami Presiden itu lebih berkuasa ketimbang Megawati?sesuatu yang tak disukai publik. "Sebaiknya Pak Taufiq mengurangi perannya, misalnya dengan pergi ke luar negeri untuk menghilangkan citra terlalu mengintervensi," ujar Sukowaluyo, Ketua Lembaga Kajian Demokrasi, dalam rekomendasinya.

Tak semua politisi PDIP sepaham dengan Suko. Dwi Ria Latifa menentang pembungkaman Taufiq. Alasannya, pria asal Palembang itu tokoh partai yang memiliki jaringan pendukung luas. Kadang Taufiq berbicara spontan dan keras karena pembawaannya sebagai orang Sumatera. "Mestinya tetap boleh bicara, tapi diatur sesuai dengan porsinya," kata Ria.

Sayang, Taufiq telanjur sulit bicara. "Saya lagi repot," tuturnya ketika didekati sekali lagi.

Jobpie Sugiharto, Setiyardi, Widiarsi Agustina

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus