Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Aksi Aliansi Zero Waste Indonesia (AZWI) di depan kantor Unilever Indonesia Rabu, 15 Juni 2022, meminta Unilever untuk menghentikan produk sachetnya karena selain memberikan kontribusi pencemaran sungai sungai di Pulau Jawa dan Sumatera, sampah sachet juga diketahui menjadi kontributor kontaminasi mikroplastik.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Data AZWI menunjukkan sungai-sungai di Pulau Jawa dan Sumatera seperti Kali Metro di Malang, Ciwulan, Citandui dan Citarum di Jawa Barat, Way seputih, Way sekampung di Lampung, Batang Arau di Padang, Krueng Aceh dan Krueng Langsa di Propinsi Aceh ditemukan banyak sampah sachet produksi Unilever.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Paling banyak jumlahnya dibandingkan merk lainnya, bahkan di Ciliwung sungai Ibukota sachet Unilever paling banyak ditemukan nyangkut di pohon dan di muara," ungkap Daru Setyorini anggota tim peneliti ESN.
Lebih lanjut alumni Biologi Universitas Airlangga Surabaya ini menyebutkan bahwa sampah sachet mengandung polimer plastik yang telah ditemukan dalam lambung manusia.
"Material pembentuk sachet telah masuk kedalam tubuh manusia padahal polimer jenis EVOH ini adalah senyawa pengganggu hormon yang bisa merusak sistem hormon dalam reproduksi," kata Daru Setyorini.
AZWI meminta Unilever untuk bertanggung jawab pada sampah sachet yang mengotori sungai-sungai Indonesia. Caranya, dengan menghentikan produksi sachet dan mendesain ulang produk yang berpotensi menjadi mencemarkan lingkungan.
Kholid Basyaidan, pengacara lingkungan mendorong agar Unilever melakukan EPR atau extended produser responsibility dengan membersihkan sampah sachet yang ada di sungai-sungai Indonesia.
Aksi AZWI dikantor Unilever mendapatkan respon dari Pihak Unilever yang berjanji akan mengundang AZWI untuk membahas solusi dalam pertemuan minggu depan.
NADIYAH DZAKIRAH