Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsip

Sayang membara

Dul muhi, warga kampung cibangban, kec. malingping, jabar membakar rumahnya sendiri. ia sewot karena sampai larut malam istrinya yang bekerja sebagai guru belum pulang. kini dul dipasung atas perintah ketua rt.

15 Desember 1990 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

SAYANG istri, namanya, Dul Muhi ~main api. Ayah empat anak itu warga Kampung Cibangban, Kecamatan Malingping, Kabupaten Lebak, Jawa Barat sehari-hari bertani kecil-kecilan. Istrinya, Sulema, 31 tahun, bekerja sebagai guru SD di kecamatan yang berjarak 25 km dari kampung itu. Perjalanan ke sana hanya mungkin dengan jalan kaki, atau paling banter pakai ojek. Jadi, kalau ada acara dinas, istrinya sering telat pulang atau menginap. Ini rupanya kurang berkenan di hati ~suaminya. Puncaknya adalah tengah malam akhir November lalu. Ketika segenap warga kampung lena dibuai hawa dingin perbukitan yang hening, mendadak penduduk heboh. Rumah Dul Muhi terbakar. Api dimainkan angin, berayun menyambar rumah di sekitarnya. Panik. Lidah api leluasa melalap rumah yang rata-rata terbuat dari bambu itu. Sehingga, dua jam kemudian 21 dari 31 rumah plus sebuah masjid berubah jadi puing. "Yang bikin kami kesal dan marah, penyebab kebakaran itu adalah Dul Muhi. Dia sengaja membakar rumahnya sendiri," kata Sarkali, ketua RT di sana. Duduk soal ternyata, ya itu tadi, Bang Dul sewot karena sampai larut istrinya belum pulang juga. "Saya dengar, dia teriak-teriak sejak siang," kata Sarkali. Kelakuan Dul yang mengganjil itu, menurut tetangganya, Achmad, sudah tampak sejak pertengahan tahun ini. "Dia lebih banyak diam seperti tak punya gairah hidup. Tapi kalau diajak ngobrol, jawabannya ngelantur," katanya. Baik Achmad maupun Sarkali tak menduga bahwa uring-uringannya Dul Muhi bakal punya buntut gawat sampai membakar rumahnya sendiri. Mendapati kejadian itu, istrinya menyatakan malu. "Sudahlah. Saya tak mau lagi bercerita soal suami. Saya prihatin, akibat kelakuannya, tetangga jadi korban," kata Sulema kepada Riza Sofyat dari TEMPO. Kini Dul Muhi dipasung atas perintah Sarkali. Kakinya dijepit dengan dua pohon pinang. Janggut mulai gondrong dan rambutnya acak-acakan. Ketika ditemui pekan lalu, tak sepatah kata pun ia ucapkan, kecuali sorot matanya menatap kosong melompong.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus