Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsip

Sebuah Upacara Di Bontitan

Penutupan lokasi pelacuran di desa bontitan, bantul yogya dilaksanakan. baru sekali ini sebuah kompleks pelacuran ditutup dengan damai. tapi ada pula yang hanya pindah tempat praktek.

28 Juni 1980 | 00.00 WIB

Sebuah Upacara Di Bontitan
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100
SEBUAH tempat pelacuran telah ditutup -- tak lama setelah para mucikari berikar: akan berganti profesi. Sehingga melalui sebuah upacara resmi, 124 pelacur dan - 13 mucikarinya secara resmi pula menyatakan sadar. Dengan demikian Desa sontitan tempat lokalisasi itu (termasuk kawasan Kabupaten Bantul, 2 km di barat Kota Yogyakarta) kembali sepi. Dan warga desa kembali mengadakan pengajian setiap sore di langgar. "Selama ini pengajian terhenti, karena kalah oleh kegiatan kompleks," tutur Junaidi, seorang pelawak yang menjadi warga sontitan Bupati Bantul sendiri, R. Soetomo Mangkoesasmito, yang meresmikan penutupan lokalisasi itu 10 Juni lalu. Setelah meminta agar seluruh warga desa itu mengamankan bekas kompleks agar tidak dipakai lagi unruk pelacuran, Soetomo membuka selubung papan pengumuman: Lokalisasi Pelacuran ini ditutup untuk selama-lamanya. Semua penghuni kompleks itu bertepuk tangan riuh. Tapi yang paling gembira karena penutupan itu tampaknya adalah Drs. Nelam, Direktur Balai Penelitian Kesejahteraan Sosial (BPKS) Nitipuran, Yogyakarta. Sebab, katanya, "penanganan masalah pelacuran serupa ini belum pernah terjadi di daerah lain -- yaitu membubarkan sebuah lokalisasi dengan cara baik-baik, tanpa paksaan." Mula-mula Pemda Kabupaten Bantul membentuk tim Koordinasi Usaha Rehabilitasi Sosial. Bekerja sama dengan BPKS Nitipuran Yogya, tim tadi mengadakan santiaji mental untuk menyadarkan para pelacur maupun mucikari (germo) melalui berbagai ceramah selama 3 hari. Setelah itu menyusul latihan kerja di laboratorium BPKS jurusan menjahit dan montir radio. Karena tak semua peserta lulus setelah mengikuti pelajaran selama 4 bulan, disediakan juga fasilitas untuk menjadi penghuni Panti Wreda bagi germo yang sudah tua dan fasilitas transmigrasi. Beberapa hari sebelum upacara penutupan, semua mucikari dan pelacur Bontitan menyatakan akan melepaskan protesi prostitusi untuk kembali ke kampung halaman masing-masing dan mengamalkan kepandaian yang telah mereka pelajari. Tetapi ternyata tidak semua pelacur itu kembali ke kampung kelahiran masing-masing. "Memang ada yang pulang ke rumah orangtua masing-masing, tapi ada pula yang pindah ke Baben," ungkap Mbok So Pawiro, seorang di antara mucikari Bontitan. Baben adalah sebuah lokalisasi pelacuran yang terkenal di Klaten, 30 km di timur Yogya. Terletak di sebuah lembah -- karena itu sering disebut pula Lembah Damai-kompleks pelacuran Bontitan ada sejak 1972. Semula hanya terdiri dari beberapa buah rumah untuk menampung pelacur-pelacur yang suka berkeliaran di tepi jalan Yogya-Wates. Terakhir di sini terdapat 20 buah bangunan yang terdiri dari petak-petak kamar. Sekarang bekas kompleks itu ditunggui beberapa orang bekas mucikari dan 4 orang bekas pelacur yang memang berKTP desa itu. "Mereka boleh tetap di situ, tapi tidak boleh buka praktek lagi," kata Kepala Dukuh Bontitan, Djafar.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600
Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus