Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Lelaki bersarung itu menawarkan ”investasi” tak biasa. ”Ayo, bersedekah,” katanya berulang-ulang, di mana-mana. Berbaju koko, kacamata, dan kupluk haji, dia berkeliling dari satu masjid ke masjid lain. Dia berceramah dari satu panggung ke panggung yang lain. Ajakannya satu: mengimbau bersedekah. ”Ini jalan keluar mengatasi kesempitan hidup,” katanya.
Dialah Yusuf Mansur. Umurnya belum genap 30 tahun. Ustad yang satu ini memang punya spesialisasi hikmah bersedekah. Dengan bahasa sederhana, sedikit mengutip Hadis dan Quran, ceramah jebolan IAIN Syarif Hidayatullah ini senantiasa memikat. Satu setengah jam berlalu tanpa terasa, seperti ketika Tempo menghadiri ceramahnya, akhir Ramadan lalu di masjid kampus Universitas Indonesia, Depok.
Sedekah, kata dia, bukan cuma membantu orang lain. Lebih dari itu, sedekah adalah ”investasi” yang hasilnya segera kembali kepada diri sendiri berkali-kali lipat. Sang Ustad menjamin, ”Akan kembali dalam hitungan hari.”
Sedekah, bagi Yusuf, tak lain adalah zakat harta yang dibayar di muka, sebelum harta ada dalam genggaman. Begitu sedekah dibayarkan, pastilah akan datang balasan rezeki melalui jalan yang tak terduga. Dewi—bukan nama sebenarnya—pedagang mebel di Jepara, menurut cerita Yusuf, menyedekahkan uang total Rp 1,3 juta untuk fakir miskin saat usahanya sedang lesu. Eh, tak sampai sepuluh hari, ia mendapat pesanan senilai Rp 13 juta. Sepuluh kali lipat nilai sedekah.
Benarkah demikian? ”Allah sendiri yang janji kepada kita,” kata Yusuf yang asli Betawi, kelahiran Jembatan Lima. Ia mengutip sepotong ayat Al-Quran dari Surat Ath-Thalaq yang berisi anjuran kepada manusia agar menyisihkan sebagian harta untuk dinafkahkan di jalan Allah, karena dengan demikian ia akan dikaruniai kelapangan hidup dan rezeki lebih banyak.
Ada dua hal yang diupayakan ayah dua putri kecil bersia 4 dan 1 tahun ini. Dia mengubah anggapan bahwa sedekah mengurangi harta. Yusuf juga mendorong orang bersedekah lebih banyak, sesuai dengan kemampuan. ”Sedekahkan harta atau benda terbaik yang kita miliki,” katanya.
Yusuf sendiri berulang kali membuktikan bahwa sedekah adalah solusi berbagai kebuntuan spiritual, juga finansial. Syahdan, tujuh tahun silam ia mendekam di penjara setelah usahanya bangkrut dan dia terjebak utang miliaran rupiah. Yusuf merenung dan merenung. ”Saya sampai pada jawaban, nasib buruk saya karena kurang sedekah,” katanya mengenang masa tak menyenangkan itu.
Segera Yusuf bertindak. Dia berbagi makanan dengan tahanan lain. Bahkan, dia sengaja meletakkan potongan roti di pojok sel yang dilalui kawanan semut. Tak lama berselang, kabar baik datang yang dinanti tiba. Teman-temannya sudah membantu melunasi utang, dan dia dibebaskan setelah dua bulan dibui.
Kembali ke alam bebas. Yusuf berjualan es kacang hijau di terminal Kalideres, Jakarta Barat. Modalnya cuma lima belas ribu perak, itu pun didapat dari pemberian teman. Hari pertama, hanya 5 dari 75 bungkus es yang terjual. Uang hasil penjualan, Rp 2.500, habis untuk makan. Bungkusan es yang tersisa dia dinginkan dengan balok es.
Di sudut terminal, Yusuf kembali termenung. Teringat dia saat berbagi makanan dengan tahanan lain, juga dengan semut di penjara. Keesokan paginya, beberapa bungkus es dia bagikan cuma-cuma untuk pengemis. Lha, tak sampai dalam hitungan jam, sisa dagangannya ludes terjual. ”Ini yang membuat saya yakin bahwa sedekah harus dilakukan di depan,” katanya.
Yusuf kemudian mendalami ayat-ayat Al-Quran dan Hadis Nabi yang berisi anjuran dan keutamaan sedekah. Lalu, sembari berjualan es, dia membagi konsep sedekah yang dia pelajari kepada jemaah di musala terminal. Dari sinilah jalan baru terbuka untuk Yusuf. Dia menjadi dai, pendakwah, sekaligus konsultan untuk berbagai permasalahan yang terjadi pada umat Islam.
Kini, setelah enam tahun berdakwah, jadwal Yusuf sangat padat, apalagi selama Ramadan. Undangan berceramah juga mengalir dari segala penjuru. Pondok Pesantren Darul Quran yang dia dirikan di Tangerang, lima tahun lalu, kini terkenal dengan program unggulan pesantren seperti The Power of Giving Training dan Seminar Wisata Hati.
Yusuf juga banyak diundang stasiun televisi. Selain mengisi ceramah singkat di beberapa stasiun, ia juga bermain sinetron Maha Kasih, yang ditayangkan RCTI. Sinetron itu berisi kisah-kisah yang diangkat dari kesaksian jemaahnya. Tentang keajaiban yang muncul setelah orang-orang ikhlas bersedekah. ”Ada bumbunya, tentu,” katanya.
Bumbu ini yang kerap dikeluhkan agak berlebihan. Tapi, bagaimanapun, Yusuf dengan konsep sedekahnya sudah meramaikan dunia dakwah kita.
Adek Media Rosa
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo