SETELAH3 kali membentuk tim, berikut sebuah seminar akhirnya
hari jadi Kota Semarang ditentukan. Yaitu 2 Mei 1547. Tak lama
setelah DPRD Kotamadya Semarang akhir April lalu mengesahkannya,
2 Mei tadi diperingatilah untuk pertama kalinya.
Menurut Panitia Perumus Alternatif Hari Jadi Kota Semarang yang
diketuai Majen (Purnawirawan) Soerjo Soempeno tanggal itu
dipilih karena pada saat itulah diperkirakan Ki Pandan Arang II,
cucu Pati Unus, mendapat restu dari Kerajaan Pajang untuk
menjadi Bupati Semarang menggantikan ayahnya, Ki Pandan Arang I
atau Made Pandan. Waktu itu Ki Ageng Pandan Arang II berusia
sekitar 32 tahun. Dan karena hal-hal penting biasanya dibcrikan
pada han baik bulan baik, maka pengangkatannya sebagai bupati
ditentukan bersamaan dengan Maulud Nabi Muhammad yang jatuh pada
12 Rabi'ulawal tahun 1547 atau 2 Mei 1547. Disebutkan pula bahwa
pada peringatan maulud atau sekaten serupa itu biasanya
diumumkan keputusan-keputusan Sultan yang penting, seperti
pengangkatan bupati.
Perkiraan panitia hari jadi itu diambil setelah menelaah
berbagai babad dan buku dengan pedoman mengandung nilai semangat
kebangsaan, dapat dipertanggungjawabkan secara sejarah,
mencerminkan citra kota dan dapat diterima oleh masyarakat.
Karena itu panitia perumus menyingkirkan 2 tanggal alternatif
lainnya. Yaitu 6 Juli 1704 ketika Susuhunan Paku Buwono I
mengangkat Ki Yudonegoro menjadi Bupati Semarang dan tanggal 1
April 1906 saat terbentuknya "Gemeente van Semarang" dengan
Staatsblad no. 120 tahun 1906.
Amen Budiman
Tentu saja penentuan hari jadi itu menjadi bahan perbincangan
cukup seru di kalangan warga kota. Di samping hal itu
menumbuhkan perasaan bangga terhadap kotanya, tak kurang pula
polemik-polemik kecil lewat surat kabar. Di antaranya tentu saja
muncul Amen Budiman (35 tahun) seorang warga kota yang mengaku
"sudah 6 tahun mengkaji secara khusus sejarah Kota Semarang baik
dari bahan-bahan dalam negeri maupun luar negeri." Ia menolak
hari jadi pilihan panitia tadi dan menentukan pilihannya 14
Oktober 1477. Pertama-tama ia menyebut hasil kerja panitia
sebagai lelucon saja. Lalu ia berpendapat Made Pandan dan Ki
Pandan Arang I bukan nama satu orang. Bahkan katanya Pati Unus
sama sekali tak punya keturunan. "Ki Pandan Arang I adalah
Bupati Semarang pertama, buktinya ia digantikan anaknya Ki
Pandan Arang II atau Pangeran Kasepuhan -- toh sebagai bupati
juga," tutur Amen Begitu pula, kata Amen, Ki Pandan Arang II
jadi Bupati Semarang diangkat oleh Demak, bukan oleh Pajang. "Ki
Pandan Arang I itu bukan orang Demak, tapi orang Arab, aslinya
bernama Abdullah," ucap Amen.
Dia tak menyebut alasan mengapa ia mengambil hari jadi Semarang
14 Oktober 1477, tapi katanya, jauh sebelum 2 Mei 1547 Kota
Semarang sudah ada. Alasannya, dalam kisah-kisah Tome Pires yang
ditulisnya antara 1512-151 menyebut waktu itu Semarang telah
diperintah oleh seorang pate, namanya Pate Mamet. Pate berarti
adipati atau bupati (seperti Pati Unus, Bupati Jepara).
Ketua Penyusun Rancangan Risalah Alternatif Hari Jadi Kota
Semarang, drs Soesatyo Darnawi, menilai sanggahan Amen Budiman
sebagai pendapat "seorang dokumentalis yang baik, bukan
seorang sejarawan." Menurut Soesatyo, panitia menggunakan
methode multidisiplin, sedang methode Amen monodisiplin. Karena
itu Amen malahan menantang agar diadakan seminar lagi tapi yang
menurutnya benar-benar ilmiah. Dan ternyata Amen Budiman, bukan
satu-satunya orang yang tak setuju dengan rumusan panitia.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini