Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsip

Sekadar Ceceran Duit Bapak

Anak, istri, dan menantu Widjanarko Puspoyo terseret dalam kasus beras impor. Staf khusus Presiden Yudhoyono ikut disebut-sebut.

2 April 2007 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

URUSAN kantor, bagi bekas Kepala Bulog Widjanarko Puspoyo, sama dan sebangun dengan urusan keluarga. Di mana ada perusahaan Widjan, begitu Widjanarko biasa disapa, di situlah dipastikan ada sanak keluarganya. Kini, ketika Widjanarko jadi tersangka korupsi, keluarganya ikut terseret-seret.

Adalah Arden Bridge Investment Ltd. yang mengawali skandal. Perusahaan ini terdaftar di British Virgin Islands, kepulauan Karibia yang dikenal sebagai surga penggelapan pajak. Ada dua nama yang tercatat sebagai pendiri Arden Bridge. Widjokongko Puspoyo, adik kandung Widjan, dan seorang pria Amerika Serikat. Yang terakhir ini tak terlibat dalam operasional Arden sehari-hari, sehingga diduga keras hanya dipasang untuk memudahkan terbitnya izin pendirian perusahaan itu.

Setelah sekian lama jauh dari radar publik, dua pekan lalu Arden Bridge mencuat ke permukaan. Kejaksaan Agung mengaku menemukan aliran dana dalam jumlah yang tak wajar dari Vietnam Southern Food Corporation, perusahaan pengekspor beras Vietnam, ke rekening milik Arden di sejumlah bank. Dari Arden, sebagian dana kemudian parkir di rekening milik keluarga Widjanarko: Endang istrinya dan dua anaknya Winda Nindiaty dan Rinaldy Puspoyo. Jumlah fulus yang dikirim lebih dari Rp 5 miliar.

Penelusuran Tempo menemukan fakta lain: ternyata Arden Bridge juga terdaftar sebagai badan hukum di Indonesia. Sama seperti Arden Bridge Investment Ltd., versi Indonesia perusahaan itu, PT Arden Bridge Indonesia, juga dimiliki dua orang. Bedanya, di sini Widjokongko ditemani langsung sang kakak, Widjanarko Puspoyo. Perusahaan dua bersaudara ini mulai bergerak pada Juli 2005, dengan modal awal Rp 1 miliar. Urusannya tidak jauh-jauh dari bisnis inti Bulog: pertanian dan agroindustri.

Karena sama-sama dikendalikan Widjanarko, banyak orang mengidentikkan Arden dengan Bulog. ”Arden adalah Bulog,” kata Ida Rumindang. Ida adalah kuasa hukum Laksmi Setyanti Karmahadi, Direktur Utama PT Tugu Dana Utama—perusahaan yang menerima dana dari Vietnam Southern Food Corp. dan meneruskan uang itu ke Arden Bridge (lihat Uang Haram, Selang Bocor). Laksmi pekan lalu telah pula diperiksa kejaksaan.

Semua perusahaan Widjanarko—termasuk Arden Bridge—bernaung di bawah satu payung korporasi bernama Adaya Group. Kelompok usaha ini berkantor di Blok B6-B7 gedung perkantoran Graha Anugerah, Jalan Mega Kuningan E-33, Jakarta Selatan. Empat perusahaan lain di luar Arden adalah PT Adaya Multikreasi Perdana, PT Adaya Gunanusa Utama, PT Samudera Adidaya Sentosa, dan Adaya Venture Capital Ltd. Selain itu, ada juga rumah produksi Tangankiri, milik putra kedua Widjanarko, Rinaldy, yang baru merilis satu film layar lebar, akhir tahun lalu. Pemegang saham semua perusahaan di sana adalah Widjanarko dan keluarganya.

Sebut saja PT Adaya Multikreasi Perdana. Kamar Dagang dan Industri Indonesia mencatat perusahaan bermodal awal Rp 10 miliar ini bergerak di bidang perdagangan dan distribusi. Dalam daftar pemegang saham, selain Widjanarko sendiri, tercatat pula nama dua anaknya: Rinaldy dan Winda serta suami Winda, Andre Pasha Djuanda. Yang disebut terakhir adalah direktur utama perusahaan itu. Nama-nama yang sama juga muncul dalam daftar pemilik saham perusahaan lainnya dalam Adaya Group.

Tak hanya keluarga dekat yang terseret-seret skandal suap proyek impor beras Vietnam ini, teman Widjanarko pun kini ikut tersandung. Heru Lelono, kini staf khusus Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, tercantum dalam akta pendirian PT Adaya Gunanusa Utama. Dalam akta pendiriannya, perusahaan bermodal awal Rp 1 miliar itu disebut bergerak di delapan bidang usaha, antara lain agroindustri, pertanian, perkebunan, dan perikanan. Selain Heru, pemegang saham lainnya adalah istri Heru, Nuri Ambarwati, serta pasangan Winda dan Andre Djuanda.

Ketika dikonfirmasi Tempo, Heru tidak membantah. Dia mengaku memang pernah diajak Widjan mendirikan perusahaan. Namun, setelah membubuhkan tanda tangannya pada akta notaris, Heru mengaku tidak pernah tahu perkembangan perusahaan itu. ”Saya tidak pernah menerima sepeser pun dana dari Widjanarko,” katanya serius.

Heru dan Widjanarko memang sahabat lama. Hubungan mereka terjalin sebelum keduanya aktif di Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan, 1998. ”Waktu itu saya dan Widjan masih pengangguran,” kata Heru.

Menurut Heru, keterlibatannya da-lam perusahaan Widjanarko dimulai saat Winda Nindiaty, putri Widjan, menyelesaikan kuliahnya di Amerika Serikat. Pada Juli 2004, Widjanarko menghubungi Heru Lelono, menawarkan kerja sama mendirikan usaha baru. ”Supaya Winda bisa belajar bekerja,” kata Widjan, seperti ditirukan Heru.

Karena datang dari seorang kawan, ajakan itu sulit ditolak. ”Saya ikut pasang nama saja, wong saya tidak ikut setor modal,” katanya. Setelah akad pendirian perusahaan itu rampung, Heru mengaku tak pernah dihubungi lagi. Bahkan, menurut Heru, dia dan Widjan dalam dua tahun terakhir hampir tidak pernah berkomunikasi. ”Kalau sampai perusahaan itu bikin macam-macam dan nama saya masih ada di sana,” kata Heru geram, ”saya akan tuntut Widjan!”

Berbeda dengan Heru yang blak-blakan buka kartu, sanak keluarga Widjan memilih bungkam. Mereka puasa bicara sepanjang pekan lalu. Pintu pagar semua kediaman mereka digembok dan gorden rumah ditutup rapat-rapat. Ini terjadi di kediaman Widjanarko di Jalan Dharmawangsa VIII/75, ketika Tempo berusaha menemui Endang, istri Widjanarko. Idem ditto dengan rumah Winda Djuanda di Jalan Tulodong Bawah III/7, Jakarta Selatan. Permintaan tertulis Tempo untuk mendapat konfirmasi tidak ditanggapi.

Kantor Widjan di Mega Kuningan, Jakarta, juga sepi seperti kuburan. Kecuali satpam dan resepsionis, tak ada karyawan di sana. Meski demikian, ada yang aneh di lobi perusahaan itu. Pada awal pekan lalu, papan nama Adaya Finance, salah satu perusahaan di bawah Adaya Group, mendadak diturunkan dari panel kayu di belakang meja penerima tamu. Tak ada staf yang bersedia menjelaskan mengapa papan nama itu dicopot.

Upaya ringkes-ringkes? Terlalu dini untuk menyimpulkan demikian. Begitu pula terlalu pagi menyimpulkan keterlibatan anak-istri Widjan dalam skandal suap ini. Selain Arden Bridge, peran perusahaan keluarga Widjanarko lainnya dalam alur kucuran dana bermasalah ini memang masih terus ditelisik.

Kejaksaan Agung, sampai akhir pe-kan lalu, masih belum mau membeberkan ke mana saja dana suap dari Vietnam Southern Food Corporation mengalir. Sumber Tempo di jajaran penegak hukum mengatakan, ada kemungkinan keluarga Widjanarko menerima dana suap impor beras tanpa tahu asal-usulnya. ”Namanya uang dari suami atau bapak, ya diterima saja,” kata sumber itu. Meski bisa bebas dari tudingan korupsi, penerima dana haram seperti itu bisa dipidanakan dengan pasal pencucian uang.

Wahyu Dhyatmika

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus