Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsip

Sekuntum Cinta yang Tak Layu

Masyarakat mengapresiasi Polri dan TNI yang menjaga keamanan Jakarta.

24 Mei 2019 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Personel Brimob mendapat bunga mawar dari warga yang melintas di depan gedung Bawaslu, Jakarta, kemarin.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Komandan Peleton Anarkis, Ajun Inspektur Satu Mahmuda, sumringah ketika menunjukkan sekuntum mawar merah di saku dada kirinya. Mawar itu layu. Namun Mahmuda bangga mengenakannya. "Bunga boleh layu, tapi cinta saya tidak boleh," kata anggota Brigade Mobil dari Kepolisian Daerah Sumatera Barat itu, tertawa.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Mahmuda mendapat mawar itu dari seorang warga saat berjaga di depan kantor Badan Pengawas Pemilihan Umum di Jalan M.H. Thamrin, Jakarta, kemarin pagi. Hingga sore, ia tak mau menanggalkan kembang yang tangkainya sudah lemas tersebut. "Kami senang mendapat dukungan dari masyarakat," dia menuturkan.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Pemberian bunga kepada personel Polri dan TNI di depan kantor Bawaslu berlanjut hingga kemarin sore. Sejumlah pekerja yang berkantor di sekitar Thamrin memberikan mawar kepada aparat.

Ronal, salah seorang warga yang ikut membagikan bunga, mengatakan 10 rekannya membeli 130 kuntum bunga dan menyerahkannya kepada petugas keamanan. "Kami sudah semangat melihat anggota TNI dan Polri senang dikasih bunga."

Ia mengatakan pemberian bunga itu merupakan bentuk dukungan kepada personel Polri dan TNI yang menangani aksi massa sepanjang dua hari lalu. Demonstrasi itu bermula dari penolakan pendukung pasangan Prabowo Subianto-Sandiaga Uno atas hasil rekapitulasi suara Komisi Pemilihan Umum yang menyatakan pasangan Joko Widodo-Ma’ruf Amin menang dengan perolehan suara 55,5 persen.

Sore hari seusai pengumuman KPU, ribuan pendukung Prabowo-Sandi berunjuk rasa di depan kantor Bawaslu. Setelah pengunjuk rasa pulang, malam harinya sekitar pukul 23.00, massa dari kelompok lain datang dan membuat ricuh. Kerusuhan ini menyebabkan delapan orang tewas dan ratusan orang terluka. Sembilan aparat keamanan juga terluka.

Selain memberikan bunga, masyarakat menunjukkan dukungan mereka kepada TNI dan Polri melalui media sosial. Berbagai tanda pagar dukungan kepada aparat bermunculan. Tagar #TerimaKasihTNIPolri bergaung di Twitter. "Bangga dengan kalian. Terima kasih, semoga lelahmu menjadi lillah #TerimaKasihTNIPolri," kata akun @olivia_putri.

Artis Dian Sastrowardoyo turut memberikan dukungannya melalui Instagram. Pemeran Cinta dalam film Ada Apa dengan Cinta itu mengunggah fotonya bersama tulisan "Kami Bersama TNI dan Polri". Penggagas Gerakan Suluh Kebangsaan, Mahfud Md., juga menyerukan dukungan untuk TNI dan Polri. Ia menyatakan aparat keamanan perlu bertindak tegas.

ANT | MAYA AYU PUSPITASARI >


Tak Tahu Kapan Pulang

Tangan kanan Ajun Inspektur Polisi Dua Afriadi tak henti mengibaskan handuk kecil berwarna ungu yang tersampir di bahunya. Tangan kirinya menyangga telepon di telinga. Sesekali ia tersenyum. Sekali waktu ia merengut. "Biasa, anak. Dia gampang kangen kalau bapaknya jauh. Katanya, bapak jahat karena enggak pulang-pulang," kata anggota Brigade Mobil Kepolisian Daerah Sumatera Barat itu, kemarin.

Sudah 35 hari Afriadi dikirim ke Jakarta untuk membantu pengamanan Pemilihan Umum 2019. Selama itu, ia belum pernah pulang. Ia pun tak tahu kapan bakal bisa pulang ke rumahnya. "Katanya sampai situasi kondusif."

Selama di Jakarta, Afriadi tinggal di Wisma Kemayoran bersama 300 personel Polda Sumatera Barat lainnya. Namun, dalam tiga hari terakhir, tempat tinggal Afriadi berpindah ke jalanan di sekitar gedung Komisi Pemilihan Umum dan Badan Pengawas Pemilihan Umum.

Kerusuhan pada aksi massa sejak 21 Mei lalu membuat para petugas keamanan harus rela berjaga selama 24 jam. "Kami tidur sejam-dua jam bergantian. Tidurnya di emperan jalan gitu. Kami sudah tiga hari enggak mandi," ujarnya.

Untuk urusan logistik, petugas keamanan mendapat nasi kotak setiap hari saat sahur dan berbuka. Meski kangen akan masakan istri, Afriadi bersyukur masih bisa makan. Sebab, ada kalanya ia tak bisa makan. Seperti saat kerusuhan yang terjadi sejak malam hingga pagi pada dua hari lalu. "Pingin sahur, tapi kepala dilempari batu. Gimana mau makan?" katanya, terkekeh.

Komandan Peleton Anarkis Brimob Polda Sumatera Barat, Ajun Inspektur Polisi Satu Mahmuda, tak bisa memastikan kapan pasukannya bisa pulang. Ia berujar, penugasan di luar daerah memang selalu disesuaikan dengan kondisi di lapangan. "Bisa sebulan, tiga bulan, bahkan setahun," ujarnya.

MAYA AYU PUSPITASARI

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus