Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
BINTANG baru bermunculan- di Piala Dunia Jerman. Kete-rampilan mereka mengolah- bola begitu memikat. Tak sa-lah bila panitia memutuskan memberikan penghargaan tambahan bagi mereka.
Sebelumnya, penghargaan cuma diberikan kepada pemain terbaik, top scorer, dan pemain terbaik pada posisi masing-masing. Sekarang ada kategori baru: pemain muda terbaik.
Panitia sudah mengumumkan daftar 40 nama kandidat penerima penghargaan itu. Mereka berasal dari 21 negara peserta, dan belum berusia 21 tahun pada 1 Januari 2006. Berikut 10 pemain muda terbaik pilihan Tempo, dan ini profil beberapa dari mereka.
Messi si Kutu
Publik Argentina punya panggilan sayang buat pemain berusia 19 tahun ini: El Pulga alias Si Kutu. Tubuhnya yang mungil, tingginya cuma 170 senti-meter, mengingatkan pada legenda sepak bola Argentina Diego Maradona. Keduanya punya kemiripan yang lain: sama-sama kidal.
Dengan visi yang tajam dan keteram-pilan teknis yang mengesankan, Messi berkeliaran di lapangan tengah seakan ia berada di habitat alaminya. Dilengkapi kecepatan dan kemampuan menggiring bola yang anggun, ia selalu menjadi ancaman bagi pertahanan musuh. Tak cuma pandai mengatur irama permainan dan pengumpan yang matang, ia juga punya naluri kuat untuk -men-cetak gol. "Sayang, Messi kurang bagus dalam membantu pertahanan," ujar Manajer Persija, Rachmad Darmawan.
Dalam debut ketika menghadapi Serbia-Montenegro, Messi membuktikan dirinya memang pantas menjadi favorit peraih gelar pemain muda terbaik. Hanya dalam 16 menit terakhir, ia memukau seisi stadion dengan aksi-aksinya.
Belum sampai satu menit berada di lapangan, Messi melepaskan tendang-an keras ke gawang lawan setelah men-dapat umpan dari Cambiasso. Ia membuat permainan Argentina yang semula kendur setelah memimpin 3-0 kembali ligat dan tajam.
Salah satu umpannya menolong Hernan Crespo mencetak gol keempat bagi Argentina. Kemudian ia sendiri melengkapi permainan mengesankannya dengan mencetak gol di menit ke-88. Tak salah bila Maradona yang menyaksikan langsung pertandingan itu di tribun penonton melontarkan pujian. "Messi bukan sekadar bagus. Dia luar biasa. Dibanding pemain lain, dia sa-ngat cepat," ujar Maradona.
Pangeran Podolski
Kendati berasal dari keluarga imi-gran- Polandia, publik Jerman menghormatinya laiknya seorang bangsawan berdarah biru. Mereka menyebutnya pangeran, Prinz Poldi. Semua pujian dan penghormatan itu datang karena keterampilannya mengolah si kulit bundar.
Dua tahun lalu Lukas Podolski cuma seorang pemain junior tak terkenal di FC Cologne. Penampilannya mulai mencuri perhatian setelah pelatih Marcel Koller mengajaknya berlatih dengan tim senior. Podolski memulai debut di tim senior pada 22 November 2003.
Sejak itu, pemain kelahir-an 4 Juni 1985 ini telah membela Jerman 15 kali dalam per-tandingan internasional- dan mencetak lima gol. Pelatih Bayern, klub tempatnya bernaung sekarang, Felix Magath, menilai penampil-an Poldi- akan secemerlang Rooney di Piala Eropa tahun 2004. "Rooney lebih bertenaga dan kuat, tapi sentuhan Podolski lebih elegan," katanya.
Poldi merupakan tipe stri-ker yang berkualitas walau tak didukung pemain lain. Rajin menjelajah daerah pertahanan lawan. Ia gesit men-cari peluang mencetak gol bagi dirinya sendiri maupun menciptakan peluang buat pemain lain.
"Gol yang ia cetak ketik-a melawan Ekuador hanya bi-sa dilakukan pemain luar biasa-," Rachmad Darmawan memuji. Saat itu pertanding-an memasuki menit ke-57, Poldi memimpin serangan balik yang mematikan. Menyambar umpan silang Schneider, ia menceploskan bola ke dalam jaring. Poldi mampu mengubah situasi bertahan menjadi menyerang hanya dalam hitungan detik.
Fabregas yang Temperamental
Di tengah optimisme tim Spanyol merebut gelar juara, Cesc Fabregas- merupakan aset yang amat berharga-. Bergerak di lapangan tengah, ia mampu berperan sebagai gelandang me-nyerang maupun bertahan dengan sama baiknya.
Keistimewaan lain adalah tendang-an keras, umpan lambung yang akurat, dan kemampuan menggiring bola di atas rata-rata. Kemampuan itu ia perlihatkan saat melawan Tunisia di babak penyisihan.
Masuk menggantikan Marcos Senna di menit ke-46, pemain berusia 19 tahun yang temperamental ini langsung menghidupkan irama permainan. Dari lapangan tengah, ia memberikan umpan-umpan manis kepada pemain depan. Salah satu sodoran umpannya di-sambar Fernando Torres menjadi gol di menit ke-76.
Fabregas mulai mencuri perhatian di Kejuaraan Dunia Junior Usia 17 Tahun di Finlandia pada 2003. Saat itu, ia meraih predikat pemain terbaik dan pencetak gol terbanyak, kendati gagal mengantar Spanyol menjadi juara lantaran ditaklukkan Brasil di final.
Dengan bakat yang kian terasah, pemain kelahiran 4 Mei 1987 ini nekat pindah dari Barcelona ke Arsenal pada 2004. Ia pergi setelah gagal merebut posisi di tim senior. Saat itu usia-nya baru 16 tahun. Fabregas tak pernah menyesal. "Saya senang mengambil keputusan dalam usia semuda itu," kata-nya.
Lennon si Tukang Giring
Kebuntuan Inggris saat me-lawan Trinidad dan Tobago di babak penyisihan terasa membosankan. Kendati diperkuat empat pemain gelandang pa-ling- disegani, serang-an tim Tiga Singa polos saja- me-ngandalkan umpan jarak jauh, dan- tak mampu menyentuh gawang Hislop.
Situasi baru berubah setelah Manajer Sven-Goran Eriksson memasukkan Wayne Rooney dan Aaron Lennon di menit ke-58.
Kedua pemain muda itu langsung mengubah irama permainan. Lennon melakukan tusukan dari sayap kanan. Sedangkan Rooney rajin membuat ge-rakan tanpa bola untuk memecah konsentrasi pemain belakang lawan.
Giringan bola Lennon, juga Joe Cole dan Stewart Downing, berhasil meme-cah kebuntuan permainan Inggris yang semula monoton mengandalkan umpan-umpan panjang. Permainan yang lebih variatif akhirnya membuka jalan bagi Crouch dan Gerrard untuk mencetak gol.
Kecepatan menggiring bola dan kemampuan melewati beberapa pemain belakang lawan yang berpengalaman merupakan keistimewaan Lennon. "Saya belum melihat kelemahannya," Rachmad Darmawan melontarkan -pujian.
Pemain kelahiran 16 April 1987 itu memang menjanjikan. Ia memecahkan rekor sebagai pemain termuda yang berlaga di liga Inggris saat memperkuat Tottenham Hotspur melawan Leeds United. Saat itu usianya baru 16 tahun 129 hari. Kini ia meniti jalan untuk menjadi pemain muda terbaik di ajang Piala Dunia.
Asamoah Gyan si Petarung
Kemenangan Ghana atas Amerika- 2-1 yang mengantarkan kesebelasan -Bintang Hitam itu maju ke babak ke-dua hanya bisa diikuti Asamoah Gyan dengan gregetan dari bangku cadang-an. Penyerang berusia 20 tahun itu tak bisa ikut bertanding gara-gara terkena akumulasi dua kartu kuning.
Dalam pertandingan sebelumnya me-lawan Cek, Gyan membuat sejarah de-ngan mencetak gol pertama bagi Ghana- di ajang Piala Dunia. Ia seketika- menjadi pahlawan. Tapi tak berselang lama ia terpuruk menjadi si pandir karena gagal menjalakan bola dari titik pe-nalti.
Kesialan Gyan belum berakhir. Ia juga menerima kartu kuning lantaran- menendang penalti terlalu cepat. Akibatnya ia tak bisa ikut pertandingan terakhir di grup melawan Amerika karena sebelumnya juga sudah menerima kartu yang sama. "Saya menyesal melewati pertandingan. Saya penting untuk bangsa dan tim," ujarnya.
Sebagai penyerang, Gyan mendapat pujian pelatih Ratomir Dujkovic dari Serbia lantaran dianggap berani "berkelahi". "Saya melihatnya sebagai penye-rang yang bagus, seorang petarung, jago duel udara serta piawai mencetak gol dan memberikan umpan," katanya.
Memulai karier di klub Liberty Profesionals, Gyan sempat dipanggil memperkuat Ghana ikut Olimpiade 2004. Sayang, ketika itu Ghana tersingkir di babak awal. Kemudian lantaran didera cedera, Gyan tak bisa tampil di Piala Afrika 2006. Kini ia merumput di klub Udinese, Italia.
Bintang Muda Yang Bersinar di Jerman
Nama | Tanggal Lahir | Negara | Klub |
---|---|---|---|
Lionel Messi | 24 Juni 1987 | Argentina | Barcelona |
Lukas Podolski | 4 Juni 1985 | Jerman | Bayern Muenchen |
Cesc Fabregas | 4 Mei 1987 | Spanyol | Arsenal |
Aaron Lennon | 16 April 1987 | Inggris | Tottenham Hotspur |
Asamoah Gyan | 22 Nov 1985 | Ghana | Udinese |
Ryan Babel | 19 Des 1986 | Belanda | Ajax |
Guillermo Ochoa | 13 Juli 1985 | Meksiko | America |
Park Chu-Young | 10 Juli 1985 | Korea | FC Seoul |
Cristiano Ronaldo | 5 Pebruari 1985 | Portugal | Manchester United |
Wayne Rooney | 24 Oktober 1985 | Inggris | Manchester United |
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo