Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
JUMAT pekan lalu menjadi hari yang sibuk buat Anies Baswedan. Sejak dinihari, pria 47 tahun itu sudah memulai aktivitasnya. Saking padatnya agenda, Anies baru bisa merampungkan seluruh kegiatannya menjelang tengah malam. "Durung turu aku saiki (sampai sekarang saya belum tidur)," kata Anies.
Hari itu, nama mantan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan ini diumumkan sebagai calon Gubernur DKI Jakarta oleh koalisi Partai Gerindra dan Partai Keadilan Sejahtera. Ia berpasangan dengan politikus Gerindra yang juga pengusaha, Sandiaga Uno. Ada rangkaian kegiatan yang mesti dihadirinya menyusul penunjukan ini, dari deklarasi pencalonan, pendaftaran pasangan calon ke Komisi Pemilihan Umum Jakarta, sampai silaturahmi politik. Setelah semua acaranya rampung, Jumat itu, wartawan Tempo Prihandoko berkesempatan mewawancarai Anies seputar pencalonannya.
Bagaimana ceritanya hingga Anda memutuskan maju dalam pemilihan Gubernur Jakarta?
Awalnya, saya banyak ditanya teman-teman media. Selalu saya katakan tidak pernah memikirkan menjadi Gubernur Jakarta. Akhir Agustus hingga awal September kemarin, ada beberapa pihak yang serius mendatangi dan meminta saya ikut pemilihan Gubernur Jakarta.
Siapa para pihak itu?
Ada beberapa orang partai, berbeda-beda partainya. Ada juga Aksa Mahmud (pengusaha yang juga adik ipar Wakil Presiden Jusuf Kalla). Pak Aksa sangat serius ketika meminta saya. Kalau ada orang yang datang serius untuk meminta, harus saya pikirkan secara mendalam.
Kapan permintaan Aksa Mahmud disampaikan kepada Anda?
Jumat terakhir Agustus lalu, saya bertemu dengan Pak Aksa di Grand Hyatt. Kami mengobrol sambil makan siang.
Anda hanya sekali bertemu dengan Aksa Mahmud?
Tidak. Saya kan sempat sakit demam berdarah dan dirawat di rumah sakit. Pak Aksa sempat datang menjenguk. Waktu itu, Pak Aksa bareng Romi (Ketua Umum Partai Persatuan Pembangunan Romahurmuziy). Waktu itu, justru PPP yang paling aktif meminta saya maju dalam pemilihan Gubernur Jakarta.
Apa jawaban Anda saat itu?
Saya bilang, nanti saya pikirkan dengan serius, saya ngobrol dulu dengan keluarga.
Hasil survei yang menyebutkan popularitas Anda cukup tinggi ikut mempengaruhi?
Sekitar dua minggu lalu, memang pembicaraan agak serius karena ada survei dari Poltracking Indonesia.
Selain PPP, partai mana yang mencoba berkomunikasi dengan Anda?
Beberapa partai. Ada yang pakai utusan. Tidak perlu disebutkan partainya. Saya tidak enak.
Anda aktif berkomunikasi dengan Ketua Umum Gerindra Prabowo Subianto?
Tidak ada komunikasi khusus dengan Prabowo atau Gerindra. Artinya, yang berkomunikasi itu Sandiaga Uno.
Bagaimana komunikasi Anda dengan Partai Keadilan Sejahtera?
Presiden PKS itu teman saya. Kami memang berkomunikasi. Tapi, ada atau tidak ada pilkada, kami selalu berkomunikasi. Obrolan kami mengalir saja. Masalah pemilihan gubernur biasanya sambil lewat. Kami lebih banyak membincangkan hal lain.
Bagaimana ceritanya sampai akhirnya ada keputusan Gerindra dan PKS untuk mengusung Anda?
Pada Jumat dinihari kemarin, pukul 00.30, ketika saya ngobrol dengan teman-teman di ruangan saya di Indonesia Mengajar, saya dikontak tim Gerindra dan diberi tahu bahwa mereka setuju Anies menjadi calon gubernur dan Sandiaga menjadi calon wakil gubernur. Lalu saya ditanya: apakah setuju? Di situ saya mulai berpikir. Kemudian kami diskusikan dan akhirnya oke. Siap.
Tak lama kemudian, saya ditelepon untuk datang ke rumah Prabowo di Jalan Kertanegara, Kebayoran Baru. Saya sampai di Kertanegara pukul 01.30 dan bertemu dengan petinggi Gerindra dan PKS.
Bagaimana dengan pembagian dana kampanye?
Itu bisa dibicarakan sambil jalan. Kemarin kami lebih berfokus pada pendaftaran administrasi. Yang lainnya didiskusikan lebih jauh nanti.
Menurut Anda, apa pembenahan prioritas untuk Jakarta?
Harus ada perlindungan kepada masyarakat kecil. Misalnya rumah mereka yang sewaktu-waktu bisa hilang. Kehilangan rumah itu berat. Jakarta harus kembali mengayomi. Bukan berarti tidak ada penggusuran atau pemindahan, tapi caranya harus manusiawi.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo