Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsip

Shinta Damayanti: Berkilau dari Tengah Rig

18 Desember 2006 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Hari-hari Shinta Damayanti benar-benar habis dari satu rig ke rig yang lain. Pekerjaannya adalah mengambil sampel untuk diteliti kandungannya. Di setiap rig, perempuan kelahiran 12 Juli 1964 ini rata-rata menghabiskan waktu satu sampai dua hari, kadang-kadang bahkan bisa sampai empat hari. "Jadi, sekitar sebulan muter," ujar pekerja Vico, perusahaan gas patungan Indonesia-Amerika Serikat, itu.

Yang dilakukan Shinta mungkin terbilang aneh untuk ukuran perempuan normal. Pekerjaannya membuat Shinta harus tinggal jauh di pedalaman Kalimantan Timur. Hampir setiap hari Shinta harus bergelut dengan minyak, lumpur, dan batu. "Tugas saya ngeliatin batu, dilihat, dan diukur-ukur," ujar lulusan Teknik Geologi Institut Teknologi Bandung pada 1989 ini.

Sampel batu yang ia teliti berasal dari pasukan geolog yang ada di lapangan, diambil dari sungai dan hutan di Delta Mahakam, Samarinda, Kalimantan Timur. "Mereka banyak yang terkena malaria akibat keluar-masuk hutan," katanya. Shinta kemudian mengumpulkan berbagai sampel dari 10 rig milik perusahaannya untuk diteliti apa saja kandungannya.

Bukan hanya itu tugas Shinta. Setiap kali pengeboran dilakukan, pekerjaannya adalah mengamati monitor komputer yang terhubung dengan alat pencari data yang masuk ke dalam tanah. "Saya mesti melotot terus mengamati kurva dan angka," katanya. Hal itu sering membuat waktu tidurnya banyak terampas. "Tidak tidur empat hari berturut-turut itu sudah biasa," ujar Shinta.

Kini, posisi Shinta sudah berbeda. Dia bukan lagi menjadi karyawan tetap Vico, melainkan sebagai development geologist consultant. Dia sempat keluar dari perusahaan itu pada tahun 2000 setelah 11 tahun bekerja di sana. Namun, Shinta kemudian masuk kembali sebagai karyawan kontrak. Itu sebabnya, dia kini lebih sering berada di kantor pusat Vico di Jakarta. Hanya 2-3 bulan sekali Shinta mesti ke Kalimantan untuk mengecek kondisi lapangan.

"Saya ingin punya waktu lebih banyak untuk keluarga," ujar Shinta. Sejak menikah pada 1992, Shinta memang harus banyak berbagi waktu dengan suaminya yang juga seorang geolog. Tapi, suaminya kemudian memilih pindah bekerja di Direktorat Jenderal Pajak. "Nggak mungkin dua-duanya di lapangan," katanya.

Dikaruniai tiga anak: Hanif (lahir 1993), Sani (lahir 1999), dan Dary (lahir 2001), Shinta sering kali merasa bersalah karena pekerjaannya membuat dia sering meninggalkan anak-anak. Namun, dia membalasnya dengan memanjakan mereka kalau sudah ada di rumah.

Shinta bukan satu-satunya perempuan di rig, karena ada juga perempuan yang berprofesi sebagai field engineer. Tapi, tak berarti naluri kewanitaannya hilang setelah lebih banyak bergaul dengan kaum pria. Sesekali dia menyempatkan diri memasak bila ia tidak sreg dengan makanan yang disajikan. Bukan sekali-dua Shinta meminta tukang masak untuk membawakannya sayur segar. "Saya tumis di dapur dan kami makan ramai-ramai," kata dia.

Untuk urusan pribadi, katanya, perempuan di rig juga tak perlu khawatir. Di rig, ia biasa mendapat kamar sendiri di trailer dengan kamar mandi di dalam. Tak pernah ia mengalami pelecehan seksual dari pekerja laki-laki. "Mereka justru sayang sekali-kita minta apa saja dikasih," katanya. Misalnya, tukang cuci di rig tak segan membantunya mencucikan pakaian di waktu-waktu tertentu, sementara orang lain mesti antre.

Tak pernah pula Shinta terlalu cemas akan keselamatannya. Standar internasional ketat diberlakukan perusahaannya. Meski belum pernah mengalami sendiri, Shinta tahu persis betapa ganas semburan formasi batuan dan gas ke permukaan. Kondisi itu sungguh membahayakan permukiman penduduk. "Tak ada hubungannya dengan kita sebagai perempuan," katanya.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus