Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsip

Si Penyabar dengan 14 Kartu Merah

Pernah ditolak tim nasional Aljazair, Zidane malah memperkuat Les Blues. Ayahnya dituduh anggota Harki.

17 Juli 2006 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

BERUSAHALAH dua kali lebih keras dan sabar supaya kau sukses.” Nasihat itu berulang kali diucapkan Smail Zidane kepada anaknya yang lembut hati. Ia biasa memanggil si anak: Yazid atau Yaz. Smail yang pendatang dari Aljazair sadar, i-migran harus bekerja lebih ligat dan tangkas dibanding penduduk asli. Di-butuhkan pula kesabaran seluas langit untuk menghadapi ejekan.

Wejangan itu selalu terngiang di te-linga Yaz, yang setelah menjadi pemain bola dikenal sebagai Zinedine Zidane. Tapi, saat seorang pemain lawan meng-ejek asal-usul keluarganya, Zidane tetap gelap mata. Remaja kelahiran 23 Juni 1972 itu memukul si pengejek hingga terkapar. Sepanjang kariernya, ia sudah 14 kali menerima kartu merah.

Pekan pertama liga Prancis musim 1988-1989 itu menjadi masa yang tak pernah hilang dari ingatan Zizou—pang-gilan publik Prancis kepada Zinedine. Saat itu ia baru mulai meniti karier profesional bersama klub AS Cannes.

Selama sepekan setelah insiden itu, Zi-zou menjalani hukuman dari pe-latih Jean Varraud: membersihkan ruang gan-ti pemain. Ia kesal bukan kepalang. Namun sang pelatih menganggap hukuman itu penting untuk melatih emosi Zizou. Varraud percaya, anak didiknya itu punya bakat menjadi pemain besar.

Waktu berjalan, Zizou mulai terbiasa dengan ejekan. Ia mencetak gol pertama-nya pada Februari 1991. Presiden klub Alain Pedretti memberinya hadiah sedan Renault. Mobil itu menjadi modal Zizou mendekati seorang penari ba-let, Veronica. Gadis ke-turunan Spanyol itu ia nikahi dua tahun kemudian.

Karier Zizou di sepak bola kian moncer. Setelah mendapat mobil dari gol pertama itu, ia terpilih masuk tim senior musim 1991-1992. Kemudian ia bergabung de-ngan Bordeaux (1992-1996).

Sikap penyabar yang telah terpupuk lama membuat Zizou tak kecil hati ketika Abdelhamid Kermali, pelatih tim na-sional Aljazair, menganggap dirinya- lamban sehingga tidak layak masuk skuad. Zizou yang memiliki dua kewar-ganegaraan, Aljazair dan Prancis, tetap tekun berlatih.

Panggilan dari tim nasional akhir-nya datang. Tapi bukan dari negeri lelu-hur-nya, melainkan dari tanah kelahirannya. Aimé Jacquet, pelatih Prancis, memanggil Zizou untuk membela Les Blues mela-wan Cek 12 tahun silam. Turun ke lapangan di menit 63, ia mencetak dua gol untuk menyamakan kedudukan 2-2.

Di penghujung musim 1995-1996, Zizou membawa Bordeaux ke final Piala UEFA. Bordeaux gagal menjadi juara, tapi Zizou sudah menjadi incaran klub elite Eropa. Ia akhirnya memilih Juventus.

Liga Italia menjadi anak tangga sebe-lum Zidane menapak ke tampuk terting-gi sepak bola: Juara Dunia 1998 di ne-ge-ri sendiri. Tapi tak semua bangsa Pran-cis menerima Zidane dengan tulus. Jean-Marie Le Pen, seorang politisi sa-yap kanan, mengakui Zizou sebagai putra Prancis dengan embel-embel ayah-nya dari kelompok Harki di Aljazair.

Harki adalah sebutan bagi orang Alja-zair yang mendukung Prancis pada ma-sa perang kemerdekaan. Harki dicap peng-khianat. Anggotanya menjadi korban pembantaian massal setelah Prancis angkat kaki. Mereka yang selamat melarikan diri ke Prancis.

Smail datang ke Prancis memang u-n-tuk menyelamatkan hidup keluarga-nya. Ia bekerja keras sebagai petugas gu-dang. Tapi Zizou menampik ayahnya se-orang Harki. ”Ayah saya seorang Aljazair, dan ti-dak pernah berperang melawan nege-rinya sendiri,” kata Zizou suatu ke-tika.

Toh, cap Harki tak gampang pupus. Lima tahun silam Zi-zou mendapat ancam-an pembunuhan ketika Prancis akan menghadapi Al-jazair dalam laga persahabatan di Stade de France. Pertanding-an- akhir-nya dihentikan pada menit ke-70 gara-gara penon-ton ma-suk lapang-an. Zi-zou menyebut pe-ristiwa itu terburuk se-panjang kariernya.

Siapa bisa menduga, pe-ristiwa terburuk dalam hi-dup Zizou masih datang. Pun ketika si penyabar sudah di ambang karier se-bagai pemain bola.

Adek Media Roza

Zinedine Yazid Zidane

Lahir: Marseille, 23 Juni 1972

Tinggi: 185 cm Berat: 78 kg

Panggilan: Zizou, Yaz, ZZ

Istri: Veronica

Anak: Enzo, Luca, Théo, dan Elyaz

Karier Klub:

  • 1988-1992 AS Cannes, 61 kali main (6 gol)
  • 1992-1996 Girondins Bordeaux, 139 main (28 gol)
  • 1996-2001 Juventus, 151 main (24 gol)
  • 2001-2006 Real Madrid, 155 main (34 gol)

Karier Tim Nasional:

  • 1994-2006 Prancis, 108 main (31 gol)

Prestasi Bersama Prancis:

  • Juara Dunia 1998
  • Juara Eropa 2000

Prestasi Bersama Juventus:

  • Juara Seri A 1996/1997 dan 1997/1998
  • Juara Super Eropa 1996
  • Juara Interkontinental 1996
  • Juara Piala Super 1997

Prestasi Bersama Real Madrid:

  • Juara Piala Super 2001 dan 2003
  • Juara Liga Champions 2001/2002
  • Juara Interkontinental 2002
  • Juara Piala Super Eropa 2002
  • Juara La Liga 2002/2003

Penghargaan:

  • Pemain terbaik dunia FIFA 1998, 2000, dan 2003
  • Pemain terbaik Eropa 1998
  • Pemain terbaik Piala Dunia 2006

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus