Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Kebiasaan menanduk pemain lawan boleh jadi sudah ada da-lam darah Zizou. Jauh sebelum insiden dengan Marco Matera-z-zi di final Piala Dunia Jerman, ia juga pernah menanduk Jochen Kientz, pemain SV Hamburg, Jerman, saat ke-dua-nya bersitegang di lapangan.
Peristiwa itu terjadi pada September 2000, dalam pertandingan Liga Champions. Akibat aksi serudukan itu, Zizou diusir keluar dari lapang-an dan dilarang bermain dalam lima pertandingan berikutnya. Sebelum-nya,- pada kejuaraan yang sama, Zi-zou juga pernah menerima kartu me-rah karena telat menjegal Emerson, pe-ma-in te-ngah Deportivo La Coruna, Spanyol.
Di ajang Piala Dunia, gelegak emosi Zizou juga pernah meletup. Kejadian itu berlangsung dalam pertandingan babak penyisihan grup Piala Dunia 1998 di Prancis. Zizou dengan sengaja terlihat menginjak kaki Fuad Amin, kapten tim Arab Saudi.
Ihwal aksi menginjak kaki itu lantaran Fuad memprovokasi dengan kata-kata berbau rasial. Ia mengejek Zizou sebagai Arab Berber—meng-ingatkan pada tanah leluhurnya di Alja-zair, Afrika Utara, yang memang terhitung pinggiran di dunia Arab. S-ejarah mencatat orang Arab baru datang ke wilayah itu pada abad ke-7 Masehi.
Di luar empat kasus ter-sebut, ma-sih ada 10 kartu merah lain yang di-petik Zidane selama berlaga di berbagai pertandingan. Kar-tu pertama didapat pa-da September 1992 ka-rena terlibat baku pu-kul- dengan Marcel Desailly.- Ketika itu De-sailly memperkuat Marseilles, se-dangkan Zizou bermain un-tuk Bordeaux.
Desailly diketahui terle-bih dahulu me-lontarkan pu-kulan. Zi-zou membalas dengan sebuah bogem ke wajah bek Mar-seilles itu. Jauh setelah insiden itu berlalu, keduanya menjadi kawan baik dan bahu-membahu mengantar Pran-cis menjadi Juara Dunia 1998.
Dua tahun kemudian, kartu merah di-jatuhkan pada Zidane saat ia tertangkap mata wasit sedang mengga-plok wajah Thorsten Fink, pemain Karl-sruhe, Jerman. Pada tahun yang sama, Zidane tak bisa meneruskan per-mainan setelah menjegal dari belakang Frederic Mendy, pemain tim Martigues, Prancis.
Kartu merah lain disorongkan ke Z-idane saat ia menggaplok Enrico Chiesa dari Parma, Italia, pada 1997. Jeni-us sepak bola pujaan warga Prancis itu juga diketahui mencoba me-mukul Quique Alvarez, pemain belakang tim Villarreal, Spanyol, pada 2005.
Seperti Zidane yang mengoleksi 14 kartu merah lewat beragam aksi-nya, Marco Materazzi juga tergolong pe-main yang bergelimang pelang-garan selama kariernya sebagai pemain se-pak bola. Salah satu contoh perangai tak terpuji pemain kelahiran Lecce, Italia, 19 Agustus 1973, ini adalah ketika memukul Bruno Cirillo, pemain belakang Siena, dalam kompetisi seri A Italia.
Pemukulan yang terjadi pada Fe-b-ruari 2004 itu berlangsung di lorong- kamar ganti pemain, seusai per-tan-dingan di Stadion San Siro, Milan.- Materazzi saat itu bermain untuk In-ter Milan. Saat diwawancarai wartawan televisi, Cirillo dengan demonstratif- mem-pertontonkan bibirnya yang ber-darah akibat tonjokan Materazzi. ”Dia- menunggu saya di lorong, dan lang-sung memukul,” katanya.
Materazzi, yang lengan kiri-nya d-ipenuhi tato bertulisan LION dan XIX VIII MCMLXXIII—tanggal kelahir-annya dalam angka roma-wi—menyatakan penyesalan dan minta maaf atas kejadian tersebut. Ken-dati be-gi-tu, sanksi tetap dijatuhkan k-epada pemain jangkung dengan tinggi 193 sentimeter itu. Ia di-kenai la-rangan ber-tanding selama dua bulan.
Perilaku buruk- di- lapangan ju-ga ditunjukkan- Materaz-zi saat masih m-emperkuat tim Ever-ton, Inggris. S-e-lama m-u-sim kompetisi 1998-1999, p-emain yang ter-kenal dengan tendangan ka-ki kiri yang akurat- itu diganjar tiga kartu m-erah dan 12 kartu kuning.
Namun, Materazzi juga pernah men-jadi korban ak-si curang pemain lain. Ia dikeluar-kan dalam laga Everton melawan Co-ventry karena aksi ”menyelam” yang di-lakukan Darren Huckerby. Setelah diusir, ia duduk di tepi lapangan, dekat papan iklan, dan menangis.
Dalam Liga Champions musim lalu, anak pelatih terkenal Giuseppe Mate-razzi itu juga tertangkap kamera menyikut Juan Pablo Sorin dalam laga me-lawan Villarreal. Kartu merah pa-ling gres disorongkan wasit Luis Medina Cantalejo kepada Materazzi dalam Piala Dunia 2006 saat Italia menjamu Australia di Stadion Kaiserslautern, Jerman.
Zizou dan Materazzi pada akhirnya mungkin setimpal.
Dwi Wiyana (dari berbagai sumber)
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo