Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
PROMO gratis ongkos kirim yang berlaku di beberapa pasar online menjadi daya tarik bagi Romi Siska Putra. Direktur PT Bagaskara Semesraya Internasional itu selalu memanfaatkan promo tersebut untuk mendongkrak penjualan online-nya.
Bagaskara merupakan distributor beberapa produk multivitamin lokal untuk ibu dan anak-anak. Perusahaan yang berkantor di Yogyakarta itu berfokus pada penjualan berbasis pemasaran digital. Salah satu teknik pemasarannya: memanfaatkan program gratis ongkos kirim (ongkir) atau subsidi ongkos kirim di pasar online seperti Blibli, Mataharimall, dan Shopee. "Kami menyerbu begitu ada e-commerce menawarkan gratis ongkir," katanya kepada Tempo, Kamis pekan lalu.
Penjualan utama PT Bagaskara berbasis di media sosial seperti Facebook, Line, dan Instagram. Perusahaan yang baru berdiri tahun ini tersebut memiliki 15 tenaga untuk pelayanan transaksi jual-beli online. Dari teknik pemasaran digital ini perusahaan bisa mengantongi penjualan sekitar 15 ribu unit barang. Dari bisnis ini, Bagaskara menyerap tenaga kerja sekitar 20 karyawan baru yang terdiri atas tenaga pemasaran dan penulis konten untuk beberapa website mereka.
Teknik pemasaran digital juga diterapkan oleh Mukit Hendrayatno, 33 tahun, pemilik produk jamu CV Family Herbal di Cilacap, Jawa Tengah. Promo subsidi ongkos kirim yang berlaku di beberapa e-commerce turut mendongkrak penjualan bisnis kelas usaha kecil-menengah ini. Menjamurnya pasar online berkontribusi pada omzet perusahaan, yang mencapai puluhan juta rupiah. Sehatnya keuangan dari bisnis ini membuat Mukit bersemangat menciptakan produk baru. "Setiap tahun pasti lahir produk jamu baru," katanya.
Gratis ongkos kirim merupakan salah satu senjata andalan e-commerce mengerek jumlah pengunjung di website ataupun aplikasi pada telepon pintar. Skema ini menguntungkan penjual online seperti Romi, yang bisa menambah konsumen baru. Dengan gratis ongkos pengiriman, jangkauan pembeli bisa merambah hingga konsumen di Indonesia timur, yang selama ini terhambat oleh mahalnya biaya kirim.
Muhammad Imran, Co-Founder Data Driven Asia, mengatakan teknik promo gratis ongkir dan promo diskon harga mengindikasikan orientasi e-commerce masih pada tahap membangun brand. Pada tahap ini, alokasi anggaran untuk mengenalkan brand kepada pelanggan mencapai ratusan miliar hingga triliunan rupiah meski perusahaan belum bisa meraup profit.
Imran menilai persaingan antar-e-commerce bakal lebih ketat seiring dengan rencana masuknya Amazon—raksasa online asal Amerika Serikat. Masuknya Amazon ke Indonesia menyusul ekspansi Alibaba—raksasa e-commerce asal Cina—yang mengakuisisi Lazada pada April lalu. "Amazon akan masuk dengan kekuatan finansial US$ 600 juta," katanya. Anggaran yang disiapkan Amazon itu masih lebih kecil ketimbang anggaran Alibaba mengakuisisi Lazada sebesar US$ 1 miliar. Kabar Amazon masuk ke Indonesia dibenarkan oleh CEO Mataharimall.com Hadi Wenas. "Yang saya dengar seperti itu," ujarnya.
Masuknya Amazon ke Indonesia, menurut Imran, akan mendorong pelaku industri e-commerce mengalokasikan belanja iklan lebih besar pada tahun depan. Tahun ini belanja iklan e-commerce diprediksi mencapai Rp 3,3 triliun, naik dari alokasi belanja iklan tahun lalu sebesar Rp 2,2 triliun. Dari jumlah belanja iklan tahun ini, prediksi penerimaan yang bakal digenggam e-commerce mencapai Rp 70,4 triliun.
BELANJA iklan e-commerce bertujuan mengerek jumlah pengunjung ke pasar online. Kenaikan jumlah pengunjung ini mengikuti lonjakan pengguna Internet yang mencapai 106 juta orang. Dari jumlah itu, 66 juta pengguna mengakses Internet lewat telepon pintar. Muhammad Imran memprediksi pertarungan memperebutkan pengunjung masih mewarnai bisnis e-commerce tahun depan.
Mengacu pada jumlah visitor, Lazada menduduki peringkat pertama dengan 38 juta pengunjung per bulan, disusul Elevenia (35 juta), Mataharimall (30 juta), dan Blibli (26 juta). Namun, berdasarkan durasi kunjungan, Zalora menempati nomor satu dengan lama kunjungan rata-rata 8 menit. Di Lazada, pengunjung rata-rata menghabiskan waktu 4 menit.
Meski begitu, Imran menilai jumlah pengunjung dan durasi bukan ukuran kesuksesan bisnis online. Dia memprediksi isu besar persaingan e-commerce tahun depan adalah pengembangan teknologi. Salah satunya penggunaan chatbot, yaitu robot yang bisa melayani percakapan dengan konsumen.
Chatbot belum banyak digunakan oleh e-commerce. Salah satu yang menggunakan chatbot adalah Salesstock, e-commerce khusus fashion. Jika konsumen membuka website Salesstock, robot akan langsung menyapa dengan mengenalkan diri sebagai Soraya, nama yang dijadikan ikon oleh Salesstock.
Co-Founder Salestock, Stanis, mengatakan pengembangan teknologi merupakan tahap lanjut yang harus dimasuki oleh manajemen e-commerce. Ia menilai strategi membakar uang dengan promo gratis ongkos kirim atau diskon besar-besaran tidak akan awet.
Pada saatnya e-commerce akan memasuki tahap bisnis yang realistis, yaitu efisiensi. Tahap ini bisa diwujudkan dengan pengembangan teknologi. Imran mengatakan teknologi chatbot, misalnya, mampu menghemat ongkos usaha. Selama ini, untuk bercakap-cakap dengan konsumen, e-commerce melayani dengan tenaga manusia. "Ini membutuhkan ongkos yang besar," ucap Imran.
Selain chatbot, pengembangan teknologi lain adalah pengembangan mesin learning. Mesin ini bekerja dengan membaca profil pengunjung berdasarkan perilakunya. Pengetahuan terhadap profil konsumen akan membantu e-commerce menyediakan konten pelayanan yang tepat sesuai dengan perilaku konsumen.
Tak seperti Stanis, CEO Mataharimall.com Hadi Wenas memiliki prediksi yang berbeda. Pada 2017, sebagian pemain e-commerce akan berfokus menemukan model pendapatan. Selama ini belum ada satu pun e-commerce yang meraup profit. "Saatnya konsolidasi dan merasionalisasi pasar," ujarnya.
MANISNYA bisnis belanja online tergambar pada riset Google dan Temasek yang dirilis pada Agustus lalu. Riset yang digelar di Filipina, Thailand, Singapura, Malaysia, Vietnam, dan Indonesia itu mengungkap data valuasi belanja online bakal mencapai US$ 200 miliar atau setara dengan Rp 2,647 triliun pada 2025. Tony Keusgen, Managing Director Google Indonesia, mengatakan, dari total nilai tersebut, valuasi di Indonesia mencapai US$ 81 miliar atau setara dengan Rp 1.071 triliun. "Nilainya meningkat 26 persen. Ini akan menjadi salah satu pendorong pasar," katanya.
Kontributor terbesar belanja online adalah empat bisnis online utama, yaitu e-commerce, travel online, transportasi online, dan belanja iklan digital. Untuk e-commerce, valuasinya mencapai US$ 46 miliar, industri travel online menyentuh US$ 24,5 miliar, dan transportasi online sebesar US$ 5,6 miliar pada 2025.
Namun besarnya valuasi pasar online belum membawa kabar gembira bagi usaha UMKM. Andy Sjarief, CEO Nurbaya Initiatives, mengatakan gencarnya e-commerce masih didominasi oleh produk impor, terutama dari Cina. "Hampir 95 persen dari Cina." Ia berharap persentase produk lokal dalam catalog e-commerce merangkak tahun depan. Upaya ini dilakukan Nurbaya dengan membantu para pengusaha UMKM dengan menggelar toko online. "Target kami ada dua juta UMKM baru yang mempunyai toko online tahun depan," ucapnya.
Upaya mendorong UMKM untuk bisa memasarkan produk di toko online juga dilakukan Emporia Digital, mitra Alibaba di Indonesia. Fernando Wangsa, Direktur Emporia Digital, mengatakan fokus Emporia adalah mengajak UMKM bisa mengakses pasar internasional. Model bisnis Emporia akan menjiplak cara Alibaba dalam memasarkan produk UMKM Cina ke pasar internasional. "Fokusnya business to business karena di Indonesia lebih banyak pelaku business to consumer," kata Fernando.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo