Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
DI sepanjang dua kilometer Jalan Benda Raya, Tangerang Selatan, Banten, tujuh agen pengiriman bertarung berebut pasar. Empat di antaranya berbendera sama, yakni PT Jalur Nugraha Ekakurir (JNE) dan PT Citra Van Titipan Kilat (Tiki). Sisanya merupakan pemain baru di bisnis kurir, yaitu JET Express, Wahana, dan PT Pos Indonesia.
Menjamurnya agen pengiriman di Jalan Benda Raya tumbuh di tengah animo masyarakat di kawasan itu dalam berbelanja online. Muhammad Zulfan, pemilik gerai agen JNE di Jalan Benda Raya, mengatakan pengiriman paket naik 10 kali lipat tak sampai satu setengah tahun. "Awal beroperasi kami mengirim 600-1.000 paket, sekarang mencapai 9.000-10.000 paket per bulan," katanya kepada Tempo, Ahad pekan lalu.
Sebelum menjadi agen JNE, Zulfan mengerjakan renovasi rumah milik salah satu bos JNE di Tangerang. Sambil menceritakan pesatnya bisnis pengiriman barang, bos JNE itu menawarinya menjadi agen di Tangerang. JNE menggurita hingga 250 agen di Tangerang, terbanyak ketimbang wilayah lain.
Mendengar cerita itu, Zulfan berminat. Ia diterima sebagai agen setelah menyetor modal Rp 10,5 juta. Bagi hasilnya: 80 persen untuk JNE dan 20 persen jatah Zulfan. Saat ini ia mengantongi pendapatan rata-rata Rp 200 juta per bulan.
Bukan hanya JNE, agen Tiki di Jalan Benda Raya juga mendapat durian runtuh. Rani, customer service agen Tiki di kawasan Bundaran Ciater, Tangerang Selatan, mengatakan pengiriman mencapai 200 paket setiap hari, naik empat kali lipat.
Berkembangnya bisnis pengiriman paket merupakan imbas pesatnya bisnis belanja online. Menurut Presiden Direktur JNE Mohamad Feriadi, pengiriman JNE mencapai 15 juta paket pada tahun ini. Volume itu naik dari 12 juta paket pada dua tahun lalu. "Pertumbuhan bisnis di JNE selalu di atas 30 persen," katanya.
Pertumbuhan bisnis pengiriman, menurut Feriadi, masih bisa didongkrak. Alasannya, banyak sektor perdagangan retail yang belum tergarap pengelola pasar online. "Pasarnya masih longgar," kata Feriadi, yang juga Ketua Umum Asosiasi Perusahaan Jasa Pengiriman Ekspres, Pos, dan Logistik Indonesia (Asperindo). Hitungan Asperindo, valuasi bisnis pengiriman paket dan dokumen mencapai Rp 50 triliun pada tahun ini.
Gurihnya bisnis ini memunculkan pemain baru, yaitu PT Jaringan Ekspedisi Transportasi (JET Express) dan PT Global Jet Express (J&T Express), yang berdiri tahun lalu. Feriadi mengaku tak gentar karena jangkauan JNE lebih luas ketimbang kompetitor. Untuk mempertahankan kinerja perusahaan, JNE berinvestasi di bidang infrastruktur teknologi informasi. Investasi ini merupakan cara perusahaan menghadapi persaingan pada 2017.
Berbeda dengan Feriadi, Zulfan menilai pemain baru cukup kompetitif menghadirkan persaingan. Dengan kecepatan dan harga yang lebih ekonomis, beberapa pemain baru menjadi favorit pilihan konsumen untuk pengiriman di kawasan Jabodetabek. "JNE menang untuk pengiriman luar kota," ucapnya.
Kompetisi antarpelaku pasar, kata Feriadi, akan menguntungkan konsumen. Aspek lain yang bisa memperbaiki kinerja pengiriman barang adalah menurunkan ongkos logistik. Penekanan ongkos ini menjadi pekerjaan rumah pemerintah. Di Indonesia, ongkos logistik mencapai 24 persen. Bandingkan dengan Malaysia dan Thailand, yang bertengger di angka 16 persen. Inilah yang membuat tarif pengiriman barang masih dirasakan mahal. Buruknya pelayanan logistik terlihat pada penurunan indeks logistik yang menggambarkan pelayanan pergudangan, kepabeanan, dan pengiriman. "Peringkat Indonesia turun dari posisi 53 menjadi 63," kata Feriadi.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo