Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsip

Sidang kambing

Pak udin memotong lidah kambing milik tarmuji yang memakan daun singkong di kebunnya di aceh timur. kambing tewas. tarmuji menuntut. didamaikan oleh kepala mukim. kambing tersebut jadi santapan harimau.

18 Juli 1987 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

BERHARI-HARI Mat Udin, 60 tahun, dibuat penasaran. Daun-daun singkong di kebunnya yang dua hektar itu banyak yang gundul. Ulat? Eh, rupanya, ulat berkaki empat. Hari itu Pak Udin memergoki seekor kambing betina berbulu cokelat sedang melahap daun singkong. Kakek empat cucu di Desa Bukit Keranji, Karang Baru, Aceh Timur, ini marah. Kambing dia tangkap. Mulutnya dingangakan, dan "kresss ! ". Lidah si kambing putus sudah. Sepekan kemudian, kambing milik Tarmuji, 47 tahun, itu mati. Berang betul dia waktu tahu bahwa yang membuat kambingnya menderita adalah Udin. Mereka bertengkar. Udin yang rambutnya mulai memutih siap dengan golok. Tarmuji memegang sepotong kayu. Seandainya Kepala Desa, Abdul Rahman, tak keburu dipanggil, pasti ada korban. Sabtu, 20 Juni, sekitar 400 warga desa menuju meunasah atau surau - menyaksikan sidang perkara kambing makan daun singkong. Tarmuji, yang kehilangan kambing, menuntut ganti rugi Rp 30 ribu. "Dari kecil kambing itu saya pelihara. Eh, enak saja dia menggunting lidahnya," kata Tarmuji pada Makmun Al-Mujahid dari TEMPO. Mat Udin tak mau kalah. Katanya, "Berbulan-bulan saya mencangkul, menanam, dan memelihara tanaman. Terik matahari dan cucuran peluh tak saya hiraukan. Tiba giliran mau memanen, eh, batang singkong sudah tak berdaun ...." Lidah kambing milik Udin itu disikatnya, karena dianggapnya "nakal". Seperti Tarmuji, Udin Juga menuntut ganti rugi. Kepala Mukim - ini jabatan setingkat di atas kepala desa - M. Tahir, 65 tahun, yang memimpin "sidang" bertanya, berapa Udin menuntut ganti rugi. Setelah dihitunghitung, kakek ini rugi sekitar Rp 30 ribu. "Klop, 'kan? Ayo, kalian damai saja," pinta Tahir, sembari meraih tangan kanan kedua pihak yang bersengketa. Keduanya diminta bersalaman. Sidang selesai. Hadirin bersorak. Tapi, mau diapakan itu bangkai kambing? Lalu Idris muncul. Dia adalah pawang harimau yang cukup beken di Aceh Timur. Rupanya dia sedang mencari kambing untuk umpan menangkap harimau. Bangkai kambing Tarmuji, kontan dia sambar. "Pantasnya, kambing yang nakal memang jadi santapan harimau," celoteh Udin. Tarmuji tak mendengar. Ia keburu pergi.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus