Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsip

Sjafrie Sjamsoeddin:

12 Januari 2003 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Jika bukan tentara, lalu siapa? Itulah pertanyaan masyarakat menanggapi tewasnya tiga orang di mil 62-63 kawasan pertambangan Freeport, Timika, 31 Agustus tahun lalu. Dalam aksi ini, dua di antara tiga orang yang tewas adalah warga Amerika Serikat. Tak aneh jika Federal Bureau of Investigation (FBI) pun ikut turun tangan.

Adalah Decky Murib, bekas tenaga bantuan operasi Kopassus, sumber awal yang mengoceh tentang keterlibatan Kopassus dalam penembakan itu. Keterangan itu dilansir pertama kali oleh Lembaga Studi dan Advokasi Hak Asasi Manusia (Elsham) Papua, akhir September. Tapi tentara menolak tudingan itu. Bahkan Panglima TNI Jenderal Endriartono Sutarto menyatakan tekadnya untuk menggugat lembaga yang diketuai Jhon Rumbiak itu.

"Keterangan Decky Murib bohong," ujar Kepala Pusat Penerangan TNI, Mayjen Sjafrie Sjamsoeddin, 51 tahun. Apa alasannya sehingga kesimpulan seperti itu muncul? Kepada Dwi Wiyana, Arief Zulkifli, dan Fadjar W.H. dari TEMPO, pekan lalu Sjafrie bicara buka-bukaan. Penjelasan disampaikan di Ruang Patriot, tempat lelaki kelahiran Ujungpandang itu melepas penat sembari mengisap rokok dan berkaraoke di lingkungan kantornya, Mabes TNI Cilangkap, Jakarta Timur. Berikut petikannya.

Bagaimana sikap TNI dalam kasus penembakan di Timika, yang diduga melibatkan tentara?

Dalam masalah Timika, kebijakan pemimpin TNI adalah melakukan investigasi sampai tuntas secara obyektif. Bahkan, agar tidak menyimpang, kita mengasumsikan bahwa kita terlibat. Tujuannya, supaya kita tidak punya beban untuk melakukan pembelaan diri dan lain-lain.

Apa hasil tim investigasi TNI yang dikirim ke sana?

Kami mengirim empat tim investigasi ke sana. Terakhir adalah tim gabungan: dari Mabes TNI dipimpin Pak Hendardji (Wakil Komandan Pusat Polisi Militer TNI), dan dari Mabes Polri dipimpin Pak Indarto (Brigjen Polisi Drs. Indarto, S.H). Sementara tim-tim sebelumnya belum bisa ketemu Decky, tim gabungan ini bisa bertemu dia, juga mendengar keterangan dari beberapa saksi lain. Bahkan mereka juga mendapat laporan-laporan tambahan.

Kesimpulannya, seperti disampaikan dalam rapat bidang politik dan keamanan dua pekan silam, ada beberapa hal. Pertama, pelakunya belum ditemukan. Kedua, setelah dilakukan penyelidikan, belum ditemukan bukti keterlibatan TNI. Ketiga, penyelidikan dan penyidikan terus berlangsung. Untuk tugas ini, kepolisian di-back-up TNI, dalam hal ini Polisi Militer.

Yang menjadi perhatian Panglima TNI adalah, kalau benar ada tentara yang terlibat, hukum harus dijalankan tanpa melihat siapa dan apa posisinya. Tapi, kalau tidak ada, perlu ada penjelasan yang berdasar fakta-fakta.

Kepada tim investigasi gabungan, apakah keterangan Decky Murib masih sama seperti sebelumnya?

Di situlah yang meyakinkan kami bahwa Decky itu bohong.

Alasannya?

Berkait dengan keterangan Decky, kami telah melakukan uji dengar, penembakan, dan uji dokumen. Ternyata dia tidak lulus. Umpamanya, dia mengatakan tinggal di Hotel Serayu di kamar ini (607?Red.), tapi setelah dicek dokumennya ternyata tidak ada. Dia juga mengatakan bersama-sama Kapten Margus, tapi setelah dicek dokumennya ternyata orang yang tinggal di kamar tersebut orang lain.

Kemudian, ia mengatakan menggunakan mobil nomor sekian (LWP 609?Red.), ternyata mobil itu sudah di-scrap (diapkir). Selanjutnya, dilakukan uji tembakan. Kan dibilang ia diturunkan di suatu tempat, kemudian ditinggalkan, lalu mendengar tembakan. Ternyata, setelah diuji tembakan, suara tembakan tidak terdengar.

Anehnya, kalau ia akan diajak ke lapangan, ia tak mau. Alasannya sakitlah dan sebagainya. Padahal, untuk membuktikan benar atau tidak ceritanya, mestinya dia ikuti saja proses itu.

Nah, berdasar hasil sejumlah pengujian itulah kami sampai pada kesimpulan bahwa keterangan Decky itu bohong. Tapi, sekali lagi, ini tidak dikunci atau ditutup. Bisa saja nanti kalau ada novum (bukti baru) dibuka lagi.

Tim gabungan juga mewawancarai anggota militer yang disebut Decky?

Iya. Ada 14 anggota TNI, 3 anggota Polri, dan 66 orang sipil, itu yang diperiksa polisi. Lalu, diperiksa lagi tambahan saksi oleh Mabes TNI, yakni 37 anggota tentara dan 8 orang sipil. TNI-nya dari Kostrad dan Kopassus.

Apakah tiga orang yang disebut Decky, yakni Kapten Margus, Lettu Wawan Suwandi, dan Pratu Jufri Uswanas, membenarkan keterangan Decky?

Enggak. Lain. Ada yang bilang saya di sana, di sana?.

Elsham Papua ikut dalam investigasi tim gabungan ini?

Ikut, termasuk ikut uji pendengaran dan segala macam.

Apakah lembaga itu menyatakan persetujuan bahwa Decky berbohong?

Enggak. Maksudnya, adalah kesimpulan kami (yang) meyakinkan (kami) bahwa Decky tidak bicara benar.

Itu berarti Elsham sudah berubah pendapat?.

Tidak tahu. Yang jelas, dia melihat kenyataan. Tadinya melihat Decky benar, sekarang tak benar.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus