JANGAN terlalu heran jika harimau-harimau di Kebun Binatang Surabaya akhir-akhir ini makin galak. Mereka baru saja dikhianati oleh Songko, 44 tahun, pawang yang merawatnya. Akibatnya, binatang buas itu kelaparan dan makin lama makin kurus.
Lelaki itu sudah 21 tahun bekerja di sana. Tugasnya memberi makan harimau. Dua kali seminggu dia membagi menu istimewa buat mereka: daging celeng, kijang, dan kanguru sebanyak 10 kilogram. Sedangkan Songko sendiri, yang bergaji sejuta rupiah sebulan, nyaris tidak pernah memberikan menu daging kepada ketiga anaknya. Inilah yang membuat dia tergoda melakukan skandal yang tak kalah seru dengan skandal Bulog II yang melibatkan Ketua Umum Golkar, Akbar Tandjung.
Tanpa memikirkan akibatnya, Songko menilap dua sampai tiga kilogram jatah hewan rawatannya itu. Sementara dalam skandal Bulog ada yayasan yang disebut menyalurkan bahan kebutuhan pokok, dia punya penadah konkret reguler. Kebetulan istri temannya, Kholil, 52 tahun—yang bekerja sebagai pawang tapir—membuka warung. Songko menjual daging curian itu kepadanya dengan harga cuma Rp 5.000 tiap kilogram.
Mendapat pasokan daging murah, Sumiati, istri Kholil, tidak mau serakah mengeduk untung. Dia pun menjual makanan bergizi tinggi itu dengan harga miring. Sepiring nasi pecel berlauk daging, lengkap dengan teh manisnya, hanya dijual Rp 2.500. Tak aneh jika warung Sumiati selalu diserbu pengunjung.
Tapi aksi banting harga itu malah membongkar skandal. Seorang pedagang bakso yang kehilangan pelanggannya mulai curiga. Dia sering melihat Kholil pulang kerja sambil menenteng tas plastik. Penjual bakso itu langsung mengadu kepada polisi yang sering mangkal di dekat kebun binatang. Polisi kemudian menyamar sebagai pembeli di warung Sumiati. Ternyata, selain harganya tidak wajar, daging yang disajikan jauh lebih lunak ketimbang daging sapi biasa.
Setelah cukup bukti, polisi langsung menahan Sumiati, Sabtu dua pekan lalu. Tak lama kemudian, Songko dan Kholil pun dijemput di tempat kerjanya. Di ruang tahanan polisi Wonokromo, Surabaya, mereka mengaku telah menjalankan skandal itu selama empat bulan. "Maksud saya hanya ingin mencari penghasilan tambahan," kata Kholil.
Kini kedua pawang itu tidak cuma kehilangan penghasilan tambahan. Mereka juga kehilangan gajinya setiap bulan karena dipecat dari pekerjaannya.
Agung Rulianto, Kukuh S. Wibowo (Surabaya), Alit Kertaraharja (Bali)
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini