Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsip

Strategi judi

Di sumatera utara sudah diatur strategi untuk mengubah judi dalam bentuk permainan ketangkasan. nampaknya hal itu dihalalkan karena untuk dana pembangunan one way traffic di medan. (kt)

28 Februari 1976 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

DI Sumatera Utara sekarang sedang berkecamuk judi. Nampaknya seperti ada suatu "strategi" yang sudah diatur matang-matang. Di Pangkalan Brandan, meski masih berbentuk tanda tanya, dikatakan ada perjudian berbentuk permainan "ketangkasan" yang namanya macok. Yang membantah tidak ada bentuk judi lain, justru Danres Langkat, kendati permainan macok "ada izin". Di Kisaran, sejak hari raya Imlek yang lalu sedang berlangsung pula apa yang disebut permainan ketangkasan. Di Belawan, di sebuah taman persahabatan, setahu pejabat, juga judi sedang bersenang lela muncul. Nah, di Medan, justru tempatnya tak sulit dicari. Letaknya sungguh menyolok, di kompleks Hotel Granada dekat Titi Gantung di jalan Kereta Api Medan. Sejak judi berbentuk lempar gelang dan tambola ini muncul mulai 1 Pebruari lalu, reaksi bukan tidak ada. Termauk dari Front Mubaligh Islam Sumatera Utara dan PDI. Walikota Saleh Arifin mengatakan bahwa permainan adu nasib di Granada itu bukan judi, tapi semacam "ketangkasan" juga. Anehnya, reaksi terhadap permainan judi di kompleks hotel yang terkenal dengan "anu" itu, justru sulit muncul di surat kabar. Berbeda dengan waktu-waktu lalu. Meski ada surat kabar meramai-ramaikannya, akhirnya nafsu meribut itu kendor loyo. Tapi tentang judi yang di Granada menurut sebuah sumber 'semuanya sudah diatur". Dan ketika cukong itu ada yang menilpon dengan suara menggeletar ia jawab: "Bukan aku yang atur. Si anu". Si "Anu" menjawab juga: "Ah dia bingung, karena banyak yang minta. Padahal dialah yang kenal rapat dengan Cina toke judi itu. Kita semua sudah dapat". Bagus. Sehinga ada juga pojok harian Waspada: "Jangan pilih kasi ..h, ya? He, he, he". Lalu ada jawaban besoknya dari harian Sinar Pembangunan: "Di Medan sedang ada demam berdarah. Tapi ada yang demam berduit". Cuma tak ada "he,he,he"-nya, barangkali pojok koran-koran tersebut memang tak ada hubungannya dengan judi terbuka di Granada itu. Tugas dan Perintah Yang tidak mau diam-diam ternyata walikota M. Saleh Arifin. Setelah ada suara panas di tengah masyarakat Medan, ia bilang bahwa proyek judi yang sedang berlangsung itu jangan dilihat dari segi negatifnya saja. "Tirulah masyarakat Jakarta, Semarang dan Surabaya", celotehnya. Kalau tak bisa meniru rupanya negatif, wallahu'alam. Saleh-lah yang tahu, meski ia juga tak mau ketinggalan ikut memimpin suatu upacara tepung tawar untuk jemaah haji yang baru pulang dari Mekkah, di rumahnya. Hebat, dia, kata orang Medan. Sedangkan dana yang akan dikutip dari balas jasa menyelenggarakan perjudian tersebut, M. Saleh Arifm berucap: "Lima belas juta sebulan untuk Pemda Medan". Untuk apa hasil dari situ, dengarlah: "Sebagian akan digunakan untuk pembiayaan membangun jalan one way traffic". Jalan satu jalur itu memang sedang menggebu juga digarap di Medan. Tapi bukan oleh Dinas PU Kotamadya Medan. Tukangnya adalah dari Yon Zeni/Kodam II/Bukit Barisan. Judi di Granada, mnurut Saleh diselenggarakan 3 bulan saja. Sehabis limit itu apakah akan diteruskan atau ditutup, jawabannya samar-samar, kecuali masih melihat efek dari penyelenggaraan sekarang. Sedangkan izin selama tiga bulan itu, katanya ada dari Menteri Dalam Negeri setelah melewati rekomendasi yang diberikan oleh gubernur Haji Marah Halim. Sedangkan pelaksananya adalah walikota Medan yang memberikan SK nomor: 1808/SD/34/1976. tanggal 27 Januari 1976 kepada seorang cukong yang beralamat di Jalan Ahmad Yani VII nomor 1 Medan. Kompleks judi tersebut juga ada pengamanan langsung dari pihak Polri Komtabes Medan. Dantabesnya, Letkol Darwo Sugondo mengatakan, "polri sebagai alat negara dan penegak hukum, menjaga keamanan di sana, itu adalah tugas mereka". Soalnya bagi Darwo karena merupakan "proyek pemerintah untuk mencari dana dan ada izinnya". Pengamanan ini menurut dia bukan berdasarkan oknum, melainkan "karena tugas dan perintah". Diam-diam Darwo dan wakilnya telah sudi meninjau ke sana. Barangkali dalam rangka mau menyaksikan dengan mata kepala sendiri apakah proyek itu benar benar aman atau bisa rusuh. Tidak seperti yang dialami oleh si batu goncang Kim Stone di proyek Medan Fair tiga minggu lalu, diserbu oleh pemuda-pemuda yang datang dengan tiga bis, Sehingga Kim Stone porak poranda diobrak-abrik mereka. Kali-kali Walikota Proyek judi di Granada bak sesuai dengan strategi, masih berjalan aman. Cukong dan pendukung-pendukungnya boleh tarik nafas panjang. Tapi sebuah sumber di Kantor Kota mengungkapkan kepada TEMPO, "kompleks tersebut tidak memenuhi syarat dan tak ada izin bangunannya". Maka, "jangan heran kalau mirip bangsal tembakau dan letaknya di pinggir jalan. Sekarang lalu-lintas di jalan itu sering padat dan macet. Becak bertumplek. Padahal jalan di sana adalah jalan hidup dan ramai dilalui kenderaan", katanya. Tapi karena walikota turun tangan perlu apa pakai izin bangunan? Dan kalau semula tak ada pembatasan sehingga banyak penarik beca terpikat masuk, setelah ada reaksi setiap yang hendak main judi diharuskan membeli kupon jaminan seharga Rp 1.000 sampai Rp 3.000. Kupon itu harus dibeli di depan pintu yang dijaga polisi. Tapi bukan hanya sekedar itu saja soalnya, sebagai pertanda bahwa proyek judi walikota Saleh Arifin tidak berhak untuk ditanggapi. Banyak yang keberatan justru karena sifatnya yang menyolok dan terbuka. Yang dinamakan lokalisasi tak jelas. Sumber di Kantor Gubernur mengatakan: "Kalau mau menyedot uang judi untuk dipakai kepada apa yang dinamakan sebagai dana pembangunan itu, kenapa tidak dibikin casino saja dan harus tertutup ketat. Karena terbuka justru jadi racun bagi khalayak". Inilah soalnya. Dan agaknya walikota tidak mau berkali-kali ke situ. Mau praktis dan pilih dienakrya saja? Oh, pembangunan.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus