SEJAUH manakah alam mengalami perubahan, sejak semesta
terbentang pada dini purbakala? Pandanglah Sahara. Gurun itu
kini tidak lebih dari hamparan pasir yang luas dan kerontang.
"Tetapi jutaan tahun lalu, ia dipintas silangi jaringan lembah,
danau dan bengawan -- beberapa di antaranya mungkin berusia 40
juta tahun -- yang sama lebarnya dengan Sungai Nil sendiri,"
kata Ian A. Harper dalam sebuah tulisannya di majalah South
bulan ini.
'Penampakan' itu datang melalui percobaan radar SIR-A, yang
dipasang pada penerbangan kedua pesawat angkasa Amerika Serikat
Columbia, November 1981. Bagaikan sinar-X, radar itu menembus
Padang Pasir Salimah yang mengangkangi perbatasan Mesir-Sudan.
Penemuan yang merangsang ini menunjang mitologi dan hikayat
purba tentang "oasis-oasis yang hilang", Zerzura yang
legendaris, atau Bar-Bela-Ma Raya --"sungai besar tanpa air." Di
sisi lain, ia mempunyai dampak yang langsung berkaitan dengan
masalah ekonomi.
Memang banyak yang diharapkan dari penemuan ini. Pemetaan
jaringan dan pola drainase yang selama ini tersembunyi,
misalnya, mungkin sangat membantu dalam mendapatkan sumber air
yang berada dekat permukaan bumi. Itu saja sudah membuka jalan
untuk mengubah watak kawasan yang gersang luar biasa ini.
Eksplorasi minyak bisa pula dipermudah dengan keterangan aktual
tentang posisi lempengan-lempengan tektonis.
Hasil peninjauan dari angkasa ini dikuatkan oleh tim delapan
orang yang diramu dari Amerika Serikat dan survei geologikal
Mesir, Universitas Arizona dan Laboratorium Jet Propulsion di
Pasadena. Merekalah yang membangun radar sejenis untuk Lembaga
Pcnerbangan dan Ruang Angkasa Nasional Amerika Serikat (NASA).
Tim ini menggali sejumlah lubang pengujian dan menemukan
alluvium, lapisan tanah yang sekali waktu subur adanya. Di salah
satu situs mereka bahkan mengangkat artefak, termasuk beberapa
perkakas, dari tiga periode pemukiman Zaman Batu. Semuanya
terkubur sekitar setengah meter di bawah permukaan tanah.
"Areal itu menyajikan informasi yang melebihi perkiraan," kata
Gerry Schaber, tenaga ahli pada Survei Geoloikal AS, setiba di
markas besarnya. "Kami baru menguji isyarat SIR-A tidak lebih
satu meter di atas padang pasir," ujarnya menambahkan.
Padang Pasir Salimah adalah salah satu hamparan paling tandus
dan ganas di dunia. Lapisan pasir kuning kemerahan dengan
kedalaman dari 10 cm sampai beberapa kaki, terbentang hampir
datar sepanjang ratusan kilometer, ke arah mana pun mata
memandang.
Pelacakan radar atas kawasan ini merupakan bukti lengkap pertama
tentang sistem pengairan yang pernah ada dan kini terbenam di
bawah hamparan pasir. Gambar-gambar yang dihasilkan memperkuat
penelitian tentang bagian baratdaya Mesir, berkenaan dengan
jaringan sungai yang konon sekali waktu mengalir dari dataran
tini Gilf Kabir, dengan kelinggian seKitar 300 meter.
Jejak sungai-sungai kering ini sebagian telah direkonstruksi
dengan cara 'merakit' petunjuk-petunjuk sckadarnya dari pesawat
angkasa Landsat. Sebuah sungai bahkan secara resmi diberi nama
Wadi Delapan Lonceng. Sungai kering ini dipercaya, sekali waktu
di masa silam mengairi areal 3.400 kilometer persegi di selatan
Dataran Tinggi Gilf.
Banyak artefak Zaman Batu ditemukan di bagian Sahara ini. Dan
penemuan-penemuan terakhir mengisyaratkan, peristiwa itu bukan
sekadar kebetulan. Menurut Survei Geologikal AS, bila penemuan
arkeologis terdahulu dibandingkan dengan hasil pelacakan radar
ruang angkasa, akan ditemukan hubungan yang pasti antara situs
artefak itu dengan jaringan sungai di bawah permukaan tanah.
Tetapi, bagaimana mungkin jaringan sungai yang luas seperti itu,
yang merupakan ciri daerah beriklim lembab, kini menjadi kering
kerontang bukan buatan? "Boleh jadi telah berlangsung perubahan
iklim yang dramatis sekitar 30 juta tahun silam," kata lan
Harper dalam tulisannya. "Mungkin berasal dari mata rantai
vulkanik yang terbentang dari Jabal Marrah yang masih aktif di
baratdaya Sudan, 2.000 km di utara Jabal di Sawda, dekat Teluk
Sirte di Libya."
Sungai-sungai purba di timur Sahara itu mengering tatkala lereng
di seluruh kawasan tersebut berubah secara radikal.
Namun terdapat bukti yang menyarankan kesimpulan bahwa beberapa
kali di masa lampau, sekitar 10.000 sampai 200.000 tahun,
kawasan ini kembali berupa lingkungan mirip sabana. Kini
perbatasan dengan sabana tropis terhampar sekitar 800 km ke
selatan.
Perhitungan komputer memperlihatkan, Padng Pasir Salimah tidak
terdiri dari sekadar selapis bentangan. Ia terbentuk melalui
gelombang pasir dari waktu ke waktu. Bukit-bukit pasir yang
berbentuk bulan sabit dan masih tumbuh, dinamakan barchans,
memperlihatkan gelombang pasir yang paling akhir, yang mungkin
berasal dari selatan, dari samudra pasir di barat Mesir.
Di beberapa tempat memang terdapat bukit pasir yang lebih tua
dan berbentuk parabolik atau kubah. Ini mengisyaratkan persamaan
dengan wilayah Sudan yang lebih lembab. Mungkin bukit-bukit
pasir ini merupakan relik dari zaman yang belum begitu gersang.
Padang, Pasir Salimah membentuk bagian yang hampir tak dihuni
manusia di Gurun Arba'in, tepat di jantung selatan Sahara.
Kegersangannya yang luar biasa disebabkan oleh jaraknya dari
angin musim panas yang lebih lembab, yang bertiup menuju Afrika
Utara dari Atlantik Selatan. Juga oleh letaknya yang jauh di
selatan jalur badai yang memotong Laut Tengah pada musim dingin.
Beberapa kawasan di dunia memang sama keringnya dengan Arba'in,
menerima hujan mungkin hanya dua atau tiga kali dalam seabad.
Tetapi tanpa kegersangan yang luar biasa ini, radar SIR-A
mungkin tidak berhasil melacak jejak di bawah gurun itu. Seperti
dikatakan Gerry Schaber, "radar secara teoritis mampu, menembus
pasir, tetapi orang belum bisa membayangkan adanya tempat yang
betul-betul cukup kering untuk melakukan hal itu." Di Salimah
justru masalah kekeringan yang tidak perlu dipersoalkan.
Percobaan radar ini akan dilanjutkan dengan versi Mark I yang
lebih disempurnakan. Ia akan dinamakan SIR-B, dan akan
diikutsertakan pada peluncuran 1984 mendatang.
Menurut NASA, sekali teknik ini disempurnakan, hasil-hasilnya
akan dibandingkan dengan data lain, terutama Landsat, untuk
mendapatkan keterangan lebih berharga. Sementara radar mencatat
perbedaan permukaan tanah ketinggian, pola drainase dan
stratifikasi, Landsat akan melengkapinya dengan potret cadas
masa kini serta pelbagai jenis tumbuhan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini