Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsip

Sungai-Sungai Di Bawah Sahara

Melalui percobaan radar sir-a yang dipasang pada penerbangan kedua pesawat angkasa a.s, columbia, nampak bahwa jutaan tahun yang lalu di padang pasir tersebut terdapat jaringan lembah, danau dan bengawan.(sel)

29 Januari 1983 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

SEJAUH manakah alam mengalami perubahan, sejak semesta terbentang pada dini purbakala? Pandanglah Sahara. Gurun itu kini tidak lebih dari hamparan pasir yang luas dan kerontang. "Tetapi jutaan tahun lalu, ia dipintas silangi jaringan lembah, danau dan bengawan -- beberapa di antaranya mungkin berusia 40 juta tahun -- yang sama lebarnya dengan Sungai Nil sendiri," kata Ian A. Harper dalam sebuah tulisannya di majalah South bulan ini. 'Penampakan' itu datang melalui percobaan radar SIR-A, yang dipasang pada penerbangan kedua pesawat angkasa Amerika Serikat Columbia, November 1981. Bagaikan sinar-X, radar itu menembus Padang Pasir Salimah yang mengangkangi perbatasan Mesir-Sudan. Penemuan yang merangsang ini menunjang mitologi dan hikayat purba tentang "oasis-oasis yang hilang", Zerzura yang legendaris, atau Bar-Bela-Ma Raya --"sungai besar tanpa air." Di sisi lain, ia mempunyai dampak yang langsung berkaitan dengan masalah ekonomi. Memang banyak yang diharapkan dari penemuan ini. Pemetaan jaringan dan pola drainase yang selama ini tersembunyi, misalnya, mungkin sangat membantu dalam mendapatkan sumber air yang berada dekat permukaan bumi. Itu saja sudah membuka jalan untuk mengubah watak kawasan yang gersang luar biasa ini. Eksplorasi minyak bisa pula dipermudah dengan keterangan aktual tentang posisi lempengan-lempengan tektonis. Hasil peninjauan dari angkasa ini dikuatkan oleh tim delapan orang yang diramu dari Amerika Serikat dan survei geologikal Mesir, Universitas Arizona dan Laboratorium Jet Propulsion di Pasadena. Merekalah yang membangun radar sejenis untuk Lembaga Pcnerbangan dan Ruang Angkasa Nasional Amerika Serikat (NASA). Tim ini menggali sejumlah lubang pengujian dan menemukan alluvium, lapisan tanah yang sekali waktu subur adanya. Di salah satu situs mereka bahkan mengangkat artefak, termasuk beberapa perkakas, dari tiga periode pemukiman Zaman Batu. Semuanya terkubur sekitar setengah meter di bawah permukaan tanah. "Areal itu menyajikan informasi yang melebihi perkiraan," kata Gerry Schaber, tenaga ahli pada Survei Geoloikal AS, setiba di markas besarnya. "Kami baru menguji isyarat SIR-A tidak lebih satu meter di atas padang pasir," ujarnya menambahkan. Padang Pasir Salimah adalah salah satu hamparan paling tandus dan ganas di dunia. Lapisan pasir kuning kemerahan dengan kedalaman dari 10 cm sampai beberapa kaki, terbentang hampir datar sepanjang ratusan kilometer, ke arah mana pun mata memandang. Pelacakan radar atas kawasan ini merupakan bukti lengkap pertama tentang sistem pengairan yang pernah ada dan kini terbenam di bawah hamparan pasir. Gambar-gambar yang dihasilkan memperkuat penelitian tentang bagian baratdaya Mesir, berkenaan dengan jaringan sungai yang konon sekali waktu mengalir dari dataran tini Gilf Kabir, dengan kelinggian seKitar 300 meter. Jejak sungai-sungai kering ini sebagian telah direkonstruksi dengan cara 'merakit' petunjuk-petunjuk sckadarnya dari pesawat angkasa Landsat. Sebuah sungai bahkan secara resmi diberi nama Wadi Delapan Lonceng. Sungai kering ini dipercaya, sekali waktu di masa silam mengairi areal 3.400 kilometer persegi di selatan Dataran Tinggi Gilf. Banyak artefak Zaman Batu ditemukan di bagian Sahara ini. Dan penemuan-penemuan terakhir mengisyaratkan, peristiwa itu bukan sekadar kebetulan. Menurut Survei Geologikal AS, bila penemuan arkeologis terdahulu dibandingkan dengan hasil pelacakan radar ruang angkasa, akan ditemukan hubungan yang pasti antara situs artefak itu dengan jaringan sungai di bawah permukaan tanah. Tetapi, bagaimana mungkin jaringan sungai yang luas seperti itu, yang merupakan ciri daerah beriklim lembab, kini menjadi kering kerontang bukan buatan? "Boleh jadi telah berlangsung perubahan iklim yang dramatis sekitar 30 juta tahun silam," kata lan Harper dalam tulisannya. "Mungkin berasal dari mata rantai vulkanik yang terbentang dari Jabal Marrah yang masih aktif di baratdaya Sudan, 2.000 km di utara Jabal di Sawda, dekat Teluk Sirte di Libya." Sungai-sungai purba di timur Sahara itu mengering tatkala lereng di seluruh kawasan tersebut berubah secara radikal. Namun terdapat bukti yang menyarankan kesimpulan bahwa beberapa kali di masa lampau, sekitar 10.000 sampai 200.000 tahun, kawasan ini kembali berupa lingkungan mirip sabana. Kini perbatasan dengan sabana tropis terhampar sekitar 800 km ke selatan. Perhitungan komputer memperlihatkan, Padng Pasir Salimah tidak terdiri dari sekadar selapis bentangan. Ia terbentuk melalui gelombang pasir dari waktu ke waktu. Bukit-bukit pasir yang berbentuk bulan sabit dan masih tumbuh, dinamakan barchans, memperlihatkan gelombang pasir yang paling akhir, yang mungkin berasal dari selatan, dari samudra pasir di barat Mesir. Di beberapa tempat memang terdapat bukit pasir yang lebih tua dan berbentuk parabolik atau kubah. Ini mengisyaratkan persamaan dengan wilayah Sudan yang lebih lembab. Mungkin bukit-bukit pasir ini merupakan relik dari zaman yang belum begitu gersang. Padang, Pasir Salimah membentuk bagian yang hampir tak dihuni manusia di Gurun Arba'in, tepat di jantung selatan Sahara. Kegersangannya yang luar biasa disebabkan oleh jaraknya dari angin musim panas yang lebih lembab, yang bertiup menuju Afrika Utara dari Atlantik Selatan. Juga oleh letaknya yang jauh di selatan jalur badai yang memotong Laut Tengah pada musim dingin. Beberapa kawasan di dunia memang sama keringnya dengan Arba'in, menerima hujan mungkin hanya dua atau tiga kali dalam seabad. Tetapi tanpa kegersangan yang luar biasa ini, radar SIR-A mungkin tidak berhasil melacak jejak di bawah gurun itu. Seperti dikatakan Gerry Schaber, "radar secara teoritis mampu, menembus pasir, tetapi orang belum bisa membayangkan adanya tempat yang betul-betul cukup kering untuk melakukan hal itu." Di Salimah justru masalah kekeringan yang tidak perlu dipersoalkan. Percobaan radar ini akan dilanjutkan dengan versi Mark I yang lebih disempurnakan. Ia akan dinamakan SIR-B, dan akan diikutsertakan pada peluncuran 1984 mendatang. Menurut NASA, sekali teknik ini disempurnakan, hasil-hasilnya akan dibandingkan dengan data lain, terutama Landsat, untuk mendapatkan keterangan lebih berharga. Sementara radar mencatat perbedaan permukaan tanah ketinggian, pola drainase dan stratifikasi, Landsat akan melengkapinya dengan potret cadas masa kini serta pelbagai jenis tumbuhan.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus