Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsip

Jembatan Mewah di Pusat Kota

Jembatan penyeberangan sudah tidak relevan lagi untuk kota yang memprioritaskan pejalan kaki.

4 Januari 2022 | 00.00 WIB

Kendaraan melintas di bawah Jembatan Penyeberangan Orang (JPO) Karet Sudirman, di Jalan Jenderal Sudirman, Jakarta  3 Januari 2021. TEMPO/Muhammad Hidayat
Perbesar
Kendaraan melintas di bawah Jembatan Penyeberangan Orang (JPO) Karet Sudirman, di Jalan Jenderal Sudirman, Jakarta 3 Januari 2021. TEMPO/Muhammad Hidayat

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

Ringkasan Berita

  • Jembatan penyeberangan sudah tidak relevan lagi untuk kota yang memprioritaskan pejalan kaki.

  • JPO Karet Sudirman akan dioperasikan pada pertengahan Januari ini.

  • Penyeberangan sebidang lebih ramah untuk pejalan kaki.

JAKARTA – Jembatan penyeberangan orang (JPO) itu melintang di Jalan Jenderal Sudirman. Desainnya tidak lazim. Jembatan ini memiliki dua titian terpisah yang masing-masing berbentuk lurus dan melengkung. Di tengah jembatan, dua titian itu bertemu pada sebuah anjungan yang menyerupai kapal pinisi.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

Jembatan penyeberangan itu lebih populer dengan sebutan JPO Karet. Dinas Bina Marga Jakarta mulai merevitalisasi jembatan itu pada Maret 2021. Pengerjaan revitalisasi saat ini nyaris rampung. Pemerintah Jakarta mengklaim JPO Karet akan menjadi jembatan penyeberangan terbaik di Ibu Kota. Selain ramah bagi pejalan kaki dan penyandang disabilitas, jembatan ini dilengkapi lintasan sepeda.

Desain JPO yang unik cukup menarik perhatian orang-orang yang melintas di Jalan Jenderal Sudirman. “Pengen jajal juga kalau nanti sudah dibuka,” kata Andrew, karyawan swasta yang berkantor di kawasan Sudirman. Namun, untuk fasilitas penyeberangan, Andrew memilih menggunakan pelican crossing (zebra cross yang dilengkapi tombol lampu lalu lintas). “Capek juga kalau menyeberang harus naik-turun JPO.”

Jembatan Penyeberangan Orang (JPO) Karet Sudirman di Jalan Jenderal Sudirman, Jakarta 3 Januari 2021. TEMPO/Muhammad Hidayat

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600

Sepekan terakhir, JPO Karet menjadi perbincangan hangat di jagat maya. Sebagian warganet mengagumi desain jembatan yang dianggap unik dan artistik. Namun sebagian lagi justru mencibir. Mereka menganggap pelican crossing lebih layak untuk dipertahankan menjadi fasilitas penyeberangan dibanding jembatan.

“Penyeberangan sebidang, contohnya pelican crossing, merupakan hal mendasar buat pejalan kaki karena pejalan kaki mengandalkan kemampuan fisik,” ujar Direktur Rujak Center for Urban Studies, Elisa Sutanudjaja, kemarin. “JPO menambah beban sekaligus rintangan, terutama untuk yang punya keterbatasan fisik, seperti anak-anak dan manula.”

Elisa tidak mempermasalahkan jika JPO Karet menjadi wahana wisata baru bagi warga Jakarta. “Boleh-boleh saja,” katanya. Namun, untuk fasilitas penyeberangan, dia menilai, jembatan itu tidak ramah bagi pejalan kaki maupun pengguna lainnya.

Pendapat serupa disampaikan Director of ITDP Southeast Asia, Faela Sufa. Menurut Faela, pengoperasian JPO Karet ini seolah-olah memberi kenyamanan kepada pengguna kendaraan pribadi. Padahal pemerintah kota selalu berkoar memprioritaskan pejalan kaki. “Jalan Sudirman-Thamrin bukan jalan tol,” katanya. “Kalau ada penyeberangan sebidang, pengendara wajib mengurangi kecepatan.”

Faela khawatir, setelah JPO Karet dibuka, masyarakat tetap memilih menyeberangi jalan dengan menerobos lalu lintas. Ia mencontohkan di Jalan Mampang. Di sana sudah disediakan JPO, tapi masyarakat tetap lebih suka menyeberangi jalan sebidang. “Jadi, untuk jalan-jalan perkotaan, terutama kota yang memprioritaskan pejalan kaki, sebenarnya JPO itu sudah tidak relevan lagi,” katanya. “JPO itu lebih cocok untuk jalan tol atau jalan-jalan luar kota.”

Kepala Dinas Bina Marga DKI Jakarta, Hari Nugroho, mengatakan pelican cross di Jalan Jenderal Sudirman itu sebenarnya hanya dioperasikan sementara. Fasilitas ini disediakan pemerintah selama JPO Karet direvitalisasi. “JPO yang lama sudah tidak aman karena berkarat dan goyang,” kata Hari. Karena itu, kata Hari, pada pertengahan Januari ini, pelican crossing tidak lagi digunakan bersamaan dengan difungsikannya JPO Karet. “Sehingga arus lalu lintas di lokasi tersebut kembali normal (dengan tidak adanya lagi pelican crossing).”

Menurut Hari, pada tahun ini, pemerintah Jakarta akan membangun juga jembatan penyeberangan di Klender Baru, Jakarta Timur; dan Marunda, Jakarta Utara. Selain itu, akan dibangun skywalk yang menghubungkan Stasiun Kereta Kebayoran Lama dengan Halte Transjakarta koridor 8 dan 13. “Untuk pengoperasian pelican cross, kami harus berkoordinasi dengan Dinas Perhubungan,” katanya. “Saat ini belum ada rencana.”

RANDY DAVRIAN IMANSYAH (MAGANG)
Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Suseno

Suseno

Lulus dari Fakultas Ilmu Budaya Universitas Indonesia pada 1998. Bergabung dengan Tempo sejak 2001. Saat ini menempati posisi redaktur di desk Hukum dan Kriminal. Aktif juga di Tempowitness sebagai editor dan trainer.

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus