Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
RACHMAT Yasin adalah pemain penting pada drama Partai Persatuan Pembangunan dalam penentuan koalisi setelah pemilihan legislatif lalu. Menggalang 26 pengurus provinsi partai itu, ia berniat mendongkel Ketua Umum Suryadharma Ali. Penyebabnya, sang Ketua Umum hadir dalam kampanye Partai Gerindra yang mengajukan Prabowo Subianto sebagai calon presiden.
Sebagai Ketua PPP Jawa Barat, Yasin mengumpulkan pengurus dari sejumlah daerah di Bogor pada 13 April lalu. Mereka pendukung calon presiden dari Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan, Joko Widodo. Hasilnya, kesepakatan untuk menyampaikan mosi tidak percaya kepada Suryadharma. "Kehadiran Suryadharma dalam acara kampanye Gerindra menggoyahkan PPP di daerah," kata Yasin ketika itu.
Perpecahan di partai Ka'bah meruncing. Kedua kubu saling memecat. Ketegangan mereda setelah sejumlah kiai di partai itu turun tangan. Mereka menggelar islah dalam Rapat Pimpinan Nasional III di Bogor, 23 April lalu. Dalam forum itu, sejumlah peserta meneriakkan nama Rachmat Yasin sebagai calon ketua umum pengganti Suryadharma dalam muktamar pada Agustus nanti.
Rachmat Yasin, 51 tahun, bernama kecil Rahmatullah. Ia berkiprah di PPP mengikuti jejak ayahnya, Muhammad Yasin, anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Bogor 1982-1987. Begitu masuk kepengurusan partai pada 1992, ia mengganti namanya menjadi Rachmat Yasin. Penggantian nama ini baru didaftarkan ke pengadilan negeri pada 2008. "Katanya lebih enak dipanggil Rachmat Yasin," ujar Endang Kosasih, mantan Ketua PPP Kabupaten Bogor, Kamis pekan lalu.
Lima tahun menjadi pengurus PPP, Yasin terpilih menjadi anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Bogor pada 1997. Ia mempertahankan posisi itu dalam dua kali pemilihan umum berikutnya. Pada periode pertama, ia masuk komisi bidang ekonomi. Pada periode berikutnya, ia menjadi ketua komisi bidang anggaran. Lalu, pada 2004-2009, ia menjadi Ketua DPRD.
Sebelum periode itu habis, Yasin mencalonkan diri menjadi Bupati Bogor. Ia mengalahkan Endang yang diusung Partai Golkar dan Iyus Juher yang disokong Partai Demokrat. Yasin terpilih kembali menjadi bupati dalam pemilihan pada 2013.
Di partainya, karier Rachmat Yasin meningkat dan memimpin PPP Bogor periode 2003-2008, menggantikan Endang Kosasih. Pada 2011, ia terpilih menjadi Ketua PPP Jawa Barat. Posisi Yasin di pucuk pimpinan PPP Kabupaten Bogor beralih ke adiknya, Ade Munawaroh.
Selama menjadi bupati, Yasin dikaitkan dengan dua kasus korupsi yang ditangani Komisi Pemberantasan Korupsi, yaitu proyek pembangunan pusat olahraga di Bukit Hambalang dan suap terhadap Ketua DPRD Bogor Iyus Juher terkait dengan pengurusan izin lokasi tempat pemakaman di Kecamatan Tanjungsari. Meski berkali-kali diperiksa, status Rachmat Yasin berhenti hanya sebagai saksi.
Pada Rabu malam, 7 Mei lalu, ia tak bisa lolos dari jerat komisi antikorupsi. KPK menangkap Yasin di rumahnya di perumahan Yasmin, Bogor. KPK menuduhnya menerima suap Rp 3 miliar dari PT Bukit Jonggol Asri dalam pengurusan tukar guling lahan hutan.
Kabar penangkapan Yasin malam itu segera sampai ke markas PPP di Jalan Diponegoro, Jakarta Pusat, yang sedang menggelar rapat pleno. Pengurus partai yang sehaluan dengan Yasin pun balik badan. Mereka ikut mendukung Prabowo. Rencana Yasin menggulingkan Suryadharma akhirnya terhenti.
Rusman Paraqbueq, Arihta U. Surbakti
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo