Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsip

Tarif MRT Diperkirakan Rp 17-20 Ribu Per Penumpang

Direktur Keuangan dan Administrasi PT MRT Jakarta Tuhiyat memperkirakan besaran tarif MRT sekitar Rp 17-20 ribu per penumpang.

31 Oktober 2017 | 22.39 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Tempo/Panca Syurkani

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Direktur Keuangan dan Administrasi PT Mass Rapid Transit Jakarta (MRT) Tuhiyat memperkirakan besaran tarif MRT sekitar Rp 17-20 ribu per penumpang. "Itu perhitungan kami, bukan tarif yang dibebankan ke penumpang," katanya di kantornya, Rabu, 25 Oktober 2017.

Tuhiyat mengatakan besaran tarif tersebut dipengaruhi cost project yang baru bisa dihitung setelah proyek pembangunan MRT selesai, tingkat ridership 173 ribu penumpang per hari, dan tingkat pendapatan di luar penjualan tiket atau non-fair box 10-15 persen terhadap pendapatan MRT.

Untuk tarif yang dibebankan ke penumpang, Tuhiyat menuturkan penetapannya akan ditentukan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta melalui besaran subsidi yang akan diberikan. "Kalau Pemprov menetapkan, misalnya, Rp 10 ribu. Kalau tarifnya Rp 18 ribu, berarti ada subsidi Rp 8 ribu," ujarnya.

Baca: Begini Pesan Tertulis Anies Baswedan untuk Jajaran MRT Jakarta

Jika tarif yang dibebankan ke penumpang Rp 10 ribu, Tuhiyat memperkirakan MRT Jakarta bisa mandiri 10 tahun kemudian atau pada 2029. Menurut dia, perkiraan itu bisa menjadi lebih cepat jika pendapatan non-fair box meningkat. Namun Tuhiyat menyoroti peningkatan pendapatan non-fair box akan bergantung pada keberhasilan pengembangan transit oriented development (TOD) di stasiun MRT.

MRT Tahap II Mulai Digarap Tahun Depan

Staf Ahli Bidang Teknologi, Lingkungan, dan Energi Kementerian Perhubungan Prasetyo Boeditjahjono menambahkan, tarif yang terjangkau bisa menjadi salah satu faktor penunjang keberhasilan MRT dalam memenuhi target ridership 173 ribu penumpang per hari. "Harus terjangkau karena ini transportasi massal," ucapnya.

Komisaris PT MRT itu menilai aksesibilitas menuju stasiun dan konektivitas ke gedung perkantoran juga bergantung pada keberhasilan integrasi moda transportasi melalui pengembangan kawasan TOD. Sehingga, kata dia, stasiun bisa menjadi pengembangan kawasan bisnis agar MRT mendapatkan untung.

Menurut Prasetyo, tidak mungkin transportasi massal hanya mendapat untung dari penjualan tiket. "Karena tiketnya harus terjangkau, kasih bisnis kepada MRT sebagai operator TOD. Tinggal rencana bisnis yang diajukan MRT kepada Pemprov DKI bagaimana hitungannya," tuturnya.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Friski Riana

Friski Riana

Lulus dari Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Mercu Buana pada 2013. Bergabung dengan Tempo pada 2015 di desk hukum. Kini menulis untuk desk jeda yang mencakup isu gaya hidup, hobi, dan tren. Pernah terlibat dalam proyek liputan Round Earth Media dari International Women’s Media Foundation dan menulis tentang tantangan berkarier para difabel.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus