Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Direktur Keuangan dan Administrasi PT Mass Rapid Transit Jakarta (MRT) Tuhiyat memperkirakan besaran tarif MRT sekitar Rp 17-20 ribu per penumpang. "Itu perhitungan kami, bukan tarif yang dibebankan ke penumpang," katanya di kantornya, Rabu, 25 Oktober 2017.
Tuhiyat mengatakan besaran tarif tersebut dipengaruhi cost project yang baru bisa dihitung setelah proyek pembangunan MRT selesai, tingkat ridership 173 ribu penumpang per hari, dan tingkat pendapatan di luar penjualan tiket atau non-fair box 10-15 persen terhadap pendapatan MRT.
Untuk tarif yang dibebankan ke penumpang, Tuhiyat menuturkan penetapannya akan ditentukan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta melalui besaran subsidi yang akan diberikan. "Kalau Pemprov menetapkan, misalnya, Rp 10 ribu. Kalau tarifnya Rp 18 ribu, berarti ada subsidi Rp 8 ribu," ujarnya.
Baca: Begini Pesan Tertulis Anies Baswedan untuk Jajaran MRT Jakarta
Jika tarif yang dibebankan ke penumpang Rp 10 ribu, Tuhiyat memperkirakan MRT Jakarta bisa mandiri 10 tahun kemudian atau pada 2029. Menurut dia, perkiraan itu bisa menjadi lebih cepat jika pendapatan non-fair box meningkat. Namun Tuhiyat menyoroti peningkatan pendapatan non-fair box akan bergantung pada keberhasilan pengembangan transit oriented development (TOD) di stasiun MRT.
MRT Tahap II Mulai Digarap Tahun Depan
Staf Ahli Bidang Teknologi, Lingkungan, dan Energi Kementerian Perhubungan Prasetyo Boeditjahjono menambahkan, tarif yang terjangkau bisa menjadi salah satu faktor penunjang keberhasilan MRT dalam memenuhi target ridership 173 ribu penumpang per hari. "Harus terjangkau karena ini transportasi massal," ucapnya.
Komisaris PT MRT itu menilai aksesibilitas menuju stasiun dan konektivitas ke gedung perkantoran juga bergantung pada keberhasilan integrasi moda transportasi melalui pengembangan kawasan TOD. Sehingga, kata dia, stasiun bisa menjadi pengembangan kawasan bisnis agar MRT mendapatkan untung.
Menurut Prasetyo, tidak mungkin transportasi massal hanya mendapat untung dari penjualan tiket. "Karena tiketnya harus terjangkau, kasih bisnis kepada MRT sebagai operator TOD. Tinggal rencana bisnis yang diajukan MRT kepada Pemprov DKI bagaimana hitungannya," tuturnya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini