Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsip

Tiang Peron yang Membahayakan Penumpang

Manggarai adalah salah satu stasiun transit terpadat. Tiang besar di peron bawah stasiun mempersulit gerak penumpang.

15 Maret 2023 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Tiang besar dan sempit peron 8 di Stasiun Manggarai, Jakarta, 13 Maret 2023. Tempo/Ilona Esterina

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Poin penting

  • Tiang besar di peron dinilai membahayakan penumpang, terutama pada jam sibuk.

  • Pengamat dan komunitas kereta menyarankan sejumlah solusi demi keamanan serta kenyamanan penumpang.

  • Pemerintah menambah tangga manual untuk mengatasi penumpukan penumpang.

Puluhan orang turun berdesakan melalui tangga menuju peron delapan Stasiun Manggarai, sore itu. Mereka tampak tergesa-gesa. Jarum jam dinding yang dipajang di salah satu tempat di stasiun itu menunjukkan pukul 18.15. Suara denyit sepatu dan pengumuman petugas stasiun yang meluncur lewat pengeras suara seolah-olah berebut ruang dengar dengan suara bising lalu-lalang kereta. Di bagian bawah stasiun tersebut, orang-orang yang hendak menuju Cikarang dan Bekasi mulai memadati peron.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Salah seorang penumpang, Eka Aprilya, tengah bersandar di tiang besar yang melintang di tengah peron. Tiang itu menyisakan akses jalan yang berjarak tak kurang dari dua meter, hanya muat bagi dua orang dewasa, itu pun harus hati-hati jika ada kereta yang hendak lewat. “Ini sempit dan lumayan berbahaya bagi anak kecil,” kata perempuan berusia 23 tahun itu saat ditemui Tempo.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Karyawan swasta yang kerap memanfaatkan moda transportasi kereta rel listrik (KRL) Commuter Line itu cemas akan keberadaan tiang besar di peron bawah stasiun tersebut. Tiang ini makin membahayakan ketika orang-orang berdesakan atau terjadi kepadatan.

Manggarai merupakan salah satu stasiun transit terpadat di Jakarta. Kepadatan memuncak pada jam-jam tertentu, terutama saat orang berangkat bekerja dan sepulang bekerja. Berdasarkan data KAI Commuter Indonesia, ada 120-160 ribu penumpang melakukan transit di Manggarai setiap hari. Penumpukan penumpang pun tak terhindarkan pada jam-jam sibuk itu.

Calon penumpang berpindah peron di Stasiun Manggarai, Jakarta, 1 Maret 2023. TEMPO/Hilman Fathurrahman W.

Aditya Dwi Laksana, Ketua Bidang Perkeretaapian Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI), mengatakan tiang besar itu berbahaya karena area yang bisa dilalui di kiri dan kanannya tidak begitu lebar serta berbatasan langsung dengan rel. Tiang juga membuat peron menjadi tambah sempit. "Permasalahan yang membuat penumpukan penumpang terjadi, selain kurangnya kereta serta akses naik dan turun, adalah tiang-tiang besar yang ada," tutur Aditya.

Menurut Aditya, ia dan rekan-rekannya dari komunitas pemerhati kereta sempat menyampaikan keresahan itu kepada Kementerian Perhubungan. Sebagai solusi mengurai kepadatan di Manggarai, kementerian tersebut akhirnya membangun tangga manual di bagian utara stasiun itu. Untuk mengatasi penumpukan berlebihan, Aditya menilai perlu ada penambahan jumlah perjalanan, terutama di jalur lingkar. 

Pemerintah, ia melanjutkan, juga dapat mempertimbangkan menambah luasan stasiun, seperti mengoperasikan dua peron sekaligus untuk jalur yang sama. Aditya juga menyarankan peralihan moda transportasi dengan beroperasinya LRT nanti. “Pada Juli nanti, LRT Jabodebek beroperasi,” kata dia. Keberadaan LRT memiliki kemiripan dengan KRL karena menghubungkan suburban, daerah pinggiran kota dengan daerah urban. “Diharapkan itu bisa jadi alternatif untuk warga beralih."

Sementara itu, proyek pembangunan mulai terlihat di peron enam dan tujuh. Pagar seng tampak mengelilingi bagian ujung peron. Mohamad Risal Wasal, Direktur Jenderal Perkeretaapian Kemenhub, mengatakan dua tangga saat ini tengah dikebut pengerjaannya. “Semoga sebelum Lebaran-lah sudah selesai akses satu yang di arah utara,” kata dia kepada Tempo.

Penambahan tangga manual itu merupakan solusi yang diutarakan selepas Kegiatan Ngobras—Ngobrol Santai— tentang pengembangan Stasiun Manggarai dan Program Motis 2023 antara kementerian, komunitas, dan organisasi perkeretaapian di kantor Kemenhub, 20 Februari lalu.

Soal keberadaan tiang besar di peron bawah, menurut Risal, sengaja dibuat agar stasiun tahan terhadap gempa dan guncangan besar. “Tiang itu tidak bisa kita geser atau ubah posisi,” ujarnya. Ia lebih mempertimbangkan alternatif lain. “Misalnya memperkecil lift. Namun hal itu pun masih perlu pengkajian mendalam. Untuk sementara, kita tambah tangga dulu.”  

Respons Beragam tentang Tangga Manual

Aji Purnomo, salah seorang penumpang, menilai penambahan tangga manual bukan solusi yang tepat. Menurut dia, justru yang lebih diperlukan adalah menambah lift atau eskalator. “Karena banyak juga ibu hamil yang masih bekerja dan ada orang-orang tua,” kata ujar pria asal Citeureup, Bogor, ini ketika ditemui Tempo. Aji mengaku lelah tiap kali harus transit di Manggarai saat berangkat ataupun sepulang bekerja. Pasalnya, sebagai pengguna KRL, setiap hari, pria berusia 26 tahun itu harus dua kali naik dan turun tangga untuk berpindah jalur kereta.  

Adapun Kepala Komunikasi KRL Mania, Gusti Raganata, mengatakan, tangga manual dapat membantu mengurai penumpukan penumpang. Namun modifikasi konstruksi bangunan seperti itu merupakan solusi jangka pendek. Menurut Gusti, untuk solusi jangka panjang, perlu rekayasa arus kereta agar tidak lagi transit di Manggarai. Selain itu, ia menilai perlu ada sistem peringatan agar penumpang berhati-hati di peron akibat adanya tiang itu karena sangat membahayakan pada jam padat penumpang. “Harus ada petugas yang terus mengingatkan untuk mundur di jarak aman. Ini perlu diatasi,” ujarnya.

Petugas keamanan stasiun berjaga di dekat rangkaian kereta rel listrik di Stasiun Manggarai, Jakarta, 1 Maret 2023. TEMPO/Hilman Fathurrahman W.

KRL Mania juga menyarankan pemerintah bisa mempertimbangkan pelebaran peron. Mengefektifkan MRT, LRT, dan bus Transjakarta juga penting dan dapat membantu mengurangi kepadatan di Stasiun Manggarai. Gusti menambahkan, perlu diatur skema pembiayaan dan tarif yang terintegrasi agar lebih memudahkan. “Seperti JakLingko, koordinasinya lebih mudah kan karena ada di satu payung,” kata dia.

Leza Arlan, Manajer Hubungan Masyarakat Kereta Commuter Indonesia, mengatakan pengguna perlu berhati-hati karena kondisi peron kecil dengan tiang yang besar. Dalam kondisi padat, menurut dia, selain bantuan petugas KRL untuk menjaga keamanan pengguna, yang seharusnya berfokus menjaga keamanan diri itu ialah penumpang. “Fokus dalam artian tidak main handphone dan berjalan dengan hati-hati,” tutur dia.

Leza juga menyarankan penumpang menggunakan aplikasi real time Commuter yang bisa melihat kepadatan stasiun dan jadwal perjalanan untuk memantau langsung. Penumpang, ia meneruskan, juga penting selalu mengikuti arahan petugas di stasiun agar tetap aman dan nyaman menggunakan KRL. Leza menambahkan, selain penambahan tangga manual, pihak KAI telah menambah perjalanan KA feeder, dari 31 menjadi 39. 

ILONA ESTERINA

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus