Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsip

Tim Jokowi Waspadai Golput Nurhadi-Aldo

Dianggap mirip dengan kampanye pendukung Donald Trump.

1 Februari 2019 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Tim Kampanye Nasional Joko Widodo-Ma’ruf Amin di Posko Cemara, Jakarta, kemarin.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

JAKARTA - Gerakan memilih golongan putih (golput) yang didengungkan pasangan calon presiden-wakil presiden fiktif, Nurhadi-Aldo, cukup meresahkan kubu calon presiden-wakil presiden Joko Widodo-Ma’ruf Amin. Tim Kampanye Nasional Jokowi-Ma’ruf pun merasa perlu mendiskusikan fenomena golput yang meramaikan jagat media sosial itu.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Bagi kubu Jokowi-Ma’ruf, Nurhadi-Aldo telah menggiring masyarakat untuk menjadi golput melalui slogan dan janji kampanye bernada satire dan lucu di Instagram, Twitter, serta Facebook. "Ada yang curiga gaya Nurhadi-Aldo mirip dengan kampanye pendukung Donald Trump. Tapi tim belum menyimpulkan hal ini," kata Usman Kansong, Direktur Komunikasi Politik Tim Kampanye Nasional Jokowi-Ma’ruf, kepada Tempo di Jakarta kemarin.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Humor Nurhadi-Aldo mirip dengan akun Deez Nuts, akun calon presiden fiktif yang muncul di tengah pertarungan Hillary Clinton dengan Donald Trump dalam pemilihan presiden Amerika Serikat pada 2016. Akun ini disebut-sebut sebagai biang tingginya angka golput di Amerika Serikat dan mengantar Trump menjadi presiden.

Alasan Usman masuk akal. Berdasarkan survei Pew Research Center, banyaknya pendukung Demokrat yang memilih golput mengakibatkan Hillary kalah. Data Badan Sensus Amerika Serikat juga menunjukkan pemilih yang memberikan suara sebanyak 137,5 juta orang atau 61,4 persen. Sedangkan angka golput mencapai 38,6 persen.

Sumber Tempo mengatakan tim kecil di dalam Tim Kampanye Nasional Jokowi-Ma’ruf telah membahas secara khusus Nurhadi-Aldo ini pada Minggu lalu. Tim ini menyimpulkan banyaknya golput membuat Hillary kalah. Tim tak ingin pengalaman buruk Hillary berulang pada Jokowi-Ma’ruf. "Walau sekarang selisih elektabilitas sesuai survei kami masih unggul dengan selisih 20-an persen, kami khawatir jaraknya akan terpotong jika golput terus membesar," kata sumber itu.

Kecemasan juga muncul dari Tim Cakra 19, kelompok pendukung Jokowi-Ma’ruf dari gabungan purnawirawan TNI. Tim ini secara tegas meminta konstituen Jokowi-Ma’ruf berhenti menyebarkan unggahan akun Nurhadi-Aldo. "Hati-hati dengan capres ketiga. Jangan ikut gede-gedein. Walaupun itu lucu-lucuan, kalau gede beneran, kita yang cenderung kena," ujar Ketua Tim Cakra 19, Andi Widjajanto.

Hasil pemetaan oleh peranti lunak Drone Emprit menunjukkan volume pembahasan isu golput meninggi sejak debat pertama pilpres 2019 pada 17 Januari lalu. Peta social network memperlihatkan bahwa percakapan golput hanya terjadi dalam cluster kubu pasangan Jokowi-Maruf.

Menurut pendiri Drone Emprit, Ismail Fahmi, dibandingkan dengan pilpres 2014, sentimen golput di media sosial kali ini lebih besar. Saat ini, pemilih memiliki alasan yang lebih kuat untuk menjadi golput dibanding dalam periode sebelumnya. "Yang digerogoti itu kubu 01. Pemilih mereka bisa berkurang," katanya.

Temuan Drone Emprit selaras dengan kajian lembaga Hicon Law & Policy Strategy-lembaga riset hukum dan kajian politik-dua pekan lalu. Hasil penelitian memprediksi partisipan golput bakal berasal dari kalangan pegiat isu hak asasi manusia, pendukung mantan Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama, aktivis gender, dan mereka yang merasa jenuh dengan strategi kampanye kedua kubu.

Koordinator juru bicara Badan Pemenangan Nasional Prabowo Subianto-Sandiaga Uno, Dahnil Anzar Simanjuntak, menilai kemunculan Nurhadi-Aldo adalah kritik untuk demokrasi saat ini. Baginya, kritik bernada satire yang kerap dilontarkan akun pasangan fiktif ini menunjukkan kualitas politis yang tinggi. "Demokrasi itu butuh satire dan harus dinikmati," ucapnya.

Kreator akun Nurhadi-Aldo, Edwin, tak merespons permintaan konfirmasi Tempo. Adapun Nurhadi, seorang tukang pijat asal Kudus yang fotonya digunakan dalam akun pasangan calon fiktif itu, menyatakan tak bermaksud menggulingkan salah satu pihak dengan mendorong publik untuk golput. "Itu berlebihan. Kami berdiri hanya untuk bergurau," katanya.

ARKHELAUS WISNU | MAYA AYU PUSPITASARI

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus