Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Poin penting
Wakil Wali Kota Bogor Dedie Rachim mengatakan akan menggalakkan sosialisasi kepada masyarakat untuk meningkatkan penerimaan terhadap vaksinasi Covid-19.
Bogor menjadi tempat pertama untuk melakukan simulasi penyuntikan.
Sebanyak 64,81 persen responden menyatakan akan ikut imunisasi.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
JAKARTA — Pemerintah Kota Bogor punya pekerjaan rumah besar yang harus mereka rampungkan dalam waktu dekat, yaitu meningkatkan penerimaan masyarakat terhadap vaksinasi Covid-19. Bogor menjadi tempat pertama simulasi penyuntikan. "Semua harus matang," kata Wakil Wali Kota Bogor Dedie Rachim kepada Tempo, kemarin.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Pemerintah kota telah mempersiapkan imunisasi massal itu sejak bulan lalu. Sekretaris Daerah Kota Bogor Syaripah Sopiah mengatakan mereka melakukan edukasi untuk memupus keraguan warga terhadap vaksin. Kampanye itu untuk mengimbangi maraknya disinformasi seputar imunisasi Covid-19 di media sosial.
Sebelumnya, Indonesian Technical Advisory Group on Immunization (Itagi) bersama Kementerian Kesehatan dan United Nations Children's Fund (UNICEF) menggelar survei persepsi masyarakat terhadap imunisasi Covid-19 pada September lalu. Sigi itu menunjukkan bahwa 73,72 persen masyarakat tahu bahwa pemerintah berencana memberikan vaksin Covid-19.
Ketua Itagi, Sri Rezeki Hadinegoro, mengatakan sekitar 30 persen masyarakat masih ragu mengikuti imunisasi Covid-19. Sebanyak 64,81 persen responden menyatakan akan ikut imunisasi. Sedangkan 7,6 persen menolak. "Jadi, sekitar 30 persen rakyat masih bingung. Belum menentukan," kata Sri.
Sri mengatakan tujuan pemberian vaksin Covid-19 adalah menurunkan kesakitan dan kematian serta mempercepat tercapainya kekebalan kawanan (herd immunity). Imunisasi juga untuk melindungi dan memperkuat sistem kesehatan yang sudah berjuang merawat pasien terkait dengan Covid-19 sejak Maret lalu, serta mengurangi dampak sosial dan ekonomi akibat wabah.
Menurut dia, efek samping seperti bengkak atau nyeri yang ditimbulkan setelah penyuntikan bukan berasal dari virus. Dalam program vaksinasi Covid-19, jenis vaksin yang digunakan adalah inactivated virus atau virus mati. Virus itu umumnya ditambahkan suatu zat untuk meningkatkan imun. Zat inilah yang menimbulkan bengkak dan nyeri.
Sri mengatakan efek samping biasanya hanya terjadi secara lokal pada area yang disuntik. Gejala seperti demam atau lemas, kalaupun terjadi, tidak berlangsung dengan intensitas hebat.
Lembaga advokasi penanganan wabah Lapor Covid-19 bersama peneliti dari sejumlah perguruan tinggi juga menggelar survei yang disebar secara daring kepada 2.109 responden selama 22 September hingga 3 Oktober lalu. Menurut peneliti dari Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, Dicky Pelupessy, 69 persen responden menyatakan ragu-ragu hingga tidak bersedia menerima vaksin Sinovac yang tengah diuji oleh Biofarma di Bandung. Lebih dari separuh orang juga tidak bersedia mendapat penyuntikan vaksin Merah Putih yang dikembangkan oleh Lembaga Biologi Molekuler Eijkman.
Jika survei mengerucut di Jakarta, Dicky mengatakan tak sampai 30 persen warga yang bersedia menerima vaksin Sinovac. Jumlah yang hampir sama juga muncul dari responden yang berdomisili di Jawa Barat. "Perlu ada upaya-upaya meningkatkan keyakinan masyarakat berbasis kemantapan ilmiah," kata dia, dalam diskusi virtual beberapa waktu lalu.
Meski demikian, Dicky melanjutkan, survei ini memiliki potensi bias karena disebar melalui jaringan lembaga peneliti yang lebih terkait erat dengan kalangan akademikus, pegiat kebencanaan, dan kelompok pemerhati pandemi. Sebagian besar responden juga berada di Jawa.
FRISKI RIANA | ROBBY IRFANY | MAHFUZULLAH A MURTADHO (BOGOR)
UPAYA MEMUPUS KERAGUAN
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo