Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsip

Wangsit yang bohong

Wagiman, 32, petani dari kemranjen, banyumas, ja-teng, ingin kaya dengan cara bertapa. ia mendapat wangsit, istrinya, suti, diminta menyediakan uang Rp 75 ribu untuk menebak SDSB. gagal. ia membunuh kartaredja.

11 Maret 1989 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

CERITA yang mirip seperti ini sering terjadi. Tapi selalu membuat kita bertanya, kok bisa terjadi. Misalnya, kisah Wagiman dari Desa Kemranjen, Banyumas, Jawa Tengah. Ia ingin hidup kaya, namun tak punya keahlian untuk membobol bank lewat komputer. Sebagai petani, ia merasa tak bisa menyeleweng, korupsi misalnya. Memang, semua itu tak baik. Tapi ia ingin kaya, itu salahnya. Terpaksalah ia bertapa, satu-satunya keahlian yang bisa dilaksanakan dengan bekal nekat. Urusan bertapa ini juga karena anjuran teman-temannya. Tujuannya, mendapat wangsit. Nah, Wagiman pun melakukan puasa ngebleng tiga hari tiga malam, itulah jenis tapa yang dijalankannya. Awal Januari lalu Wagiman melaksanakan hajatnya. Laki-laki berusia 32 tahun ini benar-benar berpuasa tiga hari tiga malam. Selama itu pula ia tak beranjak dari kamarnya. Ditawari makan, ditolak. Minum juga ditampik. Tapi matanya terus-menerus terjaga. Yang kelabakan tentu saja istrinya. Soalnya, di akhir puasanya itu Wagiman minta uang Rp 75 ribu. "Carikan uang itu, kita akan kaya raya," kata Wagiman kepada istrinya. Meskipun agak kaget, Nyonya Suti, istrinya itu, tak berani menolak permintaan suaminya. Setelah ia berutang ke sana kemari, terkumpul uang Rp 55 ribu. Wagiman menolak, ia tetap pada tuntutan semula. Tak boleh kurang dan tak boleh lebih. "Soalnya, sewaktu puasa, saya mendapat wangsit," ucap Wagiman pada istrinya. "Karena itu, saya harap kamu mencarikan sisanya," katanya lagi. Dengan susah payah akhirnya Nyonya Suti berhasil melengkapi kekurangannya. Wagiman pun menghentikan puasanya dan bergegas ke Gombong. Selang beberapa hari Wagiman ternyata suka marah-marah tanpa sebab. Mula-mula Nyonya Suti yang jadi sasaran. "Pipi saya mendadak ditampar," ujar ibu tiga anak ini. Rupanya, itu belum cukup. Wagiman seperti orang gila. Ia menghampiri Kartaredja yang sedang asyik mencangkul di sawahnya. Dan tanpa bicara sepatah pun, ia menyergap tetangganya itu. Lalu keduanya terlibat pergumulan seru. Kartaredja yang umurnya sudah setengah abad itu tergeletak tak berdaya. Ia tewas kena cekikan maut Wagiman. Warga desa berhasil menangkap pembunuh berdarah dingin ini. Wagiman dibawa ke Polsek Kemranjen. Setelah diusut, ketahuan, semua ini adalah hasil tapanya. Kata Wagiman, ketika berpuasa ia mendapat wangsit -- seperti yang sudah Anda duga pasti -- nomor SDSB yang akan keluar. Uang Rp 75 ribu itu habis dibelikan nomor sesuai dengan wangsit. Ternyata, kemudian nomor yang keluar lain. Wangsit itu bohong dan Wagiman jadi panik akhirnya sampai kejeblos dalam tahanan. Cukup kisahnya sampai di situ dulu, apa Anda masih heran?

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus