Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsip

Wanita di sisi sang pejuang

Sosok winnie mandela yang ikut berjuang membantu suaminya, nelson mandela, dalam kancah politik apartheid di afrika selatan. ia menjadi penghubung nelson mandela dipenjara dengan dunia luar.

16 Juli 1988 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

"AMAT membahagiakan mati dan mengairi pohon kebebasan dengan darahku sendiri, jika itu berarti anak-anak nanff tak akan menempuh hidup sepertiku." Yang berbicara itu seorang wilnita hitam cantik, bernama Nomzamo Winnie Mandela. Seorang yang dikatakan sebagai "titisan semangat Hitam". Seorang wanita yang bersama suaminya, Nelson Mandela, disebut oleh Uskup Desmond Tutu penerima hadiah Nobel Perdamaian 1984 sebagai "simbol pasangan yang memiliki kekuatan luar biasa dan menolak untuk dipecahkan." Lebih dari seperempat abad Winnie berjuang. Setelah suaminya dipenjarakan, dan tak kunjung keluar, Winnie tetap menegakkan api kelompok African National Congress (ANC), kelompok perlawanan terhadap rezim kulit putih. Winnie tak cuma Nyonya Mandela. Seperti nasib orang hitam lainnya di Afrika Selatan, ia warga negara kelas tiga. Pemerintah mengawasi segala geraknya, walaupun memberi keleluasaan tinggal di Brandfort. Kota itu sebuah daerah terisolasi, yang sesungguhnya merupakan tempat pembuangan bagi Winnie sejak 1977. Pada tahun 1985, rumah tinggal Winnie dibakar habis. Sejak itulah ia kian mengabaikan tekanan padanya. "Aku merasakan diriku kuat setelah tahu bahwa pada setiap langkah yang kuambil, bangsaku berada di belakangku." Sebenarnya, tanpa itu pun, Winnie sudah terlahir sebagai seorang kuat. Ia berasal dari etnis Xhosa. Pada 1936, ia lahir di daerah pegunungan Distrik Pondoland, Transkei. Ketika itu Mandela sudah menjadi aktivis pergerakan. Sang ayah, Columbine Madikizela, seorang guru sejarah, memberinya nama lengkap Nkosikazi Nobandle Nomzamo Madikizela. Juga memberinya tambahan nama "Winifred", sebagai rasa hormat pada seorang misionaris Jerman. Dari sang ayah, Winnie tahu kisah kegagahan bangsa Xhosa, tentang penaklukan oleh kolonialis putih. Winnie punya nama gagah: Nomzamo yang bermakna "peradilan". Di masa kecilnya Winnie juga sempat menjadi penggembala ternak, sebagaimana Mandela. Ia juga pernah meninggalkan sekolah untuk sementara, hanya buat membantu keluarganya memanen ladang. Itu terjadi ketika usianya baru sembilan tahun, saat ibunya meninggal. Tahun 1953, Winnie pindah ke Johannesburg, melanjutkan sekolah Jan Hofmeyr Social Centre. Di Johannesburg, Winnie bersua dengan tokoh yang dikaguminya, Nelson Mandela. Tepatnya, pertemuan itu pada Natal 1955. Mereka menikah Juni 1958 saat Mandela masih dalam proses diadili. "Hidup bersamanya adalah hidup tanpa dia." kata Winnie. Sekadar waktu buat bercinta pun, menurut Winnie, tak ada. Segera Winnie terlibat dalam kancah perjuangan masyarakat hitam. Ia menggerakkan demonstrasi wanita menentang pemberlakuan surat jalan. Juga menentang pembatasan wilayah bagi orang hitam. Akibatnya: ia dijebloskan ke sel dan dipecat dari pekerjaannya di Rumah Sakit Baragwanath. Padahal, saat itu Winnie tengah hamil. Ketika Mandela dipenjarakan seumur hidup, Winnie kian berperan. Ia menjadi penghubung Mandela dengan dunia luar. Ia aktif menggerakkan ANC yang dinyatakan sebagai organisasi terlarang. Perjuangannya memang berat. Untuk sekadar pergi ke sekolah anaknya pun ia tak mungkin. "Aku tak pernah ada di sana sebagai ibu yang membimbing tangan anak-anakku membawa mereka ke sekolah, dan mengenalkannya dengan para guru, yang merupakan kebanggaan setiap ibu. Setiap ibu tampak di sana pada hari itu. Dan aku tak pernah masuk satu sekolah pun yang dimasuki anakku. Aku tak pernah ketemu dengan salah seorang guru mereka." Namun, Winnie boleh bangga. Kedua anaknya, Zindzi dan Zeni, telah mewarisi sikap keluarga mereka. Juga telah memberinya dua cucu. Dan yang lebih penting, pohon kebebasan yang telah dipupuknya dengan susah payah, kini sudah tumbuh besar. Tinggal menanti waktu ....

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus