Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Dr Azahari bin Husin, penebar teror bom asal Malaysia, rupanya meninggalkan banyak warisan. Mulai dari detonator siap pakai hingga video dan buku manual cara membuat bom. Satu lagi warisannya, dokumen yang berisi persiapan melakukan- serang-an bom Bali II, Oktober tahun lalu.
Dokumen bom Bali II setebal 34 halaman itu jatuh ke tangan polisi saat penggerebekan yang berujung dengan kematian Azahari di Perumahan Vila Flamboyan-, Batu, Jawa Timur, 9 November tahun lalu. Laporan berjudul ”Proyek Bali” itu di-salin polisi dari komputer jinjing milik- bekas dosen Universitas Teknologi Ma-laysia, Skudai, Johor, Malaysia, itu.
Dr Rohan Gunaratna, pengamat tero-ris-me di Institute of Defence and Strategic Studies di Singapura, berdecak kagum membaca dokumen Proyek Bali. Di sana Azahari merinci langkah-langkah yang harus dilakukan sebelum, selama, dan seusai serangan. Menurut dia, Azahari telah mengungguli Midhat Mursi alias Abu Khabab al-Masri, gurunya saat belajar membuat bom di Afga-nistan. ”Dia telah menyempurnakan se-ni dalam serangan bom (dari gurunya),” kata Gunaratna kepada pers, dua pekan setelah kematian Azahari.
Laporan yang tersusun dalam lima bab itu dimulai dengan alasan memilih Bali sebagai target bom. Menurut Azahari, serangan di Bali akan berdampak global dan mendapat liputan media internasional. Anak buahnya sempat mensurvei belasan tempat hiburan di daerah Kuta Square, Jimbaran, dan Ubud. Tempat yang dipilih terutama yang sebagian besar tamunya berasal dari Eropa. Sampai-sampai pakaian yang paling banyak dipakai, jenis sepatu, dan merek tas pun dicatat. Lho, untuk apa?
Pakaian yang serupa akan dikenakan para pelaku bom bunuh diri. Itulah cara mereka berbaur dengan kerumunan tanpa dicurigai. Yang dikirim melakukan survei adalah calon pengebom itu sendiri dengan tujuan agar pelaku lebih mengenali target sasaran. Beberapa kali disebutkan: pelaku harus berhati-hati adanya coro-coro (polisi dan pecalang) di pelabuhan Gilimanuk, Bali.
Setelah rencana disusun matang, bom disiapkan, dan tempat kos dipesan-, pelaku masuk kembali ke Pulau Dewata-. Peledakan akan dilakukan pada jam terpadat di tempat-tempat hiburan yang menjadi sasaran. Azahari pun membuat jadwal menit per menit, sejak meninggalkan tempat kos sampai saat penge-boman. Jalur yang harus dilintasi- pelaku dengan denah posisi meja dan kursi juga dirinci agar efek pengeboman mendapat hasil paling dahsyat.
Semua berjalan mulus. Restoran Me-neg-a dan Kafe Nyoman, keduanya di Jimbaran, meledak pukul 19.40 WIB. Ledak-an di Restoran R.Aja’s di Kuta Square terjadi tiga menit kemudian. Menurut sumber Tempo di kepolisian, sebuah dompet hitam milik pelaku ditemukan di R.Aja’s di Kuta Square. Di dalamnya terdapat secarik kertas de-ngan tulisan tangan berbahasa Indonesia, ”Jam 17.32 kencan dengan Ratna”. Polisi menafsirkan, Ratna yang dimaksud adalah bidadari. Artinya, mereka siap melakukan bom bunuh diri.
Angka itu tidak terlalu jauh dengan- rencana yang ditulis dalam dokumen Azahari. Pada halaman 27 dokumen itu terdapat catatan: pukul 17.25 WIB pelaku harus berkemas dan meng-urus check out dari kos. Kemudian pukul 17.30 WIB mereka mencari ojek ber-angkat ke Pantai Legian. Sedangkan ledak-an menurut rencana ditetapkan bersama-an pukul 19.34 WIB.
Di lokasi ledakan, polisi juga menemukan detonator yang tampaknya dirakit sendiri oleh Azahari dan rekan-rekannya, serta timbel acida, senyawa kimia dengan daya picu besar. Pada dokumen Azahari tertulis: ”Polisi menemukan serpihan detonator dengan residu timbel acida. Tapi mereka belum dapat meng-identifikasi jenis bahan peledak.” Bisa jadi Azahari menulis kalimat terakhir itu sambil tersenyum.
Rencana serangan yang rapi dan rinci agaknya selalu dibuat Azahari. Survei pasti dilakukan sebelumnya. Hal ini juga diungkapkan oleh Ismail, terdakwa pelaku bom Hotel JW Marriott, Jakarta, yang divonis penjara 12 tahun, September 2004 lalu. Dia mengungkapkan, saat itu Noor Din M. Top berperan menjadi ke-tua tim yang memberikan perintah survei lokasi. ”Ia menyuruh saya dan Azahari mensurvei empat lokasi,” kata Ismail.
Agung Rulianto
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo