SATU setengah abad yang lalu, Lapangan Banteng masih berupa
alun-alun, seluas 2 x lapangan bola, tersohor dengan nama
Waterlooplein. Tidak jelas siapa pemberi nama ini, namun diduga
ada kaitannya dengan kekalahan Napoleon di Waterloo tahun 1815.
Dulu, tentara kerajaan Hindia Belanda melakukan parade di
lapangan ini, satu-satunya kegiatan yang memberi suasana hidup
untuk tempat seluas itu.
Memang ada juga sebuah tugu, didirikan tahun 1828, berbentuk
bulat dengan seekor singa perunggu bersemayam di puncaknya. Oleh
Jepang tugu ini dihancurkan, tanpa bekas. Daendels, Gubernur
Jenderal Belanda yang terkenal itu, bermaksud membangun sebuah
istana di sisi timur lapangan. Ketika akhirnya selesai tahun
1826 gedung megah itu dimanfaatkan untuk kantor, sampai sekarang
(kantor Departemen Keuangan).
Di sisi barat dan selatan lapangan herdiri perumahan dan balai
pertemuan perwira Belanda. Di sisi utara ada sebuah gereja
Katolik yang runtuh tahun 1890 untuk kemudian diganti dengan
gereja Katedral. Sesudah Koningsplein dibuka (sekarang Lapangan
Monas), maka pusat kegiatan berpindah ke sana.
Sejak itu lingkungan sekitar Waterlooplein kurang terencana
perkembangannya, sampai sekarang. Ketelanjuran ini ternyata
sulit untuk diperbaiki, apalagi sesudah Lapangan Banteng diisi
dengan lapangan olahraga dan sebuah terminal sentral (1967).
Entah nanti kalau sudah menjadi taman.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini