Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
PADA usianya yang Agustus nanti genap 88 tahun, Horst Henry Geerken masih saja kreatif dan produktif menulis. Cintanya kepada Indonesia, yang dia sebut “rumah saya yang kedua”, juga tak pupus dimakan waktu, masih sama seperti tatkala ia bekerja sebagai tenaga ahli Telefunken AEG di Jakarta 40 tahun lalu. "I'm in love with Indonesia," ujar cucu Johann Hinrich Geerken, pelukis kondang Jerman pada 1850-an, itu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Cinta itu pula yang mendorong terus lahirnya buku-buku tentang Indonesia dari tangan Horst H. Geerken. Semua ia tulis dari rumahnya di Bonn, Jerman. Yang terbaru, tahun lalu, Geerken menerbitkan jilid III dan IV Hitlers Griff nach Asien (Hitler Menyentuh Asia), serangkaian buku yang pengerjaannya ia mulai pada 2015. Dalam serial ini, Geerken menelusuri jejak pemimpin Partai Nazi itu beserta pasukannya di Indonesia. Dia pun sedang menyiapkan jilid V bukunya. Berikut ini penuturan Geerken tentang buku-bukunya kepada Sri Pudyastuti Baumeister, koresponden Tempo di Jerman.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Bagaimana tanggapan yang Anda terima setelah Hitlers Griff nach Asien (HGNA) terbit?
Buku HGNA jilid I dan II mendapat respons baik. Saya mendapat telepon dan surat dari seluruh dunia. Olaf Brand, cucu Walther Hewel (inisiator Partai Nazi di Hindia Belanda dan informan Hitler), yang tinggal di California, Amerika Serikat, memberi saya banyak sekali dokumen tentang pamannya untuk menguatkan cerita saya tentang Hewel.
Saya juga masih bertemu dengan keluarga Otto Coerper (kepala Deutsche Schule di Sarangan, kaki Gunung Lawu, Jawa Timur) yang juga mengontak saya setelah membaca buku HGNA jilid I dan II, tapi dokumen tentang keluarganya cuma boleh difotokopi. Mereka tidak menyerahkannya kepada saya seperti yang lain. Ketika saya bertemu lagi, mereka mengatakan semua dokumen itu akhirnya dibuang ke keranjang sampah. Saya kaget. Untung saya sudah mengopinya, saya membatin. Dari dokumen-dokumen itulah saya berinisiatif melanjutkan HGNA ke jilid berikutnya untuk melengkapi data, fakta, dan cerita penting yang belum ada di buku jilid pertama dan kedua. Buku jilid III dan IV terbit pada 2020.
Sampul buku Hitlers Griff nach Asien (Hitler menyentuh Asia) jilid IIIkarya Horst H. Geerken.
Bagaimana perkembangan penggarapan HGNA jilid V?
Saya mendapat banyak temuan baru tentang Indonesia. Jilid V tidak bisa cepat selesai seperti yang saya rencanakan. Selama masa pandemi ini, semua kantor arsip nasional tutup. Padahal saya masih memerlukan riset. Tidak tahu sampai kapan. Siapa yang bisa memprediksi virus corona lenyap dari muka bumi ini (tertawa).
Anda tetap menulis selama terjadi pandemi?
Saya tetap menulis. Buku Kurzgeschichte in Indonesien (Cerita Pendek di Indonesia) akan terbit tahun ini. Ini buku tentang cerita-cerita pendek saya selama di Indonesia. Misalnya ketika saya membuat perahu di Pulau Kei (pulau kecil di dekat Maluku). Buku saya yang lain, Eine Balinesin in Deutschland und ein Deutscher in Bali dan Der Schatz der vergessenen Inseln, die einst Weltgeschichte schrieber, untungnya sudah terbit sebelum pandemi. Suatu hari nanti, saya juga mau menulis tentang peristiwa kudeta 1965. Banyak pengalaman itu yang masih tersimpan di kepala. D.I. Pandjaitan tetangga saya sewaktu saya masih di Jakarta. Dia juga dulu murid Deutsche Schule di Sarangan. Makanya dia juga fasih berbahasa Jerman. Waktu dia ditembak di rumahnya, saya mendengar letusannya. Jenderal Sunaryo, Komandan Operasi Tertinggi Angkatan Bersenjata Republik Indonesia, malah bersembunyi di rumah saya sewaktu kudeta terjadi.
Sampul buku Hitlers Griff nach Asien (Hitler menyentuh Asia) jilid IV karya Horst H. Geerken.
Ingatan Anda luar biasa, ya.…
Saya bisa mengingat peristiwa puluhan tahun silam seperti baru terjadi kemarin. Ini benar-benar “gift” (karunia).
Berapa lama Anda bekerja setiap hari?
Sekarang saya bekerja enam-tujuh jam setiap hari. Selebihnya saya banyak membaca, juga berjalan-jalan di hutan kecil di dekat rumah. Saya terus berusaha menjaga stamina dengan makan makanan sehat. Setiap hari selalu ada salad di meja makan. Saya cuma makan ikan dan nasi. Bawang putih juga jadi santapan saya sehari-hari. Ini baik buat jantung dan tekanan darah. Sudah 40 tahun ini saya sakit kanker, tapi saya tidak pernah memikirkannya. Saya menerimanya dengan ikhlas dan meminum obat sesuai dengan petunjuk. Dokter mengatakan semuanya baik.
Kabarnya Anda sering ke Bali untuk menulis buku?
Sebelum pandemi terjadi, saya sering lima-enam bulan berada di Bali. Saya menginap di sebuah villa di dekat Ubud. Di situ tenang sekali sehingga saya juga bisa tenang menulis dan mendapat inspirasi baru untuk buku-buku saya. Pacar saya juga orang Bali (tertawa). November saya berencana ke sana lagi, jika pemerintah Jerman mengizinkan warganya bepergian ke luar negeri.
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo