Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
UPAYA pemulihan ekonomi Indonesia masih mengarungi jalan terjal pada triwulan I 2021. Pertumbuhan ekonomi masih negatif, minus 0,74 persen, secara tahunan. Kontraksi ini lebih dalam ketimbang rata-rata estimasi para ekonom, yang berdasarkan survei Bloomberg memperkirakan angka minus 0,65 persen. Sisi baiknya, tetap ada gelagat perbaikan. Semenjak awal pandemi, kontraksi ekonomi Indonesia dari triwulan ke triwulan makin kecil.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Statistik pertumbuhan ekonomi jelas amat penting sebagai pegangan. Namun jangan lupa, angka itu hanyalah rekaman kinerja yang sudah lewat. Bagi pasar, yang lebih penting adalah bagaimana membaca tren pergerakan ekonomi yang akan datang. Tentu pegangan yang paling berharga adalah estimasi yang realistis mendekati kenyataan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Pemerintah Indonesia sudah pasti tetap berupaya menyebarkan hawa optimistis. Para pejabat pemerintah yakin ekonomi Indonesia tak sekadar membaik, tapi segera melesat mulai triwulan II 2021 sehingga grafik pertumbuhan ekonomi akan berbentuk seperti huruf V.
Menteri Koordinator Perekonomian Airlangga Hartarto bahkan memberikan estimasi yang boleh dibilang amat ambisius. Pada akhir triwulan II 2021, ekonomi Indonesia diproyeksikan tumbuh 6,9-7,8 persen. Jika estimasi optimistis ini tercapai, berarti Indonesia akan mengalami pertumbuhan ekonomi tercepat semenjak 2008.
Ada beberapa faktor yang memang dapat menjadi pendorong pertumbuhan. Salah satunya naiknya harga berbagai komoditas belakangan ini karena terdorong pemulihan ekonomi yang sangat cepat di Cina dan Amerika Serikat. Kenaikan harga membuat perolehan ekspor Indonesia meningkat. Perdagangan internasional menjadi faktor penting dalam menghitung pertumbuhan ekonomi.
Sebelas bulan terakhir, Indonesia mencatat surplus perdagangan secara bulanan. Sepanjang tiga bulan pertama 2021, surplus perdagangan berturut-turut mencapai US$ 1,96 miliar, US$ 1,99 miliar, dan US$ 1,56 miliar. Namun dari statistik bulanan itu ada tren yang patut ditelaah. Tren surplus menurun mulai Maret. Apakah penurunan ini terjadi lantaran gelombang baru pandemi Covid-19 yang mulai merebak pada periode itu sehingga ada perlambatan arus perdagangan?
Tsunami Covid-19 yang meledak di India memang berdampak luas pada seluruh dunia. Kondisi ini pula yang membuat ekonomi Indonesia harus kembali menghadapi situasi sulit saat memasuki triwulan II 2021. Belajar dari pengalaman India, yang tak mampu mencegah munculnya kerumunan akibat festival keagamaan dan kampanye politik, pemerintah Indonesia tak punya pilihan selain membatasi kembali mobilitas manusia. Yang paling besar berdampak pada ekonomi tentu saja pelarangan mudik.
Pembatasan pergerakan manusia sudah pasti membuat roda ekonomi berputar lebih pelan. Belanja konsumen, salah satu komponen yang juga dominan pada perhitungan produk domestik bruto kita, ikut melambat. Jika tak ada pembatasan, bulan-bulan ini ekonomi Indonesia biasanya sedang menikmati dorongan musiman yang sangat besar karena datangnya bulan puasa dan Lebaran. Kali ini rezeki setahun sekali yang digadang-gadang menjadi pendongkrak ekonomi itu sedikit-banyak akan berkurang.
Dari sisi finansial, statistik perbankan juga belum menunjukkan sinyal positif. Selama triwulan I 2021, penyaluran kredit perbankan masih terus mengalami kontraksi. Selama Maret 2021, kontraksi penyaluran kredit bahkan lebih buruk ketimbang bulan sebelumnya, minus 3,8 persen versus minus 2,9 persen. Penyaluran kredit perbankan juga dapat menjadi petunjuk awal gelagat pergerakan ekonomi. Jika pertumbuhan kredit masih terus berada di area negatif, sulit berharap kegiatan ekonomi akan bergulir lebih kencang.
Menimbang berbagai faktor itu, para analis di pasar mulai berhitung ulang. Sentimen di pasar umumnya masih optimistis, ekonomi Indonesia tetap menggelinding di jalur pemulihan. Namun grafik pertumbuhannya tidaklah tajam menanjak mulus seperti lintasan roket ke angkasa. Tak menentunya perkembangan wabah Covid-19 masih dapat menjadi penghambat. Pertumbuhan ekonomi pada setiap triwulan selama sisa tahun ini bisa saja lebih lambat.
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo