HABIS ditimpa order besar namanya, keruan saja kepala Kusin Isa penuh rencana. Tak mau menunda lagi, sore itu juga perajin kayu dari Desa Kademangan, Bondowoso, Jawa Timur itu menggandeng istri dan kedua anaknya ke pasar, memborong tetek-bengek kebutuhan sehari-hari. Setelah beberapa jam, mereka pulang kembali dengan bahagia. Rumah seperti mengelu-elukan kedatangannya. Namun, sewaktu Kusin memutar anak kunci, waduh, keningnya mendadak melipat. Tanda tanya besar meloncat dari lubang kunci. "Mungkinkah tadi Kusin Isa lupa menguncinya?" tanyanya dalam hati, waswas. Nah, begitu masuk kamar, jantung Kusin tak tertahankan lagi berguncang. Ia melotot seperti ikan koki. Bengong melihat almari pakaiannya terbuka lebar. Semua isinya tersapu ludas. Termasuk uang Rp 30 ribu yang sengaja diselipkan di bawah tumpukan baju. Yang lebih menyakitkan hati lagi, perabot dapur pujaan istrinya ikut raib. Total jenderal, Kusin dirogoh Rp 80 ribu. "Bagaimana mungkin dia bisa masuk, wong semua pintu terkunci. Masih sore lagi," kata lelaki berusia 34 tahun itu dengan bingung. Keheranannya segera terjawab setelah menemukan sepucuk surat yang tergeletak di atas meja. Isinya: "Kpd. Yth. Pemilik Rumah di Tempat. Situ tadi lengah tidak mengunci pintu sewaktu mau keluar sama istri dan anak-anak naik becak. Lain kali jangan lupa mengunci rumahnya, ya, Pak. Sekarang banyak maling, dan hati-hati jangan naruh barang sembarangan. Mohon pamit dan diminta halalnya. Wassalam." Kusin Isa kontan lemas. Maling itu ternyata tidak hanya mengikat harta, tetapi juga memberinya wejangan. Mungkin iseng, karena kebetulan di atas meja makan tergeletak buku tulis Fatia, anak sulung Kusin yang berusia 9 tahun. "Aku yakin, pencuri itu setidak-tidaknya tamatan SD. Buktinya, bisa menulis," kata ayah dua anak itu, kepada M. Baharun dari TEMPO. Tapi ia tetap tak mengerti, kenapa sang durjana pakai meninggalkan pesan segala. "Kok ya, masih sempat-sempatnya menulis surat. Padahal, itu 'kan buang-buang waktu. Seharusnya, peluang itu bisa dimanfaatkan untuk menghabisi apa saja yang ada," kata seorang tetangga Kusin, numpang heran. Kendati sudah habis-habisan, Kusin Isa tak sudi mengadukan musibah yang terjadi awal Desember lalu itu kepada aparat keamanan. Ia pesimistis, kalaupun dilaporkan bajingan yang sok tahu itu tidak bakal tertangkap. Hanya hikmah jua yang ia petik. "Kusin Isa jadi sadar dan mendapat pelajaran agar lebih berhati-hati," tuturnya. Kabarnya, ini ia selalu waspada, siap menghadapi maling. Caranya? "Aku rajin melakukan wirid untuk menangkal maling," tambahnya. "Hansip bisa ngantuk. Tapi wirid yang Kusin Isa praktekkan tak akan pernah mengantuk dan lalai." Selamat berjuang, Kusin.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini