Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsip

Yang Berebut ke Pucuk Beringin

Inilah beberapa kandidat Ketua Umum Partai Golkar. Ada yang diunggulkan, ada yang modal nekat.

13 Desember 2004 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Wiranto Mantan Panglima ABRI

Setelah pusing ditanya oleh para pengurus daerah, akhirnya mantan calon presiden Partai Golkar, Wiranto, secara terbuka, Kamis pekan lalu menyatakan kesiapannya maju sebagai salah satu calon Ketua Umum Golkar.

Partai Golkar ke depan, menurut lulusan Akademi Militer Nasional 1968 ini, harus dibangun dan menjadi bagian dari solusi untuk memecahkan problem bangsa. ?Jangan sampai kita menjadi bagian dari konflik. Capek kita ini,? katanya.

Tak seperti ketika mengikuti konvensi lalu, dalam perebutan Ketua Umum Golkar ini, tampaknya mobilisasi dengan cara datang ke daerah-daerah tak begitu gencar dilakukan. Tapi Kamis pekan lalu itu, Wiranto sempat mengumpulkan beberapa pengurus Golkar kabupaten/kota di Hotel Century Park, Jakarta. Meski dikemas dalam bentuk silaturahmi, tak sulit menduga Wiranto sedang merajut dukungan.

Sebelumnya ia juga menemui Presiden Susilo Bambang Yudhoyono di Istana. Mantan ajudan Presiden Soeharto (1989-1993) itu menyatakan pertemuan dengan SBY hanya silaturahmi. Tapi kasak-kusuk menyebut pertemuan itu terkait dengan rencana pencalonannya di Ketua Umum Golkar.

Pengalaman mantan Menteri Pertahanan dan Keamanan/Panglima ABRI ini boleh dibilang lengkap. Ia sempat menikmati kekuasaan tiga kali presiden: Soeharto, Habibie, dan Abdurrahman Wahid. Di era Habibie, selama 22 bulan penuh ia jadi menteri, bahkan ikut merancang agenda reformasi tingkat nasional, termasuk mengawasi Sidang Istimewa MPR yang justru menggagalkan Habibie terpilih menjadi presiden. Terakhir di era Abdurrahman Wahid ia menjadi Menteri Koordinator Politik dan Keamanan selama tiga bulan.

Surya Paloh 53 tahun, Pimpinan Grup Media Indonesia

Sebelum ikut bertanding dalam konvensi Golkar, bos grup Media Indonesia ini lebih dikenal sebagai pebisnis daripada politisi. Meski demikian, pengalaman politiknya sebetulnya tidak cetek-cetek amat. Karier politiknya memang dibangun di Golkar. Pada 1984, ia menjadi Ketua AMPI dan juga Ketua Forum Komunikasi Putra-putri Purnawirawan ABRI (FKPPI).

Pada usianya yang masih muda, 25 tahun, pria yang selalu tampil berewokan ini terpilih menjadi anggota MPR Utusan Daerah. Pada usia 30, ia terpilih menjadi anggota DPR dari Golkar mewakili daerah Lampung.

Jauh-jauh hari sebelum Munas Golkar digelar, bos grup Media Indonesia ini sudah mengklaim dirinyalah yang ?direstui? Presiden Susilo Bambang Yudhoyono untuk merebut posisi puncak partai berlambang beringin itu.

Meski kans untuknya kelihatannya tidak besar, Surya bertekad tetap maju. Kemungkinan ia bakal terganjal syarat ketua umum harus aktif dalam kepengurusan Golkar minimal lima tahun. ?Itu bukan soal. Tapi saya punya tekad maju,? ujarnya.

Akbar Tandjung 59 tahun, mantan Ketua DPR

Ia dikenal sebagai politis yang piawai dan licin. Gaya berpolitiknya yang luwes membuat Akbar mudah berkomunikasi dengan tokoh-tokoh politik mana pun. Tokoh yang pernah terkena kasus korupsi dana nonbujeter Bulog senilai Rp 40 miliar ini berhasil memimpin Golkar saat partai itu dihujat habis-habisan. Bahkan Presiden Abdurrahman Wahid sempat meminta Golkar dibubarkan saja.

Dengan jasa yang tak sedikit itu, Akbar merasa absah mencalonkan diri lagi menjadi Ketua Beringin. Para pinisepuh Golkar yang dimotori Sudharmono getol melarang Akbar mencalonkan kembali karena dianggap salah berkoalisi dengan Megawati dalam pemilu lalu. Namun itu tak menyurutkan tekadnya. ?Saya siap maju lagi. Daerah-daerah sudah yang menyatakan dukungan,? katanya.

Pengalamannya berorganisasi sudah lebih dari sekadar khatam. Ia pernah menjadi Ketua Umum Himpunan Mahasiswa Islam (1972-1974). Ia juga pernah memimpin KNPI (1978-1981). Bersama kader muda Golkar lainnya, ia juga turut membidani kelahiran AMPI pada 1978 dan langsung menjadi ketua.

Meski menjabat Ketua Umum Golkar, toh dalam konvensi yang diselenggarakan partai itu, ia kalah bertanding melawan Wiranto. Namun ia cukup berhasil membawa partai itu menjadi partai pemenang pemilu legislatif pada 2004.

Agung Laksono 55 tahun, Ketua DPR

Di Golkar ia tergolong politisi senior. Karier politiknya dimulai pada 1979 sebagai pengurus Angkatan Muda Pembaruan Indonesia (AMPI), organisasi onderbouw Golkar. Pada 1983-1988 ia menjadi ketua umum lembaga itu.

Saat ini dokter lulusan Universitas Indonesia kelahiran Semarang ini adalah Ketua Organisasi, Kepemudaan, dan Kekaryaan (OKK) di Golkar. Badan ini memang memberikan peluang besar untuk mengantarkan ketuanya menjadi pemimpin Partai Beringin. Ia juga Ketua Umum Kosgoro 1957 (2002-2007), organisasi yang berafiliasi dengan Golkar.

Pada zaman Soeharto ia pernah menjadi Menteri Negara Pemuda dan Olahraga, jabatan yang dipertahankan di era Habibie. Melalui Koalisi Kebangsaan (gabungan Partai Golkar, PDI Perjuangan, dan Partai Damai Sejahtera), Agung berhasil merebut posisi Ketua DPR periode 2004-2009.

Selain sebagai politisi, suami Sylvia Wenas ini juga dikenal sebagai pengusaha lewat bendera PT HAS Muda Internusa?kelompok bisnis dengan berbagai kegiatan usaha. Ia tak mau berkomentar banyak mengenai pencalonannya dalam Munas Golkar, pekan depan. ?Awak ini siapalah,? katanya singkat.

Marwah Daud Ibrahim 48 tahun, Ketua DPP Partai Golkar

Meski tergolong junior, Marwah termasuk penantang Akbar Tandjung yang cukup lantang. Saat Akbar tersandung kasus Bulog senilai Rp 40 miliar, ia salah satu yang terus berteriak agar Akbar melepas jabatannya, baik sebagai Ketua DPR maupun Ketua Umum Golkar.

Ketika Golkar menyelenggarakan konvensi untuk memilih calon presidennya, ia juga termasuk salah satu calon yang melawan Akbar Tandjung. Saat Golkar secara resmi mengusung pasangan Wiranto-Salahuddin Wahid sebagai calon presiden Golkar, Marwah malah berpasangan dengan Abdurrahman Wahid sebagai calon wakil presiden.

Di Golkar, Marwah mengaku mendapat sokongan dari kelompok Indonesia timur. Di era Habibie alumnus Universitas Hasanuddin, Makassar, ini juga bergabung dalam Iramasuka, kelompok yang sering mengklaim kawasan timur Indonesia.

Dalam Musyawarah Nasional Golkar pekan depan, doktor lulusan American University ini mengaku siap menantang Akbar. ?Sebagai panggilan rasa tanggung jawab, keterwakilan wilayah, gender,? katanya.

Fajar W.H.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus