Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsip

Yang di ulu dan ilir

Kota palembang ditimpa kemacetan lalu lintas. kemudian gubernur melarang bis luar kota masuk ke kota. karena bis luar kota mengganggu kelancaran lalu lintas di jalan utama. (kt)

26 Juni 1976 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

KOTA Palembang sudah ditimpa bencana kemacetan lalu-lintas. Kesemrawutan dan kemacetan lalulintas di jalan Sudirman, melebihi jalan yang bernama sama di DKI Jakarta. Padahal jalan tersebut jauh lebih sepi dibanding jalan di Ibukota itu. Hingga tindakan yang dilakukan Jakarta kemudian (14 Mei lampau) yaitu menyetop bis-bis antar kota memasuki kota, telah lebih dulu dilakukan Palembang. Yaitu 21 April. Tak hanya dilakukan Walikota Tjek Yan, tapi juga melalui surat larangan Gubernur Sumatera Selatan yang sudah mendahului ketetapan Walikota Palembang. Larangan gubernur itu dialamatkan kepada bis-bis antar propinsi untuk memasuki kota Palembang Seberang Ilir. Sedang bis dan truk luar kota -- dari kawasan propinsi Sumsel yang selama ini tak tertampung di terminal Seberang Ulu -- buat sementara masih diperbolehkan memasuki terminal induk Seberang Ilir. Yaitu bis-bis yang datang dari atau tujuan Lahat, Pagaralam, Muara Enim dan Muara Dua. Sedangkan larangan Walikota berlaku untuk semua bis dan truk yang datang atau keluar kota yang memasuki Seberang Ilir Palembang. Semua kegiatannya, seperti parkir, muat dan bongkar barang, dialihkan ke terminal Seberang Ulu. Tentu saja larangan tersebut membingungkan para pengusaha bis dan truk luar kota. Tapi alasan halangan itu sesungguhnya bisa mereka maklumi. Apalagi bila mereka menghubungkannya dengan tindakan LLAJR beberapa waktu lalu yang memotong arus lintas bis tersebut ke jurusan bundaran air mancur, depan Mesjid Agung Palembang.Hingga bis-bis tersebut tak mengganggu kelancaran lalulintas di jalan utama kota Musi itu. Berarti sekaligus membendung bis-bis dari jurusan Kertapati dan Plaju, yang memang kesohor sukar diatur itu. Penodongan Namun yang mengeluh bukan hanya pengusaha bis dan truk, tapi juga petugas di terminal Seberang Ulu. Karena tampaknya tak serapi persiapan yang dilakukan DKI Jakarta. "Lokasi dan fisik terminal belum punya fasilitas buat melayani penumpang", ujar seorang petugas termimal. Tambah jalan keluar masuk terminal, yang selama ini berlobang-lobang dan becek, belum ada tanda-tanda akan diperbaiki. Juga perkara keamanan, cukup mengkhawatirkan, karena sering terjadi penodongan terhadap penumpang yang baru masuk kota. Dan yang paling gawat ialah kesulitan yang dihadapi para pemilik barang yang biasa diangkut truk luar kota. Karena mereka terpaksa mengangkut barang-barangnya lebih dulu ke terminal Seberang Ulu. "Ini tak semudah yang diperkirakan", ujar seorang pemilik barang di 16 Ilir "sebab jembatan Ampera tak dapat dilalui gerobak dorong atau oplet". "Terpaksalah mesti melalui jalan sungai, seperti jaman baheula", keluhnya.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus