KOTA Palembang sudah ditimpa bencana kemacetan lalu-lintas.
Kesemrawutan dan kemacetan lalulintas di jalan Sudirman,
melebihi jalan yang bernama sama di DKI Jakarta. Padahal jalan
tersebut jauh lebih sepi dibanding jalan di Ibukota itu. Hingga
tindakan yang dilakukan Jakarta kemudian (14 Mei lampau) yaitu
menyetop bis-bis antar kota memasuki kota, telah lebih dulu
dilakukan Palembang. Yaitu 21 April. Tak hanya dilakukan
Walikota Tjek Yan, tapi juga melalui surat larangan Gubernur
Sumatera Selatan yang sudah mendahului ketetapan Walikota
Palembang.
Larangan gubernur itu dialamatkan kepada bis-bis antar propinsi
untuk memasuki kota Palembang Seberang Ilir. Sedang bis dan truk
luar kota -- dari kawasan propinsi Sumsel yang selama ini tak
tertampung di terminal Seberang Ulu -- buat sementara masih
diperbolehkan memasuki terminal induk Seberang Ilir. Yaitu
bis-bis yang datang dari atau tujuan Lahat, Pagaralam, Muara
Enim dan Muara Dua. Sedangkan larangan Walikota berlaku untuk
semua bis dan truk yang datang atau keluar kota yang memasuki
Seberang Ilir Palembang. Semua kegiatannya, seperti parkir, muat
dan bongkar barang, dialihkan ke terminal Seberang Ulu.
Tentu saja larangan tersebut membingungkan para pengusaha bis
dan truk luar kota. Tapi alasan halangan itu sesungguhnya bisa
mereka maklumi. Apalagi bila mereka menghubungkannya dengan
tindakan LLAJR beberapa waktu lalu yang memotong arus lintas bis
tersebut ke jurusan bundaran air mancur, depan Mesjid Agung
Palembang.Hingga bis-bis tersebut tak mengganggu kelancaran
lalulintas di jalan utama kota Musi itu. Berarti sekaligus
membendung bis-bis dari jurusan Kertapati dan Plaju, yang memang
kesohor sukar diatur itu.
Penodongan
Namun yang mengeluh bukan hanya pengusaha bis dan truk, tapi
juga petugas di terminal Seberang Ulu. Karena tampaknya tak
serapi persiapan yang dilakukan DKI Jakarta. "Lokasi dan fisik
terminal belum punya fasilitas buat melayani penumpang", ujar
seorang petugas termimal. Tambah jalan keluar masuk terminal,
yang selama ini berlobang-lobang dan becek, belum ada
tanda-tanda akan diperbaiki. Juga perkara keamanan, cukup
mengkhawatirkan, karena sering terjadi penodongan terhadap
penumpang yang baru masuk kota. Dan yang paling gawat ialah
kesulitan yang dihadapi para pemilik barang yang biasa diangkut
truk luar kota. Karena mereka terpaksa mengangkut
barang-barangnya lebih dulu ke terminal Seberang Ulu. "Ini tak
semudah yang diperkirakan", ujar seorang pemilik barang di 16
Ilir "sebab jembatan Ampera tak dapat dilalui gerobak dorong
atau oplet". "Terpaksalah mesti melalui jalan sungai, seperti
jaman baheula", keluhnya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini