Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Seni

Firdaus yang hilang

Pelukis lini nataliniwidhiasi, 11, mengadakan pameran lukisan di musium affandi yogyakarta. ia pernah mendapat mendali emas pada sayembara melukis anak- anak dari lions club vesovio neapte italy. (sr)

26 Juni 1976 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

INI seperti sebuah gelombang yang menarik, yang dikemudikan oleh anak-anak. Sementara para seniman senior sibuk mengumpulkan kekayaan, mencari jabatan dan ,memasuki dunia lain yang bukan bidangnya lalu jadi tumpul, anak-anak meneruskan ekspresi dengan murni . Mereka menyanyi, main film dan melukis. Tak jarang seniman dewasa kemudian terkesima lalu mengeluarkan berbagai pujian. Mereka menamakannya keajaiban, kadangkala hanya untuk menutupi kenyataan bahwa mereka sebenarnya telah kalah karena memang sudah lama tidak bekerja lagi. "Firdaus yang telah hilang", kata WS Rendra memberi komentar lukisan Lini Nataliniwidhiasi -- anak 11 tahun dari Surabaya yang pernah mengadakan pameran di museum Affandi Yogya bulan April yang lalu. Pelukis kawakan Affandi sendiri, yang lebih banyak diam kalau melihat lukisan orang lain, sampai tak kuasa menahan diri untuk mengatakan: "Saya ngiler melihat coret-coretan Lini. Sayang saya sudah kakek. Kepingin anak-anak lagi dan melukis sama-sama Lini". Lebih dari itu tukang plotot ini dengan gairahnya menunggu Lini melukis patungnya, untuk kemudian membubuhkan sebuah tanda tangan. Sementara pelukis kawakan lain yang bernama Batara Lubis menulis sajak: "Lini, usiamu masih muda belia/Ciptaanmu menggetarkan hatiku/Peliharalah bakatmu yang cemerlang/Kau seumpama bunga mengharum". Waduh. Medali Emas Anak pelukis Tedja yang bermukim di kota buaya ini, benar-benar menjadi buah bibir sekarang. Matanya yang sipit tapi gigih, dengan sebuah hidung yang mencuatkan ambisi, serta bibir yang menampilkan kegetolan bekerja, muncul banyak kali dalam koran dan menjadi figur yang populer. "Nama saya Lini, lahir 25 Desember 1964. murid kelas 5 SD. Mulai senang menggambar umur 5 tahun. Menggambar adalah kesenangan saya seperti bermain-main. Saya selalu pameran setiap liburan karena undangan", tulis anak ini, yang pernah mendapat penghargaan medali perak dari sayembara melukis anak-anak 'Shankar's Internalional Children competition di India 1973. Rumahnya di jalan Lapangan Darmawangsa 2, di mana ia sering main layangan, sekarang suka dikunjungi wartawan. Anak ini telah memenangkan medali emas sayembara melukis untuk anak-anak yang diselenggarakan oleh pemerintah Italia bulan Mei yang lalu. Ia termasuk salah satu dari 20 jagoan pilihan untuk kompetisi internasional tersebut, dan juga sebagai pengikut satu-satunya dari Indonesia dengan mengirimkan 3 buah lukisan. Ny. Inge Zimmermann dari Goethe Institut Surabaya telah ikut andil untuk Lini dalam memilihkan lukisan yang bertema Perdamaian, itu -- meskipun ternyata ketiganya bukan lukisan kesukaan anak ajaib ini. "Untung bukan lukisan yang saya senangi. Kalau tidak, 'kan lukisan-lukisan itu tidak akan dikembalikan lagi", ujar Lini. Ia tampak dingin-dingin saja kejatuhan kemenangan dan hadiah dari Lion's-Club Vesovio Neapte Italy. Maklum bukan sekali ini ia menerima penghargaan. Tahun 1973 ia sudah memenangkan sayembara melukis POR Seni tingkat SD -- dan belum lama ini ia menjadi juara kedua untuk tingkat SD sayembara melukis motif batik -- tercatat beberapa peserta dari Singapura. Hongkong dan Jerman Barat. "Saya belum pelukis". kata Lini. "Saya hanya senang bermain ketika sedang ada waktu senggang, waktu timbul keinginan untuk bermain dengan garis-garis dan warna. Itulah permainan yang saya gemari". Ucapan ini membersitkan bahwa anak ini tidak melukis tanpa pengertian. Garis dan bentuk-bentuk yang dihasilkannya, yang menampilkan ketrampilan kekayaan imajinasi, mengutarakan juga sikap bahwa gambar telah menjadi bahasa yang telah dipilih dengan sadar. Ini normal, karena ia sejak lahir telah bergelimang dengan kehidupan melukis dari ayahnya sendiri, dan mendapat dukungan moril yang mungkin tidak dijumpai.Anak-anak lain dalam lingkungan keluarga. Ini sekedar menerangkan bahwa anak ini tidak ajaib. Semuanya beralasan untuk mendapat penghargaan, karena hasil-hasil lukisannya memang bagus dan punya harapan besar di masa depan kalau saja proses perkembangannya tetap deras sebagaimana sekarang. 9 Juni yang lalu, Lini mengulurkan tangan untuk menerima hadiah medali emas Italia itu. Barangkali ia akan perlu mengulurkan tangan beberapa kali lagi, semasih ia melukis dalam katagori anak-anak -- karena ia memang jauh lebih mencuat dari rata-rata anak seumuruya. Kita tidak tahu apa yang akan terjadi pada lukisannya setelah ia menjadi dewasa, kecuali berharap segala yang baik tentunya. Sementara anak kecil ini sempat bicara: "Jangan menulis berita tentang Lini panjang-panjang. Lini sudah terlalu sering ditulis di koran dan majalah, sehingga Lini jadi sungkan sama teman-teman".

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus