Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Pengelola Nama Domain Internet Indonesia (PANDI) bersama pegiat aksara Sunda dari Pusat Digitalisasi dan Pengembangan Budaya Sunda Universitas Padjajaran (PDP-BS Unpad) menyelenggarakan lomba pembuatan situs web berdomain aksara Sunda, dengan sebagian atau seluruh isi kontennya menggunakan aksara Sunda.
Chief Registry Operator (CRO) PANDI, Mohamad Shidiq Purnama, mengatakan bahwa lomba ini merupakan kali kedua yang diselenggarakan, setelah sebelumnya menggelar lomba serupa berdomain aksara Jawa (Hanacaraka). "Lomba ini merupakan rangkaian acara lanjutan, dalam rangka pelestarian aksara Nusantara yang memang menjadi concern PANDI," ujar Shidiq dalam keterangannya, Senin, 15 Juni 2020.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
PANDI menggelar lomba membuat website dengan konten aksara Sunda. Kredit: PANDI
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Shidiq mengatakan bahwa agenda tersebut merupakan salah satu cara pelestarian budaya aksara Nusantara yang lambat laun semakin ditinggalkan generasi sekarang. "Kami berkomitmen untuk bisa ikut berpartisipasi dalam rangka pelestarian budaya aksara Nusantara, agar bisa terdigitalisasi sehingga dapat digunakan sebagai alamat (domain name) di internet," tambah Shidiq.
Shidiq menambahkan untuk format pendaftaran akan dimulai pada pertengahan bulan Juni, dan akan ditutup tanggal 14 Agustus 2020. Batas waktu submit website hingga 13 November, dan pengumuman pemenang akan dilaksanakan tanggal 11 Desember mendatang.
"Untuk pendaftaran peserta bisa langsung submit di tautan s.id/lombaaksarasunda, untuk informasi lebih lanjut bisa didapat di semua platform media sosial PANDI," tutup Shidiq.
Hal senada juga diungkapkan oleh Dadan Sutisna selaku Sekretaris Yayasan Kebudayaan Rancagé. Menurutnya, aksara Nusantara merupakan warisan budaya yang sangat berharga untuk dipelihara. Kegiatan ini selaras dengan rekomendasi Tim Unicode Aksara Sunda yang pernah dibentuk tahun 2008, ketika aksara Sunda didaftarkan ke Konsorsium Unicode.
"Kala itu, kami berharap agar aksara Sunda bisa dikembangkan oleh masyarakat melalui berbagai perangkat digital. Sekarang sudah cukup banyak kalangan yang menaruh perhatian pada pengembangan aksara Sunda, mulai dari pembuatan fonta hingga aplikasi berbasis Android," ucap Dadan.
"Adalah benar bahwa belakangan aksara Sunda mulai tergerus oleh zaman, bahkan kaum milenial banyak yang tidak tahu ini (aksara Sunda). Sudah menjadi kewajiban untuk terus mewariskan budaya leluhur agar mengikuti perkembangan zaman," tambahnya.
Ketua PDP-BS Unpad, Prof. Dr. Ganjar Kurnia, mengatakan bahwa lomba ini sejalan dengan salah satu tujuan PDP-BS, yaitu menyelamatkan kekayaan budaya tulis orang Sunda dari kepunahan dan menyebarluaskannya kembali kepada masyarakat. Melalui lomba ini, semua orang terutama masyarakat Jawa Barat bisa tergerak untuk ikut berpartisipasi dalam melestarikan aksara Sunda tersebut.
"Semoga masyarakat bisa ikut berperan dalam menjaga kelestarian aksara Sunda, memadukannya dengan kemajuan teknologi melalui website, agar (aksara Sunda) bisa lebih dikenal lagi oleh kalangan milenial dan masyarakat luas," ungkap Ganjar.
Sebelumnya PANDI juga telah menyelenggarakan lomba serupa berkonten aksara Jawa (Hanacaraka) bekerja sama dengan komunitas pegiat aksara Jawa Yogyakarta dan Dinas Kebudayaan (Kundha Kabudayan) Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Ke depan, PANDI akan menggandeng pegiat aksara daerah lain untuk menyelenggarakan lomba serupa dalam rangka digitalisasi aksara Nusantara.