Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Bandung - Pembuatan laptop Merah Putih akan melibatkan industri dan akademisi dari Universitas Indonesia, Universitas Gadjah Mada (UGM), Institut Teknologi Bandung (ITB), dan Institut Teknologi Sepuluh Nopember.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Wakil Rektor Bidang Keuangan, Perencanaan, dan Pengembangan ITB Muhamad Abduh mengatakan keterlibatan akademisi bukan perorangan, melainkan secara institusi dalam konsorsium empat perguruan tinggi negeri berbadan hukum (PTNBH).
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Sebagian besar dosen dan peneliti ITB yang memiliki kompetensi terkait akan dilibatkan. Jumlahnya menyesuaikan dana yang tersedia dan aturan yang berlaku. “Ini adalah pekerjaan multidisiplin, tetapi yang paling banyak adalah dari bidang Teknik Elektro dan Informatika,” ujarnya, Rabu, 27 Juli 2021.
Menurut Abduh, paling tidak dalam setiap tim perguruan tinggi terdapat lima koordinator. Mereka akan mengelola kegiatan pengembangan untuk bagian-bagian yang berbeda dari sistem laptop. Setiap koordinator itu akan memiliki anggota peneliti dan teknisi. Taksiran jumlah totalnya sekitar 25 orang. “Jika terdapat mahasiswa yang nantinya akan dilibatkan, jumlahnya akan lebih banyak lagi,” kata dia.
Nantinya tim akademisi akan melakukan lima kategori kegiatan, yaitu terkait dengan perangkat keras (platform hardware), sistem operasi, aplikasi, perangkat tambahan (peripherals), dan komponen. Tim akan bekerja sama dengan mitra industri lokal dan multinasional untuk produksinya. “Tim ahli lebih fokus kepada penelitian, pengembangan, dan kerekayasaan,” ujar Abduh.
Anggaran pengembangan laptop Merah Putih akan disediakan oleh pemerintah lewat Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Riset Teknologi. Biayanya akan dipakai untuk kegiatan riset hingga produksi. Adapun spesifikasi alatnya akan ditentukan sesuai dengan kebutuhan proses pendidikan yang memiliki tingkat pendidikan berbeda.
Abduh mencontohkan laptop untuk kebutuhan siswa sekolah dasar akan berbeda dengan mahasiswa. Pertimbangan lain terkait kondisi daerah siswa, misalnya yang tinggal di daerah tertinggal, terdepan, dan terluar (3T) tidak memiliki infrastruktur internet bahkan ada yang kesulitan listrik.
Konsorsium akan menentukan spesifikasi laptop Merah Putih. “Bisa jadi spesifikasi produknya bisa lebih dari satu, sesuai dengan kebutuhan dan inovasi masing-masing tim kampus,” ujarnya.
Salah seorang dosen Sekolah Teknik Elektro dan Informatika ITB yang terlibat, Adi Indrayanto, mengatakan dari data pemerintah ada 37 juta siswa yang tidak punya perangkat digital untuk belajar. Dari rencana anggaran dana Rp 17 triliun dari pemerintah, sebagian besar akan dialokasikan untuk pembuatan laptop Merah Putih. “Bukan hanya bangga, tapi untuk peningkatan kompetensi yang sesuai,” katanya.