Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Digital

Bagaimana Fake BTS dapat Meniru Sinyal Resmi

Teknologi di balik fake BTS meniru sinyal resmi operator, begini sistem kerjanya.

26 Maret 2025 | 15.01 WIB

Barang bukti berupa alat pencegat sinyal 4G yang digunakan untuk menyabotase jaringan BTS pada pengungkapan kasus penipuan bermodus penyebaran sms phising menggunakan fake base transceiver station (BTS) oleh Bareskrim Polri di Jakarta, 24 Maret 2025.  Tempo/Martin Yogi Pardamean
Perbesar
Barang bukti berupa alat pencegat sinyal 4G yang digunakan untuk menyabotase jaringan BTS pada pengungkapan kasus penipuan bermodus penyebaran sms phising menggunakan fake base transceiver station (BTS) oleh Bareskrim Polri di Jakarta, 24 Maret 2025. Tempo/Martin Yogi Pardamean

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

BASE Transceiver Station (BTS) palsu atau fake BTS telah menjadi perhatian serius dalam dunia telekomunikasi dan keamanan digital. Kemampuannya yang dirancang untuk meniru fungsi menara sinyal resmi operator seluler memungkinkan pelaku kejahatan untuk melakukan berbagai aksi penipuan. Bahkan Sinyal yang mereka ciptakan masuk ke dalam ranah sinyal yang sulit untuk dilacak dan memberikan keleluasaan untuk menyebarkan informasi palsu.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Walau terdengar menyeramkan, sebenarnya proses kerja fake BTS cukup sederhana, tetapi sangat efektif dalam menjalankan aksinya. Pelaku akan mengaktifkan fake BTS di lokasi tertentu yang kemudian memancarkan sinyal menyerupai BTS resmi milik operator seluler. Hal ini mereka lakukan lewat membobol protokol keamanan enkripsi yang dimiliki oleh pihak telekomunikasi.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600

Hal ini dapat terjadi karena sinyal ilegal ini beroperasi di luar jaringan resmi operator. Selain itu, banyak sistem telekomunikasi yang masih mengandalkan metode autentikasi lama, seperti One-Time Password atau OTP via SMS, yang lebih rentan terhadap serangan.

Oleh karenanya, ponsel pintar yang sedari pabrik memang langsung ditujukan untuk menangkap sinyal bisa langsung terhubung dengan sinyal ilegal. Kemudian, pelaku akan memanfaatkan ini dan dapat melakukan berbagai aksi berbahaya, seperti menyadap kode ne-Time Password yang dikirim oleh bank atau layanan digital sebelum sampai ke pengguna, memungkinkan pelaku mengakses akun korban. 

Dikutip dari Antara, penggunaan fake BTS dapat membahayakan keamanan data dan finansial masyarakat karena nantinya akan meminta atau bahkan mengakses nomor identitas, nomor perbankan, dan kata sandi pengguna. Data-data ini nanti akan digunakan untuk melakukan transaksi ilegal ataupun peminjaman uang ilegal dalam jumlah besar. Bahkan, bukan tidak memungkinkan data-data ini digunakan dalam agenda-agenda propaganda yang merugikan masyarakat. 

Hal ini sebenarnya bisa dicegah dengan pengawasan frekuensi yang ketat oleh pemerintah, Kementerian Komunikasi Digital (Kemkomdigi). Sejauh ini, kementerian ini masih hanya mengerahkan Balai Monitor Spektrum Frekuensi Radio (Balmon SFR) untuk memantau dan melacak sumber sinyal frekuensi radio ilegal yang digunakan oleh pelaku. 

Namun, walau sudah menggunakan pemantauan frekuensi ini, banyaknya perusahaan telekomunikasi yang menggunakan kode OTP untuk menjadi sistem verifikasinya masih menjadi masalah. Beberapa perusahaan telekomunikasi global, seperti Apple dan Google bahkan sudah menghentikan penggunaan kode OTP oleh jaringan fakta BTS ini tidak bisa dipantau lewat frekuensi saja. 

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus