Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Bank Rakyat Indonesia (BRI) diduga menjadi target serangan ransomware Bashe. Informasi tersebut pertama kali diungkap oleh akun media sosial X @FalconFeedsio pada Rabu malam, 18 Desember 2024, yang menyebutkan, “Peringatan ransomware, Bank Rakyat Indonesia telah menjadi korban Bashe Ransomware.”
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Menanggapi kejadian ini, Direktur Eksekutif Information and Communication Technology (ICT) Institute Heru Sutadi menggarisbawahi peringatan Presiden Prabowo Subianto tentang pentingnya kewaspadaan terhadap ancaman siber. “Dengan kejadian BRI, Indonesia dapat dinyatakan sebagai sasaran empuk kejahatan siber dunia oleh penjahat siber, khususnya ransomware,” kata dia ketika dihubungi Tempo, Kamis, 19 Desember 2024.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Tapi di sisi lain, Heru menambahkan, Indonesia tidak memiliki strategi nasional untuk menghadapi serangan siber. Dia menyoroti serangan siber yang sebelumnya menarget Pusat Data Nasional Sementara (PDNS), juga Bank Syariah Indonesia (BSI). Keduanya sempat menjadi target serangan ransomware Lockbit pada Juni 2024 dan Mei 2023 lalu.
"Kalau tidak ada perubahan mendasar bagaimana kita menghadapi serangan siber termasuk ransomware di Indonesia, ya ini akan seperti arisan saja bagi perusahaan lainnya termasuk perbankan, layanan jasa keuangan lainnya, e-commerce dan lainnya," kata Heru.
Sebelumnya, Prabowo mengakui Indonesia rawan gangguan teknologi, termasuk serangan siber. Hal ini dia sampaikan saat acara penyerahan digital Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA) dan buku alokasi Transfer ke Daerah (TKD) 2025 di Istana Negara pada Selasa, 10 Desember 2024.
Sementara itu, Direktur Digital dan IT BRI Arga M Nugraha telah merespons dugaan kebocoran dengan menyatakan data nasabah bank BUMN itu masih terjaga. “Kami memastikan bahwa saat ini data maupun dana nasabah aman," kata Arga melalui keterangan tertulis.
Menurut Arga, seluruh sistem perbankan BRI masih dapat berjalan dengan normal. Dia mengklaim layanan transaksi BRI juga beroperasi dengan lancar. Nasabah BRI tetap dapat menggunakan seluruh sistem layanan perbankan. "Termasuk layanan perbankan digital seperti BRImo, QLola, ATM / CRM, dan layanan BRI lainnya seperti biasa dengan keamanan data yang terjaga," ujarnya.
Arga tidak mengkonfirmasi apakah serangan ransomware tersebut memang terjadi. Namun, dia mengklaim bahwa sistem keamanan teknologi informasi milik BRI telah memenuhi standar internasional dan terus diperbarui secara berkala untuk menghadapi berbagai potensi ancaman. “Langkah-langkah proaktif dilakukan untuk memastikan bahwa informasi nasabah tetap terlindungi.”
Sultan Abdurrahman berkontribusi dalam tulisan ini.