Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Digital

Cina Luncurkan Kapal Minyak dengan Teknologi Carbon Capture

Perusahaan Cina, COSCO, meluncurkan kapal produksi dan penyimpanan minyak terapung pertama yang dilengkapi sistem carbon capture.

19 Februari 2025 | 16.43 WIB

Bendera nasional Cina terlihat di Beijing, Cina, 29 April 2020. [REUTERS/Thomas Peter]
Perbesar
Bendera nasional Cina terlihat di Beijing, Cina, 29 April 2020. [REUTERS/Thomas Peter]

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

TEMPO.CO, Jakarta - Perusahaan Cina, COSCO, meluncurkan kapal produksi dan penyimpanan minyak terapung pertama yang dilengkapi dengan sistem carbon capture atau penangkap karbon. Kapal ini memiliki kapasitas produksi harian 120.000 barel minyak mentah.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

Menurut laporan Oilprice.com, kapal ini mampu menangkap emisi karbon yang dihasilkan selama pelayaran ke lokasi produksi serta dari proses produksinya sendiri.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600

“Menara tinggi yang Anda lihat di sini sebenarnya adalah menara pengumpulan dan pemurnian untuk penangkapan karbon,” ujar Manajer Proyek Senior COSCO Xu Xiaohua, dikutip Rabu, 19 Februari 2025. 

“Pipa yang diberi tanda hijau adalah titik masuk untuk gas buang, yang disedot ke dalam menara pemurnian oleh kipas. Di dalam menara, terdapat penyerap yang menangkap hidrokarbon dari gas buang, sehingga udara buangan yang dikeluarkan memiliki emisi karbon yang jauh lebih rendah,” kata dia menjelaskan. 

Penggunaan teknologi carbon capture dianggap sebagai langkah penting dalam transisi energi. Namun, beberapa pihak menilai teknologi ini kontroversial karena memungkinkan peningkatan produksi minyak dan gas.

Laporan Wood Mackenzie menyebutkan bahwa investasi global dalam teknologi penangkapan karbon diperkirakan mencapai hampir US$ 200 miliar pada 2034. Sebagian besar dananya akan dialokasikan untuk kapasitas penangkapan, transportasi, dan penyimpanan karbon.

Sementara itu, laporan Rystad Energy tahun 2024 menunjukkan bahwa kawasan Asia Pasifik mulai menjadi pusat pengembangan teknologi carbon capture, dengan Australia, Malaysia, dan Indonesia sebagai pemain utama. Investasi di sektor ini diperkirakan mencapai US$ 15 miliar dalam sepuluh tahun mendatang.

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus