Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Kerajaan Majapahit merupakan kerajaan Hindu yang letak pusatnya berada di Jawa Timur. Pendirinya diketahui memiliki silsilah dari kerajaan Singasari.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Dilansir dari Direktori Majapahit, Raden Wijaya yang menjadi raja pertama merupakan bangsawan kerajaan Singasari. Raden Wijaya merupakan putra dari Dyah Lembu Tal dan ibunya berasal dari Kerajaan Sunda Galuh.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Awal Perjalanan Raden Wijaya Menjadi Raja
Dilansir dari Kemendikbud, sejarah Kerajaan Majapahit dimulai ketika raja terakhir Singasari, Raja Kertanegara kalah dari serangan yang dilakukan oleh Raja Jayakatwang, penguasa Kerajaan Kediri.
Raja Jayakatwang setelahnya mengambil alih seluruh Tumapel setelah memenggal Raja Kertanegara. Ia kemudian berkuasa di atas tanah Singasari.
Dilansir dari Museum Nusantara, setelah kematian Raja Kertanegara, Raden Wijaya sempat melarikan diri dan saat itu dikatakan meminta perlindungan dari Arya Wiraraja, seorang penguasa dari wilayah Sumenep. Arya Wiraraja dikabarkan memiliki hubungan yang dekat dengan Jayakatwang karena Kerajaan keduanya memiliki hubungan baik. Lewat Arya Wiraraja, Raden Wijaya kemudian mendatangi Raja Jayakatwang dan mengatakan akan mengabdi untuk Kerajaan Kediri.
Penyerahan diri Raden Wijaya kemudian diterima oleh raja Jayakatwang. Setelahnya, Jayakatwang memberikan tanah bernama Hutan Tari sebagai wilayah yang berhak dikelola oleh Raden Wijaya. Lokasi hutan tersebut dekat dengan aliran Sungai Brantas, tepatnya terletak di sekitar Mojokerto yang melalui beberapa daerah di Jawa Timur. Sungai tersebut merupakan sungai terpanjang kedua setelah Bengawan Solo.
Wilayah hutan tersebut kemudian dibabat oleh Raden Wijaya dan dijadikan wilayah dimana ia dan para pengikut setia Singasari menetap. Ia membangun pemukiman dengan kelompok-kelompok kecil sebagai basis kekuatan dan kekuasaannya. Konon dari desa itu, nama Majapahit muncul. Raden Wijaya sendiri yang memberi nama wilayah itu Majapahit.
Tak berapa lama, datang pasukan dari bangsa Mongol yang dipimpin Kubilai Khan hendak menyerang Raja Kertanegara. Melihat peluang itu, Raden Wijaya mengabarkan pada penguasa Mongol jika yang saat ini penguasa Singasari adalah Jayakatwang. Maka, bangsa Mongol dihasut untuk menyerang Jayakatwang sebagai wujud balas dendam Raden Wijaya atas kekalahan Singasari. Ia dan bangsa Mongol kemudian bersekongkol untuk menyerang Raja Jayakatwang dengan pasukan pendukung Raden Wijaya yang tersisa. Pasukan tersebut berjumlah 20 ribu dan membuat Kerajaan Kediri kalah.
Setelah kemenangan sesaat, bangsa Mongol yang ingin kembali ke pelabuhan dikejutkan oleh serangan mendadak dari Raden Wijaya dan pasukannya yang masih tersisa. Raden Wijaya menyerang pada saat yang tepat, yaitu ketika bangsa Mongol sudah kelelahan dan mereka lebih menguasai medan pertempuran. Raden Wijaya berhasil mengusir bangsa Mongol dari Nusantara.
Setelah kemenangan itu, sekitar tahun 1293, disebut-sebut pada 10 November 1293 Raden Wijaya diangkat menjadi raja dengan gelar Kertarajasa Jayawardhana. Ia mendirikan Kerajaan Majapahit, bekas wilayah Singasari dan Kediri dalam satu kekuasaan di tangannya.
Ia memerintah dengan mengangkat orang-orang yang setia mendukungnya dalam upaya menaklukan Jayakatwang dan bangsa Mongol. Kisah Kerajaan Majapahit sendiri terdapat dalam kitab Negarakertagama dan Kakawin Pararaton.
Masa Akhir Raden Wijaya Sebagai Raja
Menurut kitab Nagarakretagama kekuasaan Raden Wijaya berakhir pada tahun 1309. Ia menjadi raja pertama Kerajaan Majapahit yang memerintah kurang lebih selama 16 tahun. Ia kemudian dimakamkan di sebuah candi di Simping sebagai arca Raden Wijaya. Setelah kematiannya, tahta Kerajaan Majapahit diturunkan kepada Jayanegara.
Raden Wijaya kemudian juga dibuatkan arca dengan digambarkan sebagai arca Harihara. Arca ini divisualisasikan menjadi setengah dewa Wisnu dan setengah dewa Siwa. Arca tersebut ditemukan di samping kuil Candi Simping, Sumberjati, Blitar, Jawa Timur. Saat ini, Arca Harihara telah menjadi koleksi Museum Nasional Republik Indonesia.
Pilihan editor: 6 Artefak Peninggalan Majapahit dan Maknanya