Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Tim mahasiswa Fakultas Teknik Elektro Telkom University Bandung angkatan 2019 menggagas Touchless Smart Toilet. Sistemnya sekaligus dirancang untuk menginformasikan kondisi kesehatan pengguna dari hasil deteksi buangan air besar dan kecil di toilet duduk. Beranggotakan Luthfi Noor S.Z., Rafli A.P., Putri Nurani, dan Shafira Amkha, penelitian mereka dibimbing oleh dosen Edward.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Menurut Luthfi, riset toilet cerdas sebelumnya telah dilakukan universitas di luar negeri. Dari hasil yang sudah dibuat itu, tim mahasiswa menawarkan kebaruan dari pengembangan aplikasi dan penggunaan toilet. “Toiletnya bisa yang sudah ada tanpa harus membeli baru,” katanya, Rabu, 28 September 2022.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Pada toilet itu, tim memasang serangkaian alat dan sistem yang tersambung kabel juga Internet. Pada bagian atas penutup tangki air toilet, dipasang sebuah kotak berwarna hitam yang berlubang di bagian tengahnya. Di dalam kotak itu tersimpan baterai, motor servo, pcb, dan sensor ultrasonik di bagian permukaannya.
Kotak kedua yang lebih kecil berwarna merah, berisi komputer papan tunggal kecil atau Raspberry Pi yang berfungsi untuk mengatur alur kiriman data dan sistemnya. Sementara perangkat ketiga yang ditempatkan di samping tangki toilet, berupa power bank dan penyangganya. Ada pula kamera kecil berpelindung yang tersembunyi di bawah dudukan toilet.
Sistem mulai bekerja setelah pengguna selesai menggunakan toilet. Untuk menyiram, pengguna tidak perlu menekan tombol di bagian atas tangki toilet. “Cukup letakkan tangan di atas sensor ultrasonik dengan jarak kurang dari 8 sentimeter,” kata Luthfi. Selain agar memudahkan, cara itu untuk mengatisipasi penularan kuman.
Sebelum air keluar, kamera punya waktu 15 detik untuk merekam gambar tinja atau urine. Sistem akan mengidentifikasi warna dan bentuknya, lalu kotoran otomatis disiram. Sejauh ini untuk ujicobanya, tim baru menggunakan playdough atau adonan mainan sebagai pengganti tinja berwarna coklat yang mengindikasikan kondisi kesehatan normal. Sementara urine belum dijajal.
Hasil deteksi itu nantinya bisa dilihat di aplikasi yang dipasang pada smartphone pengguna setelah melewati proses pengiriman data ke server dan pengolahannya. “Proses datanya masih sekitar 3-5 menit untuk sampai di aplikasi,” ujar Luthfi. Selain bisa digunakan di rumah, toilet pintar itu diproyeksikan pemakaiannya sebagai sarana pendukung di klinik, laboratorium, atau rumah sakit.
Tim masih perlu menyempurnakan riset yang didanai Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi itu dari Program Kreativitas Mahasiswa Bidang Karsa Cipta (PKM-KC) Telkom University. Upaya peningkatan misalnya pada kecepatan proses data agar hasil analisis segera muncul di aplikasi, uji coba dengan memakai tinja dan urine asli, serta menambahkan lampu mini di dalam toilet untuk membantu tangkapan kamera.
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.