Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Paus telah memainkan peran penting dalam menjaga keseimbangan ekosistem laut. Salah satu mamalia laut ini memiliki kontribusi signifikan melalui urine yang dihasilkannya terhadap kehidupan biota dan keberlangsungan ekosistem lautan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Dikutip dari Dunfermline Press, penelitian yang diterbitkan di Nature Communications pada Senin, 10 Maret 2025, mengungkapkan bahwa hal itu menandai pengangkutan makanan terlama yang diketahui oleh mamalia di planet ini.
Manfaat Urine Paus
Nutrisi ini membantu mendorong pertumbuhan fitoplankton, yaitu tanaman kecil yang menyerap sejumlah besar karbon dan menghasilkan oksigen yang berperan penting dalam jaring makanan laut. Jika tumbuhan dan fitoplankton adalah paru-paru planet ini, yang menyerap karbon dioksida dan mengeluarkan oksigen, paus dan hewan lainnya adalah seperti sistem peredaran darah.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Para peneliti mengamati masukan nutrisi paus dari urine, kulit, bangkai, dan kotoran di Suaka Laut Nasional Paus Bungkuk Kepulauan Hawaii. Mereka menemukan bahwa paus membawa lebih banyak nitrogen dari tempat makannya dibanding proses alami laut, seperti arus dan arus naik.
Secara keseluruhan, penelitian tersebut menyatakan bahwa paus abu-abu, paus bungkuk, dan paus kanan yang bermigrasi diperkirakan membawa 3.784 ton nitrogen dan 46.512 ton biomassa ke wilayah pesisir bernutrisi rendah di daerah tropis dan subtropis setiap tahun, yang banyak di antaranya memiliki ekosistem terumbu karang.
Joe Roman, penulis laporan dan pakar paus, mengatakan jika tumbuhan dan fitoplankton adalah paru-paru planet ini, menyerap karbon dioksida dan mengeluarkan oksigen, maka paus dan hewan lain seperti sistem peredaran darah. “Dikenal sebagai sabuk pengangkut paus besar, pergerakan nutrisi melalui lautan ini dapat memberikan dampak besar pada ekosistem laut,” katanya.
Penelitian ini, yang sebagian didanai oleh lembaga amal kelautan Whale and Dolphin Conservation dengan tim peneliti internasional, muncul setelah terjadinya penurunan besar populasi paus dalam beberapa abad terakhir akibat perburuan paus komersial.
Jumlahnya mulai pulih di beberapa wilayah di dunia karena negara-negara melarang perburuan komersial, tetapi studi ini memperkuat argumen untuk perlindungan mereka, kata para peneliti.
Pilihan Editor: 10 Fakta tentang Orca si Paus Pembunuh