KOMPUTER bisa diibaratkan anak remaja yang gandrung gonta- ganti mode. Dan dalam bisnis komputer, memang ada semacam tradisi: setelah lima tahun, suatu produk lumrah mati atau dimatikan. Modelnya diganti dan diberi kemasan baru. Lain halnya terobosan yang dibuat IBM. Produknya, Application System 400 atau IBM AS/400, yang pertama kalinya diperkenalkan pertengahan tahun 1988, bukannya dimatikan. Produk itu justru dikembangkan untuk untuk lima tahun lagi. Inilah yang diungkapkan oleh John M. Thompson pada penutupan pertemuan tiga hari dengan sejumlah wartawan dan konsultan sedunia di markas IBM, Rochester, Minnessota, Amerika, yang diselenggarakan lembaga Application Business System (ABS), akhir Juni lalu. Senior Vice President IBM dan General Manager ABS itu menekankan sikap keterbukaan dan komitmennya pada dorongan pasar, mempertahankan kelebihan kompetitif menghadapi perubahan serba cepat industri komputer. Untuk itu, selama lima tahun mendatang titik berat pengembangan AS/400 adalah pada segi open system (yang terbuka dengan sistem yang lain), dengan terminal yang juga berfungsi mengolah data (client-server) dan berorientasi ke sasaran teknologi. Di samping itu, tentu ada fungsi lain, yakni system management, data base, networking, dan multimedia. Dewasa ini yang tengah dipasarkan adalah seri F, yang terdiri dari 14 model. Yang terkecil F02, dengan main storage 824 MB, dan disk storage 988 MB1,9 GB. Adapun yang terbesar, seri F95, yang menggunakan empat prosesor paralel built in, kapasitas main storage 128512 MB, dan disk storage 1,97169,1 GB. AS/400 ini merupakan penjelmaan dan perpaduan kemudahan dari dua sistem sukses sebelumnya, yakni IBM S/36 dan S/38. Ketika pertama kali diluncurkan, produk ini mempunyai enam model yang disebut seri B. Keenam model ini, dari yang terkecil sampai yang terbesar, dilengkapi integrated relational data base, dan menggunakan sistem operasi yang seragam. Dengan penyimpanan data terpadu, AS/400 memungkinkan para bos sembari duduk di kursi kantornya memeriksa situasi unit produksi, distribusi, ataupun posisi keuangan sekaligus di satu layar monitor. Penampilan data itu pun bisa dibuat menarik, misalnya lengkap dengan grafik, image, dan suara. Semua proses berlangsung hanya dalam hitungan detik. Tak heran jika ada yang kemudian menjulukinya bukan sekadar komputer mainframe, melainkan merupakan ''sebuah kelas baru dari jenisnya''. Dalam masa lima tahun sejak diluncurkan, IBM AS/400 telah terpasang di seluruh dunia lebih dari 225 ribu unit. Dari segi market acceptance, hingga saat ini AS/400 masih unggul untuk multi-user commercial market, dengan pendapatan sekitar Rp 29 triliun per tahun. Sampai akhir 1992, AS/400 dapat disambungkan dengan lebih dari 200 ribu sistem, dan tahun ini siap pula menampung 50 ribu sistem lagi. Pada tahun 1990, IBM Rochester, Minnessota, tempat lahirnya AS/400, beroleh penghargaan Malcolm Baldridge National Quality Award. Inilah penghargaan paling tinggi dan bergengsi di AS dalam bidang mutu produk. Dua tahun kemudian didapat pula sertifikasi dari ISO 9000 sebagai pengakuan resmi lembaga mutu internasional. Memang, salah satu keunggulan komputer AS/400 ini terletak pada kemampuannya berkembang secara horisontal dan vertikal. Horisontal dalam arti, pada waktu baru keluar jumlah modelnya 6, sedangkan kini menjadi 14 buah. Sedangkan pengembangan vertikal, itu menyangkut kemampuan kerjanya. Misalnya, dibandingkan dengan model B/10 sampai F/95, peningkatannya mencapai 44 kali lipat. Pohon tinggi harus siap diterpa angin, kata orang. Produk AS/400, hanya berselang dua tahun, langsung ada yang menggandengnya, yakni jenis komputer lebih kecil hasil rekayasa Stanford University Network (SUN), di Amerika juga, dengan sis- tem operasinya yang disebut Unix. AS/400 sosoknya hampir segede almari, tapi SUN lebih kecil, dengan kapasitas setara. Harga dibanting, hanya seperlimanya. Tampaknya pihak IBM terusik juga, sampai perlu melahirkan produk RISC-6000, khusus untuk menghadang produk SUN. Namun, sebagai raksasa industri komputer, pihak IBM belum tergoyahkan. Sebab, produknya luas diakui stabil untuk dikembangkan. Beda dengan produk SUN, yang sepintas mungkin murah. Dalam prakteknya di belakang hari, ''Cukup memusingkan, karena kami harus memasangnya sendiri,'' kata seorang pemakai jasa komputer. Di Indonesia, sejauh ini animo masih cenderung ke IBM AS/400. Dengan harga US$ 29.000 atau sekitar Rp 58 juta per unit, sudah termasuk paket pembuatan perangkat lunak dan pelatihan tenaga operator, IBM mampu menjangkau sekitar 300 instansi baik pemerintah maupun swasta, dari Aceh sampai Irian Jaya. Misalnya pemerintah daerah, lembaga keuangan, perusahaan minyak, hotel, perusahaan retailer, dan pabrik. Belum terlalu luas, memang. Atau seperti dilukiskan seorang pengamat, apresiasi terhadap daya guna komputer di sini baru seperenamnya Malaysia. Pandangan awam sering muncul, komputerisasi alias menggebiri tenaga kerja. Mungkin ini sekadar salah paham. ''Menurut pengalaman kami, tak pernah ada perusahaan memecat pegawainya semata-mata akibat kehadiran komputer. Dengan komputer justru produktivitas dapat ditingkatkan,'' kata Bambang M. Jacub dari PT USI, agen IBM di Indonesia. Ed Zoelverdi
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini