Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kesehatan

Penderitanya kian banyak

Selain melalui kontak kulit, lepra juga menular lewat pernapasan. mukosa bakteri kusta bisa bertahan antara 2,5 hari dan 9 hari.

24 Juli 1993 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

LEPRA sudah menjadi bagian dari kehidupan masyarakat di Sulawesi Selatan dan kalau ada yang ganjil dari pola penyebaran penyakit itu di sana, maka gejala ini tentu tak boleh dianggap sepele. Yang ganjil ialah perbandingan antara jumlah penderita lama dan penderita yang baru tertular. Ternyata jumlah penyandang lama bisa ditekan hingga 400 persen. Sebaliknya penderita baru terus bertambah, hingga sekitar 3.000 orang. Dengan penambahan ini berarti Sulawesi Selatan merupakan daerah dengan jumlah penyandang kusta ter- banyak di Indonesia. Hal itu semestinya tidak terjadi, apalagi penanggulangan kusta kian lama kian canggih. Lalu, apa yang salah? Menurut Dokter Nur Nasry Noor, penularan kusta paling cepat adalah lewat mukosa hidung (saluran pernapasan) suatu hal yang dipaparkannya dalam disertasi tentang seroepidemiologis kusta, yang diajukan ke hadapan sidang guru besar Universitas Hasanuddin belum lama berselang. Dalam promosi doktor di Universitas Hasanuddin itu Nur Nasry Noor dinyatakan lulus dengan predikat cum laude. Penyebaran lepra lewat saluran pernapasan ini agaknya tak bisa dianggap enteng. ''Kontak serumah dengan anggota yang sudah kena kusta merupakan risiko tertinggi,'' kata Nasry Noor, Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanuddin (Unhas) ini. Seperti diketahui, penyakit kusta atau lepra berasal dari bakteri Mycobacterium leprae. Beberapa ahli memastikan, penyakit ini ditularkan lewat kontak kulit. Ada pula yang berpendapat, kuman lepra bisa keluar melalui gigitan serangga. Ahli lain mengatakan, air susu ibu pun bisa menjadi mediator pembawa kuman kusta pada anaknya. Itulah beberapa teori mengenai cara-cara penyebaran bakteri kusta yang selama ini umum diterima, sampai Nur Nasry Noor menemukan cara penyebaran lewat mukosa hidung. Peranan selaput lendir hidung, menurut Nasry, bukan hanya efektif pada penderita kusta yang sudah parah, tetapi juga pada orang yang kelihatan sehat namun dalam tubuhnya sudah terinfeksi kusta. Kenapa cara penularan ini berbahaya? Karena di dalam mukosa hidung, ternyata bakteri kusta bisa bertahan 36 jam sampai 9 hari. Ini berarti, dalam rentang waktu itu risiko penularannya sangat besar. Apalagi masa inkubasi lepra bervariasi antara 3 dan 5 tahun. Selama jangka waktu itu seseorang yang tidak sadar bahwa dirinya sudah mengantongi bakteri kusta bisa menjadi sumber penularan. Dari sinilah muncul calon-calon penderita kusta baru. Maka kata Nasry, ''Harus ada upaya untuk memotong rantai penularannya.'' Jadi, sebelum muncul gejala sakit, para penderita yang telah terinfeksi harus segera diobati. Memang, selama ini penanggulangan kusta lebih mengarah pada upaya peng- obatan dan penyembuhan. Sedangkan usaha pencegahan belum pernah dilakukan. Untuk menurunkan tingkat penularan, lanjut Nasry, harus dilakukan dua hal: menemukan penderita subklinik (istilah bagi orang yang sudah terinfeksi), serta mengobati penderita sejak dini. Dalam penelitiannya, Nasry melakukan tes serologi (tes darah) untuk menemukan penderita subklinik. Tes darah dilakukan terhadap 357 penderita yang mempunyai kontak serumah di dua kabupaten dengan angka prevalensi tertinggi di Sulawesi Selatan, yakni Kabupaten Gowa dan Kabupaten Bone. Hasil tes ada yang positif. Ini menunjukkan, darahnya sudah dimasuki kuman lepra. Cuma, repotnya, seperti kata Dokter Baedah Madjid Ketua Pusat Studi Penyakit Tropis (PSPT) Unhas tes positif belum berarti tertular lepra. Lagi pula, lepra bisa hilang sendiri, terutama bila gizi penderita cukup baik dan kontak dengan sumber penularan berkurang. Selain itu, lepra bisa bersemayam dalam tubuh penderita untuk waktu yang lama, tanpa menunjukkan gejala sakit. Baedah memperkirakan, jika ada 100 orang terinfeksi, maka biasanya hanya 10% yang akhirnya menderita lepra. Namun, masyarakat tak perlu resah. Yang jelas, penyakit ini bisa diobati. Menurut Dokter Peter Lever, pengobatan yang dilakukan sekarang ini boleh dikatakan cukup efektif. Peter Lever adalah konsultan medis dari NSL (NetherlandsLeprocy Relief Association) sebuah organisasi nonpemerintah Belanda, yang bekerja sama dengan Departemen Kesehatan dalam pemberantasan kusta di Sulawesi Selatan. Lever menyodorkan angka tingkat kesembuhan penderita kusta di Sulawesi Selatan. Pada tahun 1990, tingkat kesembuhannya hanya 1.512. Sekarang melonjak menjadi 3.557 orang. Sukses ini tidak terlepas dari dukungan dana cukup besar (sekitar Rp 400 juta dan obat-obatan senilai Rp 300 juta per tahun), yang disalurkan NSL bersama Departemen Kesehatan untuk membendung lepra di Sulawesi Selatan. Tak mengherankan jika kerja sama yang akan berlangsung sampai tahun 1996 itu mulai menampakkan hasil. Cobalah bandingkan: tahun 1986 Sulawesi Selatan masih mempunyai 30.452 penyandang kusta, kini angka penderita lama tinggal 6.713 orang. Melihat penurunan ini Lever, yang pernah bertugas di Afrika, optimistis bahwa jumlah pertambahan penderita kusta akan bisa ditekan. Apalagi dengan sepeda motor bantuan NSL, misalnya, petugas bisa ''meneropong'' penderita kusta sampai ke pelosok. Hingga Maret tahun ini saja mereka sudah menemukan 456 penderita baru. Dan memeriksa lebih dari 400.000 anak SD, 155 anak di antaranya diketahui menderita kusta. Total penderita baru mencapai sekitar 3.000 orang. Lever rupanya kurang mendukung tes serologi, seperti yang dilakukan Nasry. ''Tidak efektif melakukan tes darah pada sekian juta penduduk,'' katanya. Yang efektif, menurut Lever, adalah melakukan penyuluhan lebih intensif kepada masyarakat agar mereka tak takut dan malu berobat. Sri Pudyastuti R. (Ujungpandang)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus