Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Digital

Penggunaan Aksara Jawa Masih Jauh dari Harapan

Penggunaan aksara Jawa saat ini sebagian besar baru sebatas dekoratif dan aspek kesejarahan.

21 Maret 2021 | 10.39 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Ilustrasi website dengan konten aksara Jawa. Kredit: PANDI

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Yogyakarta - Aksara Jawa saat ini dinilai masih dalam tataran sebagai dekorasi dan aspek kesejarahan. Orang suku Jawa bisa bicara bahasa Jawa, tetapi banyak yang tidak bisa membaca aksara Jawa.

Baca:
Viral Cahaya Disangka Lintasan Meteor di Banggai Ternyata Bolide, Apa Itu?

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Menurut Rully Andriadi, Kepala Bidang Pemeliharaan dan Pengembangan Sejarah, Bahasa, Sastra dan Permuseuman Dinas Kebudayaan Daerah Istimewa Yogyakarta,  penggunaan aksara Jawa saat ini sebagian besar baru sebatas dekoratif dan aspek kesejarahan, sedangkan penggunaan sehari-hari masih jauh dari harapan. 

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

“Ini tantangan bersama. Satu-satunya cara adalah kita gunakan kembali aksara Jawa,” kata Rully, Jumat, 19 maret 2021.

Dinas Kebudayaan Yogyakarta menyelenggarakan Kongres Aksara Jawa I, 22-26 Maret 2021. Kongres serupa diselenggarakan di Solo pada 1922, hampir satu abad yang lalu.

Kepala Dinas Kebudayaan Yogyakarta, Sumadi, mengatakan ada keprihatinan soal aksara Jawa ini. Generasi masa kini kurang memahami aksara Jawa.  “Kami prihatin dengan minimnya penggunaan aksara Jawa, bahkan ada yang tidak kenal lagi,” kata Sumadi.

Kongres Aksara Jawa I Yogyakarta diselenggarakan sebagai bagian dari refleksi kesejarahan. Sejak 1922 hingga hari ini belum ada lagi kongres serupa yang fokus membahas aksara Jawa sampai level teknis.

Kongres Aksara Jawa I  Yogyakarta juga dilatari keprihatinan minimnya penggunaan aksara Jawa di kalangan masyarakat, bahkan sebagian dari mereka tidak mengenal lagi aksara warisan leluhur tersebut. Hal berbeda terjadi pada penggunaan aksara asli bahasa di banyak negara, seperti Cina, Thailand, Korea, Jepang, dan lain-lain.

“Atas dasar keprihatinan inilah, Dinas Kebudayaan DIY menginisiasi Kongres Aksara Jawa sebagai bentuk tanggung jawab kebudayaan,” kata Sumadi.

Kongres Aksara Jawa I Yogyakarta yang dipusatkan di Hotel Grand Mercure Yogyakarta berlangsung luring dan daring. Acara akan diawali sambutan-sambutan secara daring dari Wakil UNESCO, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Gubernur Jawa Tengah, Gubernur Jawa Timur serta Gubernur Yogyakarta Sri Sultan Hamengku Buwono X dilanjutkan pembukaan secara simbolis.

Peserta kongres lebih dari 1.000 orang. Peserta luring sejumlah 110 orang terdiri wakil akademisi, praktisi, budayawan, birokrat, dan masyarakat umum. Peserta daring 800 peserta terbagi 200 peserta komisi I, 200 komisi II, 200 peserta komisi III dan 200 peserta komisi IV.

Para peserta berasal dari Yogyakarta, Jateng, Jatim, Jabar, Banten, DKI, Bali, Sumatra, Kalimantan serta Hongkong. Diaspora Jawa yang tersebar di seluruh dunia diharapkan bisa mengikuti jalannya kongres.

Yogyakarta mempelopori penggunaan aksara warisan nenek moyang ini dimulai dari kop surat instansi Pemda Daerah Istimewa Yogyakarta, papan nama instansi serta nama jalan. Adanya perda tentang aksara Jawa diharapkan mampu menjadikan penggunaan aksara Jawa lebih meluas lagi.

Kongres Aksara Jawa I Yogyakarta akan diawali Talk Show dengan narasumber KPH Notonegoro (Penggagas Kongres Aksara Jawa I), Prof Dr Yudho Giri Sucahyo selaku Ketua PANDI dan Badan Standardisasi Nasional dengan tema Digitalisasi Aksara Jawa.

Setya Amrih Prasaja, ketua panitia kongres menyatakan terdapat dua poin penting dasar penyelenggaraan kongres, yakni keprihatinan serta penghargaan atas upaya digitalisasi Aksara Jawa yang memungkinkan aksara ini dapat digunakan dalam platform digital manapun.

Harapannya, tumbuh kesadaran baru pentingnya penggunaan aksara Jawa dalam konteks komunikasi sosial di era digital.

Ada empat isu penting akan dibahas dalam forum Kongres Aksara Jawa I, yaitu pembahasan tentang transliterasi aksara Jawa-Latin, pembahasan tata tulis aksara Jawa yang akan fokus paugeran (tata tulis) termasuk di dalamnya tinjauan terhadap paugeran-paugeran penulisan aksara Jawa yang pernah ada dan masih digunakan. Tujuannya agar bisa disinkronkan dengan kebutuhan penulisan aksara Jawa era digital.

Selain itu digitalisasi aksara Jawa termasuk di dalamnya teknis penyiapan platform digital aksara Jawa, standardisasi type face aksara Jawa (font) serta standardisasi papan ketik aksara Jawa.

Terakhir, pembahasan kebijakan tentang aksara Jawa  agar bisa diimplementasikan secara nyata antara lain menyentuh level kebijakan dan penggunaannya pada level ranah publik.

MUH SYAIFULLAH 

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus