Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Yogyakarta - Dinas Kebudayaan Kota Yogyakarta bersama komunitas sastra menggelar pawiyatan atau sekolah dasar yang khusus mempelajari, membaca, dan melatih menulis aksara Jawa di seluruh kampung sepanjang 2024 ini.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Tahap pertama, pawiyatan aksara Jawa ini digelar serentak di 30 kampung mulai 20 Februari hingga 5 Maret 2024. Program ini melibatkan pengajar dari komunitas sastra seperti Jawacana, Jawara Aksara, Sega Jabung, Dwijo Aksara, Banyu Mangsi, Geng Kobra, Jangkah, Geber Jawa, Iqro Hanacaraka, dan Kluwak.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Kegiatan ini menyasar semua usia," kata Kepala Dinas Kebudayaan Kota Yogyakarta Yetti Martanti pada Rabu, 21 Februari 2024.
Yetti menuturkan, setelah pawiyatan ini digelar di 30 kampung, target selanjutnya menjangkau 169 kampung se-Kota Yogyakarta. Pawiyatan aksara ini berupaya melestarikan dengan cara mewariskan tradisi tulis-menulis menggunakan aksara Jawa bagi generasi muda. Agar pengetahuan tentang aksara Jawa tidak hilang karena tidak ada yang mempelajari.
Menurutnya, aksara Jawa tidak hanya sekadar sistem penulisan, tetapi juga bagian mempelajari dan mengenal lebih nilai-nilai identitas budaya Yogyakarta.
"Pawiyatan aksara ini menjadi salah satu ruang untuk melestarikan aksara Jawa itu, sehingga ada keberlangsungan dari generasi yang menguasai pengetahuan itu," kata dia.
Aksara Jawa saat ini sebenarnya masih diberikan di jenjang sekolah formal terutama sekolah-sekolah dasar di Daerah Istimewa Yogyakarta. Adanya pawiyatan aksara ini menjadi penguat agar aksara Jawa tetap hidup dan relevan dalam konteks modern, utamanya di wilayah perkotaan Yogyakarta.
Pelaksana Tugas Kepala Bidang Sejarah Permuseuman Bahasa dan Sastra Dinas Kebudayaan Kota Yogyakarta Susilo Munandar menuturkan sejumlah komunitas sastra yang berkonsentrasi dalam pelestarian aksara Jawa di Yogyakarta dilibatkan dalam pawiyatan itu.
"Komunitas dilibatkan karena kegiatan ini menyasar semua usia, mulai dari anak-anak, remaja hingga dewasa," kata dia.
Mekanismenya, di setiap kampung terdapat satu rombongan belajar yang terdiri dari 25-30 orang peserta. Lokasi pelaksanaan di setiap kampung bisa berbeda-beda. Ada yang menggunakan lokasi balai RT/RW, rumah warga, pendopo, masjid, dan sebagainya.
"Untuk teknis pembelajarannya terdapat dua metode. Metode pembelajaran untuk anak-anak mengenal aksara Jawa melalui permainan dan mewarnai. Sedangkan untuk usia remaja atau dewasa membaca aksara Jawa secara manual dan digital melalui ponsel atau laptop," kata dia.
Masing-masing kelompok akan melaksanakan pawiyatan aksara Jawa ini sebanyak dua kali pertemuan dan bergilir.
PRIBADI WICAKSONO